Jaehyun udah ngintilin Chanmi sejak pagi tadi. Dia bakal ngelakuin apapun buat ngebuktiin kalo yang ada di dalam perut gadis itu bukanlah anaknya.
Lelaki itu duduk tidak jauh dari tempat Chanmi berada. Bersiap mendengar semuanya dan akan menghancurkan niat jahat Chanmi.
"Jadi gimana kamu sama Jaehyun?"
Jaehyun memekakan pendengarannya, tidak ingin tertinggal satupun percakapan dari Chanmi dan seseorang yang ia yakini sebagai temannya.
"Baik, aku ngajak kamu kesini soalnya mau ngasi kamu undangan." Chanmi nyerahin undangan pernikahan dia sama Jaehyun.
Iya, mama Chanmi udah dateng kerumah Jaehyun. Mama Chanmi meminta Jaehyun untuk tanggung jawab. Jelas, orang tua Jaehyun tidak mau ada aib di keluarganya dan memutuskan akan menikahkan Chanmi dan Jaehyun secepatnya.
Jaehyun menghela nafasnya kasar, dia benci dengan kehidupan yang seperti ini. Kadang dia menyesal karena lahir dengan wajah yang kelewat tampan begini.
"Undangan apa ini?"
"Pernikahan aku, sama Jaehyun. Bulan depan, kamu harus dateng." Chanmi tampak bersemangat ketika memberitaukan pernikahannya dengan sahabat kecilnya itu.
"Wih, mau tanggung jawab dia?"
Chanmi ngangguk sambil senyum, "iya, dia mau. Aku ngga mau ya anakku lahir tanpa ayah di sampingnya"
Teman Chanmi itu tertawa, "yah, kamu memang pintar memilih calon suami. Selain tampan, bukankah Jaehyun itu sangat kaya?"
Chanmi ngangguk, "ya, sangat. Dan aku yakin aku akan hidup nyaman setelah ini, aku tidak perlu merengek pada ibuku untuk membelikanku barang branded, aku bisa minta pada suamiku sendiri."
"Kamu harus membaginya sesekali padaku,"
"Kalau membagi suamiku aku tidak mau, kalau uangnya, bisa kita pikirkan. Hahahaha"
Keduanya tertawa, tampak senang dengan obrolan mereka.
Jaehyun yang duduk disebrang mereka cuma ngepalin tangannya. Chanmi adalah benalu dalam kehidupannya, apa yang harus ia lakukan?
Mata Jaehyun nangkep temennya Chanmi udah beranjak pergi ninggalin Chanmi dari duduknya. Nyisain gadis itu yang cuma duduk sambil ngetuk ngetuk mejanya.
Jaehyun diam, tidak beranjak. Tangannya masih menyembunyikan wajahnya menggunakan sebuah buku menu. Di hatinya berharap Chanmi ngga bakal nemuin dia.
"Udah puas dengerin semuanya, Jaehyun?"
Jaehyun langsung nurunin buku menu yang nutupin wajahnya. Dia tatap sinis Chanmi, "busuk juga lo, gasalah gue nganggep lo sampah."
"Terserah kamu mau bilang apa, yang jelas bulan depan kita nikah. Dan kamu ngga bisa lakuin apapun. Terserah kamu mau ngomongin ini sama siapapun, gak seorangpun bakal percaya. Denger itu." Chanmi langsung melengang pergi, ninggalin Jaehyun yang cuma natep kosong bangku di hadapannya.
🌻🌻🌻
Jaehyun nyembunyiin wajahnya di lututnya. Air matanya bahkan udah ngalir dari tadi.
Seharusnya dia sedang menghabiskan waktunya dengan Misa sekarang.
Seharusnya dia lagi dengerin Misa tertawa di sampingnya.
Seharusnya mereka melakukan hal hal biasa yang sering mereka lakukan berdua.
Seharusnya, dia dan Misa bisa membangun masa depan mereka bersama.
Banyak banget seharusnya, di dalam kamus cinta Jaehyun pada Misa.
Tapi semuanya hancur begitu saja dalam sedetik. Jaehyun nemuin hidupnya di Misa dan dia harus kehilangan kehidupannya karena gadis gila yang terobsesi padanya itu.
Dia ingin membuktikan semuanya, tapi dia sendiri bingung harus melakukan apa. Dia yakin jika dia cerita pada orang tuanya, mereka tidak akan percaya. Dan satu satunya tempat dia bercerita, Misa, tidak mempercayainya juga.
Jaehyun yakin Misa sangat kecewa padanya.
"Kak Jaehyun. ."
Jaehyun ngedongak waktu denger suara yang sangat familiar di telinganya itu. Air matanya kembali mengalir. Gadisnya, cintanya.
Misa menatap Jaehyun dengan tatapan sedih. Jujur, dia juga hancur liat Jaehyun gini. Tapi dia ngga bisa ngelakuin apapun, semuanya harus di pertanggung jawabkan oleh lelaki itu.
"Kakak kenapa disini? Pulang udah sore. Orang tua kakak nyariin." Misa jongkok, dia usap rambut lelaki itu sayang.
Iya, Misa nggaboleh egois. Dia harus hadapin Jaehyun buat ngilangin perasaannya sendiri. Persis dengan apa yang ia lalui dengan Doyoung dulu.
"Misa. . maaf." Suara Jaehyun parau, dia peluk gadis itu dan menangis di bahunya. Misa menahan nafasnya untuk beberapa detik sebelum akhirnya menerima pelukan itu.
"Maaf karena gagal membuktikan semuanya padamu."
Pelukan itu bertahan beberapa detik sampai Misa memilih buat melepaskan pelukan itu. Dia usap pipi Jaehyun yang basah, kemudian tersenyum,
"Kak, denger."
"Apapun yang terjadi, salah ataupun tidak, kalau memang Chanmi itu jodoh kakak, kalian bakal bersatu. Cinta ataupun tidak. Bahkan kalau anak dalam perut Chanmi itu benar-benar bukan milikmu, kamu harus menerimanya.
Ini namanya takdir, Jaehyun.
Aku sama kamu di pertemuin tuhan buat berbagi cinta untuk sementara. Tapi kalau emang Chanmi yang tuhan pilih sebagai pasanganmu, kamu ngga boleh nolak. Tolong jangan lakuin apapun buat ngancurin semuanya.
Ayo berusaha cintain Chanmi, sama kayak gimana kamu berusaha buat cintain aku.
A-aku udah bicara sama mamanya Chanmi. Kak, Chanmi sakit. Dia jauh lebih butuh kamu dibanding aku. Kamu itu cahayanya, tolong jangan sakitin Chanmi dengan nolak dia dan bayinya.
Kak, aku cinta kakak, i really do. Tapi kali ini, sekali lagi aku bakal relain cintaku buat orang lain. Bahagiain Chanmi, bahagiain dia kalo emang kakak cinta sama aku."
Jaehyun menangis semakin kencang. Ini pertama kalinya dia menangis di hadapan seseorang dan itu dihadapan gadis yang paling ia cintai.
Misa senyum, dia usap bahu lebar itu, memberikan sisa cintanya disana. Cinta yang sebentar lagi harus dia hilangkan juga.
"Ayo udahan nangisnya, kita pulang. Orang tuamu nungguin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [✔]
Acak╔═══════╗ sᴇǫᴜᴇʟ, ᴛᴏᴏ ʟᴀᴛᴇ ╚═══════╝ ❝ ᴅᴇᴋ, ᴄɪɴᴛᴀᴋᴜ ᴘᴀᴅᴀᴍᴜ ʟɪᴍɪᴛʟᴇss.❞ ʀᴇᴄɴᴊᴡɪɴ©