Happy reading guys
.
.
.
.Pusing. Itu yang Valleta rasakan ketika matanya kembali terbuka. Sadar dari tidurnya yang panjang. Matanya menelusuri tiap lekuk ruangan. Tisak asing ini Kamarnya tentu saja. Bukan rumah sakit. Tangan kanannya memegang kepalanya yang terasa berat mencoba terduduk. Sudah malam ternyata, pantas jika Yoongi tertidur di sampingnya. Mungkin lelah menunggunya siuman.
Dia mulai turun dari ranjang, mencari segelas air putih di dapur. Tak sengaja dia melihat amplop coklat hasil pemeriksaannya bulan lalu diatas nakas. "Jadi Yoongi sudah tahu?" gumannya sedih. Niatannya urung untuk mengambil minum. Beranjak ke lemari mengambil cardigan, lalu mengambil tas miliknya yang tergrletak di sofa. "Maafkan aku, Kuharap kau tidak mencariku" pamit Valleta tanpa membangunkan Yoongi yang terlelap.
*
Mata Yoongi membuka perlahan melihat cahaya matahari yang masuk disela-sela tirai. Membuatnya menyipit, dia tak menyukai cahaya mentari yang mengenai kedua matanya. Tangannya menyibak selimut dan berganti haluan dengan mata terpejam. Tangannya berusaha mengapai seseorang di sebelahnya, tapi ada kejanggalan disana, ia membuka matanya dan melihat kekosongan. "Valleta?" Yoongi bingung sejak kapan Valleta menghilang di pandangannya? Kemana dia. Akhirnya dia bangkit dan mencari keberadaan wanita itu, tapi nihil tidak ada. Yoongi benar-benar frustasi, mengacak-acak rambutnya kesal. Valleta tidak ada di seluruh bagian rumah ini.
"Tuan, ada telepon untuk anda" pembantu rumah tangga itu memanggilnya sopan. Yoongi mengangguk pelan dan menuju nakas di seberang sofa. Lalu meraih gangang telepon kabel itu dari tangan pembantu rumah.
"Hallo.."
".."
"Baik, aku akan kesana. Terimakasih Appa" telepon itu tertutup. Yoongi merasa senang, akhirnya dia mengetahui dimana keberadaan wanitanya itu.
"Ahjumma, tolong temani Nara. Aku akan menjemput Valleta pulang" ucapnya, wanita tua itu mengangguk mantap. "Baik tuan."
*
Daegu, kini Yoongi benar-benar menjemput Valleta ke sana. Jarak tempuh antara Seoul dan Daegu lumayan jauh, bersyukur karena adanya jalan tol ini bisa di raih waktu lumayan singkat. Pukul dua belas siang tepat, mobil hitamnya terparkir di depan rumah besar tuan Kim. Segera dia keluar dengan tergesa-gesa. Tidak perlu menekan tombol bel, pintu itu sudah terbuka karena pembantu dirumah itu sudah mengetahui. "Silahkan tuan Min" ucap pembantu rumah itu mempersilahkannya masuk. Takperlu basa-basi Yoongi ingin cepat-cepat menemui istrinya.
"Ingin bertemu putriku, Min Yoongi?" tanya seseorang yang tak adalah ayah mertuanya. Yoongi membungkuk hormat. "Iya tuan" ucapnya singkat.
"Dia ada di kamarnya, tadi pagi dia datang dengan taksi. Dia datang dengan muka pucat, aku menyuruhnya untuk istirahat" ucap tuan Kim padanya. Mendengar keadaan Valleta ingin ia cepat-cepat bertemu dengan wanita itu
"Masuklah, temani dia" suruh tuan Kim, sambil membuka pintu kamar Valleta. Menyuruh Yoongi untuk masuk.
Akhirnya dia melangkah kedalam kamar bernuansa feminim. Matanya menangkap seseorang yang tengah merapihkan selimut untuk wanita di atas ranjang.
"Maaf tuan, nona baru saja tidur" ucap pembantu di rumah itu, Yoongi mengangguk tanda paham dan menyuruh pembantu itu keluar.
Dia mendekati Valleta yang tidur, melihat dengan hati iba. "Mengapa kau menyakiti dirimu sendiri? Aku mencintaimu, aku tidak ingin kau seperti ini" ucap Yoongi membelai lembut pipi Valleta yang merah karena tubuhnya yang demam, lalu di kecupnya pelan didahi wanita itu.
"Aku mencintaimu, kau ingat dulu saat kita masih menginjak bangku senior high school aku selalu membuatmu iri, tapi kau memperlihatkan kemampuanmu dan aku menyukai itu. Aku mohon jangan seperti ini lagi" pintanya.
*
Malam hampir menyapa, Valleta baru membuka matanya perlahan. Dia sudah cukup baik untuk hari ini. Sudah beberapa jam dia tidur dan membuat perutnya keroncongan minta diisi makanan. Padahal dia sendiri tidak ingin makan. Matanya menelusuri kamar miliknya hingga dia melihat sesosok pria yang dikenalnya, tertidur di sofa.
"Yoongi? kenapa disini?" gumannya sambil bangkit dari tidur dengan selimut yang dia ambil dan berjalan mendekati sofa. Benar Yoongi ada di sini. Valleta menyelimutnya agar tak kedinginan toh ini sudah mulai musim dingin.
"Kau sudah bangun rupanya" ucap pria itu sambil melihat Valleta di depan matanya, beranjak bangun dari tidurnya yang terusik. "Kenapa disini?"
"Kau sakit, jadi aku khawatir" Valleta terdiam dengan jawaban itu. Dia memang sedang tidak enak badan. "Yoongi, maafkan aku. Kau pasti sudah tau" ucapnya pelan, hampir menangis.
Yoongi segera memeluk wanita itu, memberikan ketenangan dan kehangatan "Jangan memaksakan dirimu, walaupun kau tidak akan menurunkan keturunanku aku tak masalah"
"Sudah hentikan tangisannya. aku mencintaimu" Valleta termangu mendengar kata itu. "Kau mencintaiku?" tanyanya seakan meyakini ingin lagi.
"iya, apa salahnya aku mencintai istriku. Kau tidak mencintaiku?" tanya Yoongi. Namun apa yang dia dapat dari Valleta hanya pukulan kecil. "Appo, kenapa kau malah memukulku? Sini biar kau tau rasa" ucao Yoongi sambil memeluk Valleta erat. "Aku juga, mencintaimu"
*
TBC
Next eps
KAMU SEDANG MEMBACA
Seesaw ✔️
FanficValleta menerima tawaran Yoongi untuk menjadi istrinya. Berharap akan mendapatkan keuntungan namun sayangnya banyak kejadian tak terduga merundungnya. *** Yoongi, pria berusia hampir 30 itu mau tidak mau harus menikah dengan rivalnya dulu, Valleta K...