RELY ON HIM

2.2K 230 8
                                    

March 2016, Seoul
"Yeona, kau akan baik-baik saja. Tidak ada yang menyakitimu."

Suara rendah nan menyejukkan itu kembali terdengar. Aku akui itu berhasil membuatku sedikit lebih tenang. Namun, tetap saja aku terus menggigil takut. Di sekitarku ada banyak orang yang aku tahu tengah menatapku aneh.

Atau jangan-jangan mereka memiliki niatan untuk memukulku seperti yang dilakukan oleh psikopat itu?

Tanganku bergerak untuk mencengkeram kaki kursi yang aku duduki. Dingin besi itu menyerap langsung ke telapak tanganku. Rasanya sangat berbeda dibandingkan dengan logam panas yang pernah mendarat di punggungku. Tetapi, rasa dingin ini juga tak sepenuhnya lebih baik karena dingin itu justru menjalar ke seluruh tubuhku.

Aku semakin menggigil.

"Psikiater Jung, dia masih sangat trauma."

Suara itu bukan suara pria bernama Jung Jaehyun. Suara itu berada sangat dekat denganku. Itu berarti selama ini Jung Jaehyun tidak hanya berdua bersamaku.

Tubuhku memberingsut, berkerut hingga aku bisa merasakan perutku menyatu dengan paha. Aku tidak suka orang asing!

"Aku tahu."

Kedua tanganku ditarik lembut dari kaki kursi untuk digenggam oleh tangan yang hangat. Terasa lebih baik dari dingin atau pun panas.

Tanpa sadar, aku mengangkat tubuhku dan menggenggam semakin erat tangan yang menggenggamku. Semua perasaan aman menyalur dari kehangatan tangan itu.

"Tapi, aku yakin Han Yeona kuat. Dia bisa sembuh."

Aku sama sekali tak mampu menatap wajah orang dihadapanku. Aku hanya mampu melihat ke arah jemari kakiku yang bergerak asal. Walaupun begitu, aku yakin betul jika orang beraroma vanila ini memiliki senyuman semanis aroma tubuhnya.

Entah lah, aku tidak terlalu bagus menilai orang. Aku sudah lama tidak bertemu dengan orang lain, selama ini aku hanya melihat wajah si psikopat yang penuh dengan kebencian saja.

"Ayo, aku antar ke kamarmu."

Dapat ku rasakan pria itu bangkit dari posisinya. Dengan sabar menungguku untuk bangkit dari dudukku. Bukannya apa-apa, aku masih ragu untuk bangkit dari tempat dudukku, takut jika yang dimaksud 'kamar' adalah ruang penyiksaan lain.

Tetapi, tubuhku berkhianat. Aku mengikuti kemana tanganku ditarik lembut. Aku juga tak yakin akan bisa kabur dari tempat itu atau tidak karena sedari tadi aku tak pernah mengangkat wajahku. Aku hanya merasa kakiku terlihat lebih menarik dari dunia luar.

Klak!

Tubuhku mengejang saat mendengar suara besi beradu. Takut-takut, aku sedikit menaikkan daguku. Di depanku terdapat pintu yang terbuat dari kayu. Ternyata baru saja pria itu membuka segel pintunya.

Hah, ingatan tentang bagaimana sebuah linggis mendarat di atas perutku kembali teringat.

"Selamat datang di kamar barumu. Aku harus pergi. Jika butuh sesuatu, jangan sungkan minta tolong kepada petugas."

Jung Jaehyun menggiringku masuk ke ruangan yang dimaksud dengan 'kamar' itu. Sederhana, sangat sederhana. Hanya ada kasur dan meja yang terbuat dari plastik. Selebihnya hanya ruang kosong. Ini bahkan lebih cocok disebut sel tahanan dibandingkan kamar.

Pintu di belakangku perlahan tertutup dan memperdengarkan bunyi segel tertutup. Benar yang ku pikirkan. Aku akan menjadi tahanan di sini.

Memangnya apa lagi yang aku inginkan setelah bebas darinya? Mendapatkan rumah layak dan mewah, mendapatkan pendamping hidup yang tampan, menikah, dan memiliki anak? Yang aku dapatkan hanyalah ruangan dominan putih itu.

AFFECTION - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang