Usai mampir sebentar ke rumah Kak Andi, aku langsung menuju mini market tempatku bekerja paruh waktu sejak beberapa bulan. Tepatnya, mungkin sekitar menjelang acara pelamaran itu. Aku sengaja mengambil tempat kerja paruh waktu yang tidak jauh dari rumah Kak Ayu.
Sampai di rumah, aku langsung membuka tiga buah buku yang dipinjamkan Kak Andi. Aku bersyukur, pikiran anehku ternyata tidak menjadi kenyataan. Aku menyukai keluarga Kak Andi. Ramah walau sedikit banyak bertanya ini dan itu. Kak Andi juga menemati kata-katanya akan memakan roti yang kuberikan. Ah, Ilan maaf aku malah memberikan roti darimu untuk orang lain.
"Wah, dia benar-benar pintar. Semua materi ditandai dengan baik, bahkan dibuat jembatan keledainya biar mudah dipelajari." Aku tertawa sendiri melihat tulisannya yang berwarna warni, beberapa diagram alir ditulis ulang dengan gambar yang lucu-lucu. "Ternyata ada laki-laki yang seperti ini,"
Pintu kamarku terbuka saat diketuk dari luar.
"Kak Ayu?" Aku langsung beranjak dari kursi belajarku. Kupeluk sosok tinggi langsing yang masih berdiri di depan pintu. "Kapan datang?"
Kak Ayu menyapu rambutku, "Aku datang untuk persiapan pernikahan." Dia memiringkan kepalanya menengok meja belajarku yang berantakan. "Kata Mama, kamu ikut olimipiade ya?"
"Itu, sebenarnya hanya ikut untuk seleksi peserta dulu di sekolah,"
Tangannya yang lembut mencengkeram bahuku. "Kamu pasti bisa. Oh ya? Aku ingin menginap malam ini. Tapi, aku akan tidur bersama Mama saja,"
Kak Ayu memang keren, dia bekerja paruh waktu sebagai model di majalan fashion yang baru saja keluar beberapa tahun terakhir ini. Tinggi dan postur tubuh Kak Ayu memang cocok sebagai model, dia memiliki paras yang manis sehingga tidak bosan untuk dilihat terus.
"Kapan seleksinya?" Aku dan Kak Ayu duduk bersisian di tepi tempat tidurku. Tangannya seperti biasa tidak bisa diam, kini rambutku sudah berada di genggamannya.
"Kira-kira minggu depan," kataku. Tangan Kak Ayu menyisir rambutku.
"Waah, aku sangat suka rambutmu, Mon. tebal dan sangat lurus. Kenapa kamu tidak suka mengikat rambut? Padahal bagus kalau bisa disanggul modern, kalau ke sekolah kamu bisa mengepang kemudian di ikat melingkar ke belakang."
"Aku tidak punya waktu untuk itu, Kak." Aku menghela napas. Sambil membaca buku, Kak Ayu berpindah duduk di belakangku. Dari cermin aku bisa sesekali melihatnya tengah mengepang rambutku. Kak Ayu memang sangat baik padaku, dia bisa menerimaku sebagai adiknya.
Kak Ayu mengambil sesuatu dalam tasnya kemudian menyematkan di rambutku. Aku berusaha untuk fokus pada buku bacaan, namun aku sangat suka lihat wajah Kak Ayu yang begitu serius mengepang rambutku.
Memiliki keluarga yang utuh? Apakah itu bisa terjadi padaku juga? Aku sangat berharap memiliki kakak perempuan yang selembut Kak Ayu. Kakak perempuan yang akan dengan senang hati mendengarkan ceritaku.
"Tada—," Kak Ayu selesai mengutak-atik rambutku. "Ketika pernikahan nanti, aku ingin kamu seperti ini," Kak Ayu memegang pundakku. Kini, aku melihat diriku sendiri di depan cermin.
"Tidak cocok untukku Kak,"
Kak Ayu mengamatiku dari bayangan yang dipantulkan di cermin, "Nanti kita belanja baju bersama. Usai kamu seleksi." Kak Ayu melangkah meninggalkanku di kamar, katanya dia akan membantu Mama menyiapkan makan malam.
Setelah Kak Ayu menutup pintu, aku buru-buru mengambil ponsel dan mengambil beberapa foto diriku dengan dandanan rambut kreasi Kak Ayu.
Aku kembali ke buku bacaan, rasanya lebih suka melihat buku Kak Andi dari pada catatan yang sudah kubuat tadi di perpustakaan. Aku memutar musik instrumental dari ponsel sebagai pengiring belajarku. Aku membaca, menuliskan ke noteku, aku jadi mengambil bolpoin berwarna-warni dari dalam laci dan menulis beberapa kata kunci dengan warna-warna yang berbeda-beda.