SMILE

1.3K 181 12
                                    

Parastudio, August 2019

Dapat kurasakan tubuhku memanas saat membicarakan bagian ini. Aku tahu seluruh wajahku memerah. Tetapi, aku sama sekali tidak mencoba untuk menutupinya dari sorotan kamera karena pasti akan lebih kentara jika aku tengah tersipu saat ini.

Aku menghela napas, mengatur laju jantungku yang sialnya tidak bisa normal saat membahas tentang ini.

"Hari itu, dia mengajarkanku untuk tersenyum."










***











June 15th, 2016, Jung' Mansion, Seoul
Genap sepuluh minggu sudah aku tinggal bersama Jaehyun. Pria yang selalu dan tidak pernah absen untuk mengawasiku. Aku sempat penasaran dengan pekerjaannya karena setiap hari ia selalu berada di rumah bersamaku.

Dan ia menjelaskan dengan jujur bahwa aku lah pekerjaannya. Ya, dari awal aku tahu jika hubunganku tidak lebih dari sekadar seorang psikiatris dan pasien. Tugas Jaehyun di sini hanya menyembuhkanku, itu saja tidak lebih.

Aku sama sekali tidak berhak untuk menaruh harapan lebih pada Jaehyun. Siapa pula yang tidak merasa senang diperlakukan bak seorang putri oleh pria setampan Jung Jaehyun?

Dan memang seharusnya dari awal aku tidak pernah boleh jatuh padanya.

Setiap hari, setiap detik, aku selalu menekankan pada diriku sendiri bahwa Jaehyun tidak pernah merasakan apa yang kurasakan. Dia hanya menjalankan tugas.

"Yeona."

Suara Jaehyun mengagetkanku. Setiap saat aku memikirkan Jaehyun, pria itu selalu datang menginterupsiku. Seolah-olah pria itu tahu jika aku tengah memikirkannya.

Aku buru-buru menegakkan badanku yang awalnya sedang bersandar di bangku taman belakang rumah Jaehyun. Di hadapanku, Jaehyun berdiri seraya mengulum senyumnya.

"Ada apa?"

Pria itu justru terkekeh saat mendapat pertanyaan itu. Dapat kulihat kedua tangannya ia sembunyikan di belakang punggungnya.

"Coba tebak apa yang kubawa."

Wajahku kelewat datar saat menatap Jaehyun yang kini tengah berseri-seri– aku masih belum bisa tersenyum.

Aku menghela napas panjang kemudian menggeleng. Aku bukan lah orang yang suka menebak sesuatu di balik tubuh pria.

Sedetik kemudian, Jaehyun membawa kedua tangannya ke depan. Di tangannya kini terlihat satu buket besar bunga beragam jenis.

"Untukmu," ujarnya seraya menyerahkan buket itu kepadaku.

Indah. Bunga yang tersusun rapi dan pemandangan Jung Jaehyun yang tersenyum lebar kelewat indah. Kau tidak akan pernah bisa membayangkan sebelum melihatnya secara langsung.

Seperti malaikat yang menyamar.

Tanganku terulur untuk meraih buket raksasa itu. Aroma bunga-bunga itu langsung menusuk indera penciumanku, berlomba dengan aroma vanila milik Jaehyun. "Terima kasih."

Saat aku bergerak untuk mendekap erat buket itu, tiba-tiba Jaehyun berjalan ke belakangku. Aku tidak terlalu memperhatikannya karena aku cukup teralihkan dengan keberadaan buket bunga di pelukanku.

Ternyata, Jaehyun bergerak untuk menyatukan rambutku dan mengangkatnya. "Tolong pegang ini sebentar," pintanya seraya mengangkat rambutku yang sudah cukup panjang itu.

Aku tidak memprotes dan tidak menduga-duga apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanganku menurut dan mengambil alih rambutku yang sudah rapi disatukan oleh Jaehyun.

AFFECTION - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang