April 2016, Jung' Mansion, Seoul
Aku tidak mengerti alasan mengapa Jaehyun begitu bersikeras membawaku pulang ke apartemennya. Ia bilang kamar itu terlalu dingin untukku. Padahal malam tanpa ancaman sebelum tidur saja sudah sangat aku syukuri. Tak peduli kamar itu terlalu dingin atau panas.
Sempat ku dengar bahkan Jaehyun bertengkar dengan pria kemarin hanya untuk membawaku pulang. Sebenarnya aku tak masalah tinggal dimana pun asalkan tanpa ada si psikopat di sana.
Bahkan tinggal di gurun tanpa pasokan air lebih terdengar menarik.
Aku sempat berpikir. Bagaimana jika selama ini yang kupikirkan tentang Jaehyun adalah salah besar? Bagaimana ternyata Jaehyun adalah orang yang melanjutkan penderitaanku?
Tentu saja semua itu terpikirkan olehku. Tetapi, lagi-lagi Jaehyun, seperti yang ku katakan, memiliki sihir yang begitu ajaib hingga membuatku takluk bahkan hanya dengan suaranya saja.
"Selamat datang di rumahku."
Aku sempat tersentak saat seruan Jaehyun memenuhi setiap sudut mobil. Mataku kembali sulit fokus saat ingin mencari tahu dimana aku berada. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali agar bisa kembali fokus.
Tiba-tiba aroma vanila kembali memenuhi indera penciumanku, mengalahkan pengharum mobilnya yang ku yakin adalah beraroma kopi. Rupanya ia tengah melepaskan sabuk pengamanku.
Dari penciumanku, aku bisa merasakan Jaehyun begitu dekat denganku. Namun, aku sama sekali tak sanggup menoleh ke arah pria itu.
Kami akhirnya turun dari mobil. Tentu saja dia membukakan pintu mobilnya untukku.
Ah, aku jadi teringat putri-putri dalam buku dongeng yang ibu ceritakan saat aku masih kecil. Mereka diperlakukan sama seperti Jaehyun memperlakukanku. Tentu saja aku bahagia mendapat perlakuan itu.
Tetapi, lagi-lagi aku bahkan tak sanggup menarik ujung bibirku membentuk senyuman.
Aku lupa bagaimana caranya tersenyum.
Jaehyun sama sekali tak membiarkanku jalan di belakangnya. Dia menggenggam tanganku agar kita bisa jalan beriringan memasuki rumah besar itu.
Sungguh, jika ada orang yang berkata bahwa Jaehyun adalah seorang pangeran maka aku akan percaya. Rumah di hadapanku itu benar-benar besar seperti istana. Rumah dominan putih itu semakin terlihat mewah dengan keberadaan anak tangga di depannya. Persis seperti istana yang selama ini aku bayangkan.
Tangan yang menggenggam tanganku itu terlepas saat pria itu membuka pintu tinggi di depanku. Saat pintu itu terbuka, tanganku kembali hangat tergenggam.
"Ayo masuk," ucap pria di sampingku dengan suara beratnya.
Sungguh, aku ingin sekali melihat bagaimana rupa pemilik suara merdu itu. Namun, kepalaku terasa begitu berat walau hanya untuk menoleh ke samping.
Aku takut jika ternyata wajah Jaehyun yang ku lihat nanti adalah wajah si psikopat.
Hah, membayangkan saja membuatku kembali menegang.
Setelah beberapa lama kami berjalan mengitari rumah dan naik tangga, tiba lah kami di depan pintu putih dengan dekorasi lampu dinding di sampingnya. Tangan Jaehyun yang menganggur bergerak membuka pintu tersebut dan memperlihatkan isi kamar yang didominasi warna emas itu.
Sangat indah.
Di pusat kamar terdapat ranjang luas dengan sprei berwarna putih bersih. Tepat lurus di depanku terdapat jendela yang sangat besar, jauh lebih besar dari jendela kamarku sebelumnya. Di luar sana, aku dapat melihat balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION - Jung Jaehyun ✔
Фанфик[Finished-Bahasa Baku] His affection cures. But sometimes I think, it would be better if I'm never cured. ⚠️ The story may trigger some of the reader. Be mature and read at your own risk⚠️ Genre: angst, short story, romance, sensitive psychology con...