Bab 6

428 41 0
                                    

Happy read
.
.
.
.
.
.

Valleta lihat Yoongi turun dari tangga dengan dengan membawa koper. Dia ingat jika hari ini Yoongi akan pergi ke Busan selama seminggu. Berjalan menghampiri dirinya yang tengah memakaikan dasi. "Kau itu, sini biar ku benahi" Valleta tampak serius membenahi dasi panjang Yoongi. "Sudah selesai"

"Terimakasih, Nara sayang appa pergi ke Busan. Ada yang ingin disampaikan pada appa ingin sesuatu atau mainan?"

Yoongi menghampiri Nara yang asik bermain crayonnya. "Salam ke paman Jimin" ucapnya pelan.

"Beres nona kecilku nanti akan appa sampaikan. Valleta aku berangkat ke Busan seminggu ini jaga putri kecilku dirumah" kata Yoongi, aku hanya mengangguk. Senang rasanya bila melihat Yoongi yang bahagia.

Tuan lee, sekertaris itu datang tergesa-gesa. "Sanjangnim mari, kita akan telat"

Dia mengangguk paham. "Appa berangkat ya sayang, jangan nakal okey" gemas melihat keduanya, ternyata Yoongi tidak melupakan ciuman perpisahan dengan Nara. "Dah appa"

"Dada... Princessku"

Pintu tertutup kembali, Valleta masih menatap pintu yang tertutup itu. Suara mobil Yoongi terdengar semakin menjauh dari halaman rumah.

"Eomma rindu appa?" suara kecil Nara terdengar lucu. "Appamu baru saja pergi, kalau Appa mu pergi lama eomma pasti rindu, eomma kesepian" gadis kecil itu kembali mencoret kertas putihnya dengan crayon warna merah. "Nara akan menggambar appa biar eomma tidak kesepian"

"Terimakasih putriku.."

*

Aku baru saja selesai dengan pekerjaan rumah, selama satu hari ini asisten rumah tidak dirumah jadi aku harus mengambil alih sementara. Untungnya rumah ini tidak terlalu besar. Tapi entah mengapa aku heran dengan jalan pikiran Yoongi. Disaat semua orang-orang kaya ingin dipandang dengan kekayaannya. Dia malah membeli rumah yang tidak seberapa besar. Mungkin dia merasa cukup untuk dirinya, Nara dan seorang asisten rumah. Telepon rumah berdering. Pasti Yoongi sudah sampai di Busan. Pasti dia rindu Nara.

"Hallo, Yoo-"

"Halo Valleta kau kenal aku?" betapa terkejutnya aku, suara perempuan yang ada di telepon. Tidak terlalu asing, suara ini terlalu familiar di telingaku. "Jenna?"

"Tepat sekali oh ya. Aku hanya ingin kau tahu. Aku sudah kirim foto padamu kau lihat saja dulu... Fufufu" ucapnya sebelum sambungan telepon kabel itu terputus. Aneh. Aku benar-benar tidak mengerti. Segera aku merogoh ponselku di saku dan melihat pesan email yang baru saja masuk.

Mataku melebar. "Oh tuhan Yoongi... Apa yang Jenna inginkan sebenarnya?" entah mengapa aku mulai khawatir bahkan jika kau tau aku sudah panik. Kubaca seluruh pesan email itu dengan seksama. Ternyata, Jenna menginginkan Nara dengan mencelakai Yoongi. Tanganku bergerak cepat untuk menelpon seseorang.

"Hallo tuan Moe.. Bisa ke rumah sekarang?"

*

Valleta pergi ke tebing perbatasan bersama Nara yang tertidur, pagi-pagi sekali Valleta menemui Jenna. Mobilnya bergerak cepat, menerobos jalanan yang sepi. Pegunungan terlihat, bahkan jurang terlihat mengerikan. Untungnya Nara masih tertidur dengan jaket merah muda yang hangat di tubuhnya. "Maafkan eomma sayang, eomma janji kau akan baik-baik saja" guman Valleta sambil menghentikan laju mobilnya tepat di mana Jenna menginginkan Valleta untuk menyerahkan Nara padanya.

Valleta membuka pintu mobilnya sambil mengendong Nara yang hampir terbangun. "Sesuai perjanjianmu aku membawa Nara jadi lepaskan Yoongi" Jenna memang licik, wanita itu bahkan puas ketika melihat Nara ikut bersamanya. Keadaan Yoongi sangat kacau dengan tangannya terikat tali tampar, kedua pria kokoh di sana berniat menjatuhkan Yoongi jika Valleta tidak memberikan Nara.

"Berikan dulu Nara padaku maka akan kuserahkan Yoongi padamu"

"Jangan Valleta!" Yoongi berteriak, namun Valleta sudah terlanjur memberikan Nara kepada Jenna. Ini yang Jenna inginkan. Kedua pria itu mendorong Yoongi kearah Valleta, terhuyung hampir terjatuh. Bahkan Jenna sudah kabur bersama Nara dan kedua pria itu dengan mobilnya. Valleta melepaskan ikatan tali ditangan Yoongi "Kenapa kau berikan Nara padanya?" dia geram, kesal bahkan kecewa. "Maafkan aku Yoongi, tapi kau bisa menceraikanku jika misi ini tak berhasil" Valleta menjawabnya tenang sambil melepas ikatan tali pada tubuh Yoongi. Pergelangan tangan putih itu memerah akibat ikatan tali itu.

Yoongi bingung dengan ucapan Valleta "Apa maksudmu?". Valleta tersenyum tak memberikan alasan apapun. Matanya beradu dengan mata Yoongi yang masih bertanya-tanya, Ponsel Valleta berbunyi. Panggilan dari tuan Moe.

"Halo bagaimana tuan Moe?"

Valleta melirik Yoongi sekilas. Pria itu tampak memicingkan matanya tak mengerti. "Baiklah aku akan segera kesana" panggilan itu terputus, "Ayo Yoongi kita jemput Nara" Valleta menarik lengan Yoongi memasuki mobil, bergegas menjemput Nara seperti yang tuan Moe katakan di via ponsel.

"Ini bagian rencanamu?" tanya Yoongi mengintimidasi dirinya yang sedag fokus ke arah jalan raya. "Yeah" tidak terlalu jauh dari lokasi tadi Valleta menatap tiga mobil polisi menyegrab Jenna beserta kedua pria yang bersamanya. Mengiring mereka masuk kedalam mobil polisi.

Yoongi memeluk gadis kecilnya yang menangis. "Appa, aku takut" Nara memeluk Yoongi erat.

"Syukurlah kau selamat" ucap Yoongi sembari memberikan kecupan-kecupan di pipi gemilnya. "Maafkan eomma sayang " kata Valleta menyesal. Tapi, gadis itu juga memeluknya, memeluk mereka.

Tuan Moe tersenyum melihat kami yang berpelukan. Akhirnya misi ini berhasil sangat baik "Sudah saya tangani tuan dan nona" Yoongi mengetahui Moe tentu saja dia tahu Moe. Karena pengadilan hak asuh seminggu lalu. Yoongi menghampiri Tuan Moe dan membungkuk "Terimakasih Moe"

"Tidak, jangan saya. Berterimakasihlah pada nona" Yoongi kembali mengangkat kepalanya dan menoleh, menatap Valleta yang tengah mengendong Nara.

"Terimakasih Valleta"


TBC


Aku baru inget kalau aku minjem nama Yoongi a.k.a Suga BTS a.k.a Agust D buat ff ku.... 😅


Next eps👉


Seesaw ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang