[Finished-Bahasa Baku] His affection cures. But sometimes I think, it would be better if I'm never cured.
⚠️ The story may trigger some of the reader. Be mature and read at your own risk⚠️
Genre: angst, short story, romance, sensitive psychology con...
Cerita ini tentang seseorang dengan gangguan mental dan trauma. It may trigger some of the reader. Be mature and read at your own risk.
Work ini bukan lagi fanfic dengan jumlah kata 1000 ke atas, mungkin 1 chapter rata-rata hanya 900 words.
⚠️⚠️⚠️⚠️
CAST
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jung Jaehyun
25 years old A psychiatrist
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Han Yeona
23 years old Violence victim
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jung Jaerin
23 years old A designer
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seo Johnny
28 years old A veterinarian
♡°•○•°•Affection•°•○•°♡
Parastudio, Seoul, February 2019 Tanganku digenggam lembut oleh seorang pria kepercayaanku saat aku menatap ruangan penuh dengan kamera dan alat rekam lainnya. Di ujung sana, terdapat sisi yang paling terang dan paling rapi dari lainnya. Terdapat kursi tinggi di tengahnya, di sana lah nantinya aku akan memulai sesi sharing-ku.
"Nona Yeona, kau sudah siap?" Seorang wanita dengan earphone di telinga itu menghampiriku. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang entah bertuliskan apa. Aku tak peduli.
Aku tersenyum singkat pada wanita itu sebelum kemudian membalikkan badan ke arah pria di sampingku. Pria jangkung itu tersenyum begitu manis, membuatnya terlihat semakin tampan. Aku tak mengerti lagi apa yang harus kulakukan selain bersyukur memiliki pria sesempurna dia di hidupku.
"You can do it, Baby," ujarnya lembut seraya mengusap kepalaku. Sikap lembut yang selalu ku suka. Pria itu selalu menenangkan dan menyemangatiku di segala kondisi.
Perlahan, genggaman tangannya mengendur. Mempersilakanku untuk berjalan menuju kursi yang menjadi pusat perhatian kamera-kamera siaran. Aku tahu dia akan terus di tempatnya, dia sudah berjanji.
Aku pun berjalan yakin menuju kursi tersebut. Mendudukinya dan menatap kamera di depanku dengan tatapan tajam. Aku harus serius di sini. Semua hal yang ingin ku sampaikan sudah aku persiapkan sejak lama. Dan ini lah saatnya untuk mengungkapkannya semua.
"Kita akan mulai dalam 3, 2—" Wanita itu mengangkat tangannya, tanda bahwa aku sudah boleh memulai. Semua kamera terlihat menampakkan titik merah di setiap sudutnya, tanda kamera-kamera tersebut sudah sepenuhnya merekamku.
Perlahan-lahan, aku mengatur napasku. Menutup mataku sebentar sebelum kemudian mengangkat wajahku. Membiarkan diriku menjadi pusat perhatian dalam ruangan tersebut.
"Perkenalkan, nama saya Han Yeona. Di sini saya akan menceritakan pengalaman saya. Saya tidak yakin, mungkin bisa menjadi pengalaman yang terbaik, tetapi bisa juga menjadi yang paling buruk.
"Saya adalah korban penculikan, penyekapan, dan penyiksaan selama hampir 10 tahun. Haha, menyeramkan, 'kan? Entah lah, saya pikir, saya akan mati di ruang penyekapan. Namun, ternyata tidak.
"Seorang malaikat– ah, bukan. Manusia berhati malaikat, berperawakan kesatria, dan berwajah pangeran. Dia menyelamatkanku."
