Teluk Tering, Batam
10 September 2027
Sedan melewati bukit Welcome To Batam yang menyala di tengah malam.
Kalea menggenggam setir dengan tangan masih bersimbah darah. Koper tergeletak di jok samping—kaos, belasan identitas palsu, tiket pesawat kadaluarsa, peluru berceceran di dalamnya. Pasak panjang berujung bilah bernoda darah bersandar di lantai jok.
Dia tak sengaja menatap rear mirror. Melihat rambut lepek bergelombang melewati pundak. Sebelah wajahnya bengap, ditambah sobekan di tulang pipi yang ia jahit seadanya.
Bruk! Pintu apartemen menutup di belakangnya. Ruangan persegi berdinding menggelap dimakan usia, lampu sayup menggantung di atap penuh sarang laba-laba. Dia duduk di kasur kecoklatan yang berdecit, memandang koper di dekat kakinya.
Seharusnya ia tak kembali kemari. Namun, setelah yang baru terjadi, ia merasa tak akan sanggup berada di kemaraian bandara.
"Masuk 5-5. Kode 8-1-0," kata pria melalui HT. Itu kode kepolisian berarti pembunuhan. Kalea mengambil HT dari koper, mendengarkan. "Dua Colubrid karam di Timor Kupang Pati. Sajam. Tanpa Caluring. Kapal penuh tak bertangan. Diduga permainan wayang kaca. Ganti."
Pria lain membalas. "Kapal Joker? Ganti."
"Joker, dikonfirmasi. Menghubungkan ke Metro 1."
Kalea sigap menerjemahkan. Dua buronan pengedar obat terlarang—lima tahun terakhir—meninggal di TKP. Penyebabnya senjata tajam, tak bersidik jari, tanpa pencurian. Ditemukan berkilo-kilo barang bukti. Joker mewakili obat terlarang. Wayang kaca berarti bukan anggota polisi yang menyergap pelaku.
Air mata mengalir di pipi Kalea. Mengingat tusukan pasak ke jantung pria itu, melempar parang pada yang satunya. Erangan mereka, semua darah itu.
Dia memeluk tubuh, meringis mengenai memar di pundak. Kedua pria tadi menyeretnya dari jalanan malam, menyekapnya. Tak sadar siapa dia. Semula, ia hanya ingin melumpuhkan kedua ular itu, menyekap mereka sampai polisi datang.
Namun, ia marah karena mereka mencoba menyentuhnya. Saberion mengambil alih Kalea dan kurang dari lima menit, darah bertumpahan.
Drrt! Telepon masuk dari Dewi Rea. Itu kode untuk seseorang, Brigjen Marini. Segera Kalea angkat, menangis pelan ketika suara keibuan itu menyapa. Berbagai emosi meluap dari matanya.
"Dengar, kau mengakhiri penyeludupan besar," katanya. "Para investigator kini pulang ke keluarga mereka berkat kerja kerasmu."
Kalea terisak. "Aku membunuh mereka, Tan."
"Menyesal tak akan—"
"Aku menjadi sosok yang kutakuti." Dia merunduk.
Marini diam sejenak. "Tangan petarung akan penuh darah. Membela bukanlah tugas mudah karena kondisi lapangan selalu keras. Namun, kita harus melakukannya agar kejahatan tak merusak negeri ini. Melakukannya demi yang tak sanggup membela." Suaranya menenangkan. "Dan ingatlah, bukan kemampuan kita untuk menjadi sempurna, Nak, tapi kita bisa menjadi lebih baik."
"Aku tak mau membunuh lagi," katanya, gemetar.
"Maka belajarlah mengerti dirimu, ambil kendali."
Air mata mengalir lagi di pipi Kalea, tapi tumbuh sedikit ketenangan di hatinya. Dia mulai bisa memproses keadaan, mengerti maksud tindakannya.
"Terima kasih, Tan."
"Tentu, Nak," balasnya. "Sekarang pergi dari sana. Anggota sindikat akan memburumu karena menghabisi dua kepalanya."
"Ya. Sampai jumpa, Tan." Selesai menutup, ia membanting handphone sampai hancur.
Sebelum pergi, ia mandi. Membiarkan air dingin membawa pergi sisa pertarungan dari badan—darah perak, debu, darah merah.
Setelahnya, ia memakai jeans dan mantel. Tak sengaja menemukan foto Zidan di koper, tersenyum. "Aku merindukanmu. Di mana pun semoga kau bahagia, Kak, dan tidak jomblo."
Kemudian Kalea berdiam di depan cermin, mendalami sosok yang selama ini ia takuti. Pikirannya pun berkecamuk ribut. Hingga ia mendengar suatu suara, membuat dirinya seakan terbangun.
Dia menarik napas panjang sambil mengucir rambut. Lalu mengambil kain persegi dari koper, melipat dua, mengenakannya ke kepala. Tak lupa mengikatnya rapih ke belakang.
Wajahnya seakan menyala dibingkai kerudung hitam. Dia nampak jauh berbeda dari biasanya, tapi ia menyukainya. Dia pun menegapkan tubuh.
"Ambil kendali, Ka," ucapnya, tersenyum. "Jadilah lebih baik."
---
Gimana menurut kalian? Makin penasaran? Yuk scroll ke chapter berikutnya! Kalau belum muncul ditunggu yaa aku update berkala hari ini :D
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA - The Series
Action(Completed) (BOOK 1 & 2) Diawali penjarahan dan pembunuhan berantai di Jakarta. Kalea, mantan kadet pembunuh terlatih, bergabung dengan organisasi rahasia untuk menangani kasus ini. Seiring ia mendalaminya terkuaklah berbagai fakta dan kejadian di...