BAB 4

337 46 0
                                    

Setelah bertemu dengan tuan Moe dirumah Valleta mendapat pesan dari pengadilan untuk mengurus surat. "Ahh... Tidak bisakah untuk tidak membuatku repot?" Valleta berteriak, Kepalanya benar-benar pening dan kakinya belum sepenuhnya sembuh karena terkilir. Untungnya rumah ini sepi, pembantu rumah tangga mengantar Nara bermain ditaman kota tak jauh dari rumah.

Ponselnya berdering. Valleta memeriksa siapa yang menelponnya "Ahjumma bawa Nara pulang jika masih menginginkan es krim" tapi apa yang dijelaskan pembantu rumah tangga itu membuat bola matanya memekik.

"Iya aku kan kesana secepatnya, baik terimakasih" seketika wajahnya berubah panik.

*

"Dimana putriku?" Yoongi datang dengan panik, berteriak seperti orang kesetanan. Berdiri dan mengoncangkan tubuh pembantu rumah tangga itu mempertanyakan soal kondisi Nara. "Apa kau tidak bisa mengurus putriku dengan baik?!"

"Yoongi sudah hentikan," Valleta mencoba menghentikan tindakan Yoongi. Pria itu urung untuk memukul pembantu rumah tangga itu. "Maaf saya tuan saya salah" pembantu itu meminta maaf darinya. Dokter keluar dari ruang ICU dan mendekat kearah mereka.

"Bagaimana keadaan putriku dokter?"

"Kami membutuhkan donor darah untuk putri anda"
Valleta menunduk, meremat ujung dressnya. Sudah saatnya Yoongi tahu jika nara bukan putri kandungnya.

"Ambil punya saya saja" Valleta mengangkat kepalanya.

Tidak Yoongi tidak bisa mendonorkan darah untuk Nara.

"Apa golongan darah anda B+, kami membutuhkan golongan darah B+?" tanya dokter itu, Yoongi menyipitkan matanya bingung dengan perkataan sang dokter.

"Golongan darah saya B+ " sesaat semuanya hening, ketika Valleta mengajukan dirinya untuk menjadi pendonor. "Mari"

"Tenang semuanya akan baik-baik saja" Yiongi terpengah mendengar penuturan Valleta sebelum wanita itu benar-benar memasuki ruang ICU.

*

Operasi tadi berjalan lancar, Nara mau menerima darahnya. Valleta menatap gadis kecil itu tertidur dari tadi. Perban membalut kepalanya. Sungguh malang gadis kecil Min ini. Sebagai orang tua, Valleta dan Yoongi tetap khawatir dengannya, berharap Nara segera bangun dari masa kritis. Segala macam doa diucapkan Valleta sambil menggengam telapak mungil gadis kecil.

"Appa, eomma" Valleta mendengar Nara memanggil.
"
Kau sudah bangun sayang" Nara yang baru saja membuka matanya. Dia seakan bingung dengan tempat ini. Yoongi bergegas kearah gadis kecilnya dan berkali kali mencium telapak mungil Nara.

"Syukurlah kau tidak apa-apa sayang" sungguh bahagia ketika mengetahui Nara terbangun dan tersenyum kecil. "Appa maafkan Nara"

"Itu bukan salahmu sayang"

"Jangan salahkan ahjumma juga" Yoongi termenung dan mengusap rambut putrinya. "Tidak akan. Sekarang Nara ingin apa? Biar appa belikan makan"

"Ice Cream"

"Ice Cream? Okey appa akan belikan tapi jangan lupa gosok gigi"

Benar-benar pemandangan apa ini. Valleta dibuat takjub oleh keduanya. Yoongi benar-benar menyayangi Nara bak seperti putrinya sendiri.

"Valleta aku keluar sebentar" Valleta mengangguk keci. Yoongi keluar membelikan pesanan Princess kecilnya. Wajahnya sedikit gusar, sudah saatnya Yoongi tahu kalau Nara bukan putri kandungnya.

*

Valleta mendapatkan telepon dari tuan Moe. Menyuruh pembantu rumah untuk menjaga Nara sebentar saja untuk menganggkat telepon.

"Hallo, Tuan Moe"

"Nona, aku sudah menelusuri data di rumah sakit di Seoul tapi aku tidak menemukan hasil. Tapi aku menemukan sebuah informasi tentang ini dari seorang perawat, besok aku kan menemui anda"

"Baiklah"

Valleta menutup panggilan ini. Berharap apa yang ditemukan tuan Moe bisa menyangkal tudingan tak masuk akal Jenna di pengadilan.

TBC

Kalian bingung?

Tenang author juga bingung.. Hehe...

Lanjut besok ya...

Maaf karena ceritanya semakin hari semakin pendek...

Seesaw ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang