1

6K 172 1
                                    

Seorang gadis berjalan dengan buku sketsa yang ada ditangannya serta senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Sesekali dia menyapa teman-temannya yang berada dikoridor sekolah. Ya dia Aina, yang biasa di panggil Ai.

"Hai Ai, tumben dateng pagi hehehe" sapa dari seseorang yang duduk dikursi koridor sekolah.

"Hehehe iya nih, gue lagi kesambet setan rajin kayanya hahaha." Begitulah jawaban Aina yang membuat orang lain ceria. Aina melanjutkan jalan menuju kelasnya yang berada diujung koridor.

Setelah sampai kelas, ternyata Afnan Atma Purnama Wijaya, yang biasa di panggil Afnan. Sahabat yang sudah Aina anggap sebagai kakaknya sendiri sudah berada di tempat duduknya. Dengan langkah ceria, Aina menghampiri tempat duduknya yang disamping Afnan.

"Haiii sodaraku yang paling ganteng hehe." goda Aina dengan langsung memeluk Afnan.

"Kalo dateng tuh ucapin salam, bukan main peluk aja." gerutu Afnan.

"Hehehe iya gue lupa Nan yaelah gitu amat",Balas aina.

"Apa yang lo lakuin kemarin dirumah sakit?" Tanya Afnan langsung sambil menatap dengan tatapan tajam dan menyelidik ke arah Aina.

"Nah loh kok dia bisa tau kemarin gue dirumah sakit." Ujar Aina dalam hatinya.

"Ohh itu gue jenguk sahabat sanggar tari gue, dia kemarin kena tifus."Jawab Aina gugup.

"Oh, gua kira lu sakit, terus lu gak bilang-bilang gua." Jawab Afna dengan tangan berada di atas meja dan menopang dagunya.

"Eh tapi kok lu bisa tau sih gua dirumah sakit?" Tanya Aina penasaran.

"Kan itu rumah sakit keluarga Wijaya dan ka Agam kerja disitu Aina cantikkkkk, masa lu lupa sih." Jawab Afnan kesal sambil mencebikkan bibirnya.

Eehehe hemmm iya yah gue lupa Nan." Wajah Aina berubah pias, karena dia lupa karena itu rumah sakit milik keluarga Wijaya. "Aduh gimana nih. Bisa bisa kebongkar deh." Gumam Aina dalam hati.

Aina mulai memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya, setelah dia ingat bahwa rumah sakit itu adalah milik keluarga angkatnya. Ketika Aina asik dengan pikirannya sendiri, bel masuk menyadarkan Aina dari lamunannya.

Tak lama kemudian guru mata pelajaran pertama yaitu Bahasa Indonesia pun datang. Seketika kelas hening dan semua memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Aina yang merasa bosan dengan pelajaran ini, dia langsung mengambil buku sketsanya, Aina memang lebih suka pelajaran dibidang kesenian. Seperti menggambar, menari atu photography.
Setelah mengambil buku sketsanya Aina mencoret-coret buku itu, sesekali Afnan menyenggol pinggang Aina dengan sikunya. Mencoba mengingatkan jika dia diperhatikan oleh Bu Berta.

"Ai, lu dari tadi diliatin sama Bu Berta." Kata Afnan memberitahukan Aina sambil menyikut pinggangnya.

"Ihhhh... Apaan si lo. Gua bosen jadi mending gambar." Jawab Aina tanpa menoleh ke arah Afnan atau perduli dengan omongannya.
Aina tetap fokus pada hasil karyanya saat ini. Dia menggambar design baju untuk pesanan temannya. Iya, Aina memang mencari uang sendiri untuk kehidupan sulit yang dijalaninya. Lalu tiba-tiba buku yang sedang di corer-coret Aina ditarik oleh seseorang dan ternyata adalah Bu Berta.

"Ini kelas Bahasa Indonesia Aina Talita Zahra Wiratama. Bukan kelas Seni." Bentak Bu Berta sambil mengambil buku sketsa Aina dan berjalan kedepan lalu menyimpan buku itu di meja guru.

"Heemmm iya maafkan saya bu." Jawab Aina seraya menundukan kepalanya. Tangan bu Berta terlipat di dada. "Kamu sudah terlalu sering mengabaikan mata pelajaran saya." Aina masih tertunduk. "Iya bu saya tahu, saya janji tidak akan mengulangi lagi." Kemudian Bu Berta berjalan keluar dan terlihat berbicara dengan seseorang yang tak kuketahui siapa itu, sambil sesekali menunjuk diriku. Afnan hanya terkekeh melihatku terkena hukuman dari Bu berta.

"Sukurin, lagian lu gak mau dengerin omongan sodara lu sih." Ujar Afnan sambil menahan tawanya. Aina mengerucutkan bibirnya. "Bacot lu bukannya bantuin gua, malah ketawa-ketawa aja." ucap Aina setengah berbisik masih tetap menundukkan kepala

Kemudian Bu Berta kembali lagi kedalam kelas.
"Sekarang kamu keluar dan lari keliling lapangan sebanyak 5 putaran. Ini sebagai hukuman karena kamu selalu mengabaikan pelajaran saya!!" Ujar Bu Berta dengan nada ketus dan mengintimidasi.

Kemudian Aina berjalan keluar, Aina kira dia tidak akan dihukum seperti ini karena biasanya hanya ditegur. "Mungkin ini hukuman karena sudah terlalu sering." Batinnya.

Sampai di lapangan, Aina berlari untuk memenuhi hukumannya untu keliling lapangan yang sangat panas itu. Baru 2 putaran perut Aina terasa sakit dan kepalanya sangat pusing. Setelah sampai di putaran ke-3 tubuh Aina kehilangan keseimbangannya. Dia sudah tidak kuat menahan rasa sakit dikepalanya. Namun ia tetap memaksa untuk berlari sampai selesai.
******

Biarkan Aku PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang