Rajasa Mainbase
Pintu menutup di belakang Rafa.
Dia menyusuri ruang tamu sambil mengompres memar di pipi dengan handuk. Meski perih dia malah tersenyum, teringat bagaimana para Garda memeluknya. Tidak malu memeluk kriminal meski dilihat orang lain. Seumur hidup tak ada teman yang sebahagia itu melihatnya.
Berbeda dengan Zara dan Dom di belakang, melangkah tegang dengan wajah bengap bahkan Zara agak pincang. Keduanya tegang karena tak biasanya ikut dipanggil oleh Adam.
Rafa mengetuk sekali dan tanpa menunggu balasan langsung membuka pintu, melangkah masuk. Dia terkejut melihatnya ayahnya tak sendiri.
Adam sedang bicara dengan seorang wanita sambil memandang lautan di balik jendela. Mereka menoleh mendengar Rafa mendekat. Wanita itu mungkin berumur dua puluh lima seperti Rafa, wajahnya sebening porselen yang mengingatkan dengan wanita-wanita Seoul. Rambutnya lurus panjang melewati bahu. Badannya langsing berkaki jenjang, nampak pas dibalut gaun floral dan sepatu hak tinggi.
Rafa mengenyit sedikit karena wanita itu tidak asing. "Siapa kau?"
"Rafandy, bukan begitu cara menyapa tamu," sentak Adam. Dia melihat wajah Rafa yang memar dan luka, bajunya juga berantakan akibat bertarung. Amarah tersembunyi di wajahnya sembari mendekat. "Kau membawa senjataku untuk membela negara. Rendahan. Kau membuatku malu."
"Tidak." Rafa tak terintimidasi. "Semua senjata di Corp dilabeli hak pantenku, jadi, semua milikku."
Wanita di belakang Adam tersenyum mendengar Rafa melawan. Mata hitamnya tak henti mempelajari Rafa.
"Kau mulai berani bicara padaku ya sekarang. Kita lihat seberapa berani dirimu." Adam melihat Dom dan Zara. "Kalian juga. Zara, kau perlu tau Lukas mengancam menyerbu kemari jika kau tak selamat. Ada apa dengan kalian?"
"Aku akan bicara dengan ayahku, Pak," balasnya, tenang.
"Rafa memaksa kalian ikut?"
Zara menggeleng. "Ada... sekutu baru yang meyakinkan."
"Sekutu?" Adam mendengus. "Saberion berkerudung itu lagi. Akan kubuat dia membayarnya."
Tatapan Rafa menajam. "Yah--"
"Dom, Zara pergilah, kita bicara lagi nanti."
Setelah keduanya pergi terjadi keheningan menegangkan. Tak ada yang bicara tapi tatapan Rafa dan ayahnya cukup membakar atmosfir. Adam mengepalkan tangan menahan tak meninjunya di depan anak koleganya.
Dia menoleh ke wanita tadi, tersenyum. "Aku minta maaf mengenai situasi ini dan anakku yang berantakan."
"Tidak apa, Pak. Tetap sama tampannya."
"Kau terlihat tak asing." Rafa sinis saat wanita itu mendekat.
"Agak sedih kau tak mengenaliku. Akan kuajak kau sering nonton film." Dia menjabat tangan Rafa. "Suzy. Suzy Abyasa. Mungkin pernah dengar."
Nama itu membuat Rafa teringat. "Oh, kau aktris blasteran Korea itu. Aku pernah melihatmu di billboard." Dia berpaling. "Kau juga adik tiri Saga."
"Tepat sekali." Suzy tersenyum. "Kau menjebloskannya ke penjara."
"Bedebah itu menembakku."
Suzy mengangguk pelan. "Aku tak marah. Malah berterimakasih karena berkatmu aku menggantikannya di Cerberus."
Rafa terlihat tenang meski syok. Saga memegang distribusi peledak dan mesiu di Cerberus. Merupakan salah satu kolega paling penting bagi Corp. Wanita ini menggantikannya. Rafa pun menatap tajam Adam, mengerti rencana ini pasti menuju ke perjodohan lagi. Padahal ia sudah lega perjodohannya dengan Zara tak berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA - The Series
Action(Completed) (BOOK 1 & 2) Diawali penjarahan dan pembunuhan berantai di Jakarta. Kalea, mantan kadet pembunuh terlatih, bergabung dengan organisasi rahasia untuk menangani kasus ini. Seiring ia mendalaminya terkuaklah berbagai fakta dan kejadian di...