BAB 3

380 54 1
                                        

Happy reading


.

.

Aku sudah lelah dengan ajuan Jenna yang datang tiba-tiba. Biasanya jika ada yang menyewaku menjadi pengacara, aku akan menyuruh anak-anak magang untuk menyelesaikan kasusku. Tapi dengan syarat mereka harus memberi tahu lewat via ponsel.

Valleta membuka pintu mashion min dengan gontai. Tentu saja mabuk, dia baru saja menghabiskan dua botol soju di kedai malam pinggir jalan menuju rumah.

Jam menunjukkan hampir 12 malam. Dimana Nara sudah tertidur tiga jam yang lalu. Rumah yang remang-remang dan sepi.

"Wah darimana saja kau chagi?" seseorang memangginya, masih setengah sadar saat Yoongi memanggil.

"bersenang-senang" Valleta berucap malas dengan menaiki tangga dengan malas. Berjalan gontai dan tak menghiraukan kakinya tergelincir ringan. Yoongi mungkin sudah tahu jika Valleta mabuk dari cara berjalannya pun mudah ditebak.

"Kau terlihat mabuk chagi" langkah Yoongi akhirnya mengikuti Valleta naik dan masuk ke kamar.

Pintu terbuka, gelap dengan cahaya remang lampu tidur. Yoongi menggelengkan kepalanya. Valleta benar-benar buruk kali ini. Duduk di depan cermin sesekali tersenyum dan merancau tak jelas.

"Apa aku terlihat mabuk?"

Hanya satu kalimat itu yang terdengar jelas dikuping Yoongi. Valleta berdiri dan kembali berjalan melewati Yoongi yang ada di depannya lalu duduk di pinggir ranjang, mengambil satu pil dari botol coklat dan meminumnya. "Aku mengantuk jangan ganggu aku"

Valleta merebahkan tubuhnya di ranjang empuk. Tidur terlentang dengan selimut dibawah tubuhnya, matanya benar-benar tidak bisa diajak kompromi.

Yoongi teracuhkan, bagaimana bisa dia diacuhkan begitu saja. Yoongi menatap wajah cantik Valleta yang tertidur. Wajah memerah akibat alkohol dan bibir basah yang menggoda "Hem... Kau mengodaku"

"Kau cantik, mengapa aku dari dulu tidak menyentuhmu? Kaukan istriku" bisik Yoongi sambil menyelipkan sebagian rambut yang menutupi wajah Valleta. Yoongi mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir Valleta.

Yoonhi menyesap bibir itu, mengecap sisa soju yang masih menempel pada bibir manis Valleta. "ummm.." tubuh Valleta bergerak gelisah, dadanya sesak.

"Bernafaslah dengan pelan chagi" ucap Yoongi setelah melepas pagutan mereka. Valleta meraup udara sebanyak-banyaknya. Bibir mereka kembali bertemu, menyesap dengan lembut. Hanya malam ini dengan cahaya lampu remang.

*

Cahaya pagi yang menyilaukan mata, masuk melalui cela tirai. Burung-burung kecil sudah bernyanyi di pagi hari. Dua orang diatas ranjang itu masih tertidur pulas dengan selimut diatas tubuh mereka. Bantal bantal kursi yang berceceran bersama sebuah kemeja dan bra putih yang tergeletak tak berdaya diatas lantai.

Mata indah Valleta terbuka, pemandangan yang dia lihat adalah punggung kokoh terbalut selimut bersamanya. Valleta terduduk dan mengerjapkan matanya mencoba menetralisir keadaan di sekelilingnya. Bantal-bantal yang sebagai penyekat berceceran di bawah lantai berserta kemeja Yoongi dan bra putih entah milik siapa.

tunggu itu milliku?

Mencoba menginggat sesuatu. Tidak Valleta benar-benar putus asa menginggat kejadian semalam itu. "Apa yag aku lakukan?" Dia meraba dadanya berharap bra itu bukan miliknya. "Yakk... Persetan kau Min Yoongi!" Valleta berteriak sambil menapuk punggung Yoongi dengan bantal.

"Appo... Apa-apaan kau ini?" dia terbangun dengan suara parau. Melihat istrinya terbangun dengan muka merah dan berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut. Yoongi terkekeh pelan.

"Apa yang kau lakukan padaku huh? " muka Valleta memerah, sungguh dia malu dan panik.

"Kheh... Singkirkan tanganmu itu aku sudah tau"

"Babo" Valleta kembali menapuknya dengan bantal tepat di mukanya. "Appo..."

*

Surat ajuan hak asuh Min Nara sudah di pengadilan, Valleta baru saja mendapatkan kabar dari kejaksaan. Pagi-pagi sudah disibukkan dengan urusan ini.

"Jangan sampai hak asuh Nara sampai pada Jenna, jika itu sampai terjadi maka akan ada akibatnya darimu" Yoongi berbicara dan mengancamnya. Valleta menghentikan kegiatannya, memijat pelipisnya setelah memdengar ucapan Yoongi barusan.

Tunggu dulu mengapa dia bisa tahu jika aku memikirkan ajuan Jenna? Apa Yoongi seorang cenayang?

Valleta menatap Yoongi yang tengah mengancingi bajunya. "Sudah tidak usah banyak bicara"

Terduduk di pinggir ranjang sambil sesekali melihat keadaan berantakan di kamar ini. "Appo.." Valleta baru sadar. Kemarin saat pulang dari bar kakinya tergelincir di tangga sialan rumah ini.

Yoongi menghampirinya, "Kemarin kau tergelincir? Mana yang sakit?"

"Anni, tidak ada yang sakit... Appo" mengindari kebaikannya dan mencoba tuk berdiri lagi namun Valleta kembali terjatuh, untungnya tidak sampai mencium lantai karena Yoongi yang menolongnya.

"Bisa kau singkirkan lenganmu tuan Min?" Yoongi menuruti permintaannya. Valleta kembali terduduk terduduk dan memegang kaki kirinya.

"Kau yang keras kepala jelas-jelas kakimu yang terkilir, masih saja maksa tetap berdiri" kini Yoongi mengoceh sambil memijat kakinya yang terkilir.

"Sudah tidak sakit?" tanya Yoongi yang masih memijatnya, Valleta menatapnya tak percaya. Ternyata pria didepannya ini bisa seperti ini, pengertian.

Entah mengapa, mungkin Yoongi peka jika ditatap. Sesegera mungkin Valleta mengalihkan pandangannya ke pintu. Yoongi sadar jika Valleta memandanginya.

"Hei... Kenapa? Apa aku terlalu tampan dimatamu? Sejak dulu aku memang tampan chagi. Kau saja yang tak menyadarinya"

"Hah.. siapa juga yang lihat kau, aku lihat Nara disana" Valleta berbohong. Yah, berbohong untuk menutupi rasa malunya. "Sudah tidak sakit, terimakasih" Yoongi tersenyum dan berdiri sambil melihat kearah pintu yang sedikit terbuka. Min Nara mengintip sambil terkekeh pelan.

"Min Nara... Jangan bersembunyi eomma sudah tau kau disana akan kugelitik dia"

*

Valleta berjalan pelan di tangga. "Dasar tangga sialan", nyatanya kakinya terkilir saat menaiki tangga ini.

"Maaf nona atas keterlambatan saya," seseorang pria tua di depannya membungkuk hormat, dia adalah seorang detektif dari jepang. Namanya tuan Miraku Moe, aku berkerja sama dengannya, dengan dia sebagai detektif dalam menyelesaikan kasus yang aku terima.

"Tidak apa-apa tuan moe" ucap Valleta, masih berjalan dengan pelan.

"Anda tidak apa-apa nona?" dengan sigap tuan Moe menuntunnya sampai di lantai dasar. Valleta menggeleng lalu mempersilahkan dia duduk di sofa.

"Ahjumma tolong buatkan teh untuk tuan Moe" teriakku. Ahjumma mengangguk dan segera membuatkan pesanan yang Valleta pinta.

Tuan Moe memberikan berkas dari pengadilan. "Dari hasil yang saya terima ini adalah bukti-bukti bahwa tuntutan nyonya Jenna bisa kuat" Valleta melihat berkas yang diberikan tuan Moe dan membaca dengan seksama. Mata indahnya melebar ketika melihat sesuatu yang tak Valleta ketahui selama ini.

"Ini... Maksud anda... Nara bukan anak dari Yoongi?"

Tuan Moe memgangguk memperjelas.

"Ini jelas janggal, akta kelahiran Min Nara di dokumentasi negara juga tidak ada." Valleta mulai penasaran, kembali membaca data-data itu lagi. Ahjumma datang sambil membawa dua cangkir untuk kami.

"Selidiki seluruh rumah sakit setidaknya aku mempunyai bukti" pintanya. Setidaknya Valleta bisa memenangkan hal ini.

TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Silahkan baca eps selanjutnya kalo anda mau..... Hehehe

Seesaw ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang