Bab 11

476 42 0
                                    

Eits... Jika suka ceritanya jangan lupa vote dan follow aku ya! Nggk bayar kok haha..
Sudah di pencet kan?
Thanks!

Happy reading...

.

.

.

Hari terus berlalu, semua terasa mimpi. Padahal dulu kami saling tidak suka, bertengkar dan saling mengejek satu sama lain. Tapi lihatlah sekarang, kami saling bersama tidak ada kata ingin pisah di pikiran kami.

"Eomma, aku berangkat" teriak gadis kecil yang baru saja selesai sarapan, pembantu rumah mencoba merapikan kembali seragam baru milik gadis itu. Dia terlihat senang sekali karena hari ini pertama kalinya masuk sekolah dasar. Kaki kecilnya berlari menuju mobil ayahnya. "Nona Nara jangan lari"

"Biarkan saja"

"Maaf, Nyonya lantai baru saja saya bersihkan, saya takut jika ada yang belum kering" pembantu itu menunduk, lalu pamit kedepan karena Nara meminta tolong untuk diambilkan sepatunya.

Valleta melihatnya gemas sekali. Bagaimana gadis itu memberikan ucapan terimakasih. "Aku berangkat, jika kau masih tidak enak badan telepon aku" ucap Yoongi sambil mengecup kening Valleta.

"Aku baik-baik saja, hati-hati dijalan" hanya senyuman yang Valleta berikan hingga mobil itu melaju menginggalkan pekarangan rumah. Entah mengapa perutnya kembali mual dan ingin mengeluarkan semua makanan pagi ini. Berlari ke wastafel dan memuntahkan semua makanan pagi ini.

"Nyonya tidak apa? Saya ambilkan Obat dulu" ucap pembantu itu berlari mengambil kotak p3k. "Nyonya obat mual habis? Saya akan beli lagi di apotik sebentar"

Valleta membersihkan bibirnya. "Tidak usah, lagi pula aku kan ke dokter, tolong ahjumma bilang ke ahjussi lee untuk persiapkan mobil"

Pembantu itu mengangguk mengerti dan bergegas untuk menemui sopir pribadi Valleta.

*

Valleta heran, mengapa dokter pribadinya tak memperbolehkan membuka resep obat yang di berikan padanya. "Selamat pagi nyonya, anda butuh apa?" tanya sang apoteker.

"Aku ingin menukar resep dokter" ujar Valleta dengan memberikan resep dokter yang terlipat.

"Sebentar," ucap sang apoteker itu sambil mencari resep obat milik Valleta di dalam. Tiba-tiba apoteker itu keluar dengan membawa beberapa obat dan testpeck?

Apoteker itu segera meletakkan obat-obatan dan testpeck kedalam kantong plastik. "Tunggu apa anda tidak salah resep?" tanya Valleta menghentikan kegiatan sang apoteker.

"Tidak Nyonya, resepnya betul. Semuanya 50 won", ucap apoteker itu sambil memberikan kantong plastik itu ke Valleta, dengan segera dia memberikan uang.

*

Sesampai dirumah Valleta benar-benar tidak mengerti. Tadi dokter Aerin menyuruhnya mengeceknya untuk memastikan bahwa dugaannya benar. Masih menimang-nimang benda itu di pangkuannya, masa ia dia hamil?

Matanya melihat kalender di nakas. Lingkaran merah di tanggal 9 Maret. "Besok dia ulang tahun, kalau dugaan dokter Aerin salah. Aku harus membelikan hadiah untuknya"

"Coba dulu" gumamnya sambil mengambil testpack tu dan bergegas ke dalam kamar mandi untuk memastikan.

*

Valleta menunggu hingga alat itu bekerja baik. "Omo apa alat ini salah?" Valleta terbelakak, antara kaget dan tak percaya karena melihat dua garis merah disana. "Aku hamil"

Seesaw ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang