2.

71 15 4
                                    

Faya membuka buku sejarah kelas 11 yang ia pinjam dari perpus, walaupun sekarang ia sudah kelas 12. Namun soal soal saat ujian lebih sering diambil dari materi kelas 11. Faya membaca kata per kata dengan teliti, berharap ada yang mampir di otak.

Dengan mata yang mulai mengantuk, Faya manutup buku paket sejarahnya. Bukan untuk tidur, tapi ia ingin membuka buku paket PAI yang juga ia pinjam dari perpustakaan disekolah.

Semangat Faya untuk belajar ini di latar belakangi oleh keadaan ekonominya. Sekolah Faya bisa dibilang cukup atau bahkan sangat mahal untuk penduduk berpenghasilan standar seperti ayahnya. Namun itu tidak menjadi halangan untuk Faya bisa sekolah, di sekolah impiannya. Sekolah yang ia dambakan sejak kelas 2 Smp. Tentu saja orang tua nya ingin mewujudkannya. Dan Faya bukan anak yang tidak tahu diri yang hanya akan bersantai di sekolah atau menyandang status sebagai siswa di sekolah ternama, ia giat belajar agar ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah nanti. Setidaknya itu dapat meringankan beban orang tua nya kan?

Sudah sekitar 15 menit Faya membaca buku PAI tersebut, matanya sudah tidak bisa ditahan. Segera ditutupnya buku paket tersebut dan naik ke ranjang nya untuk tidur, atau lebih tepat nya istirahat untuk mulai belajar lagi besok.

——

Kantin hari ini terlihat lebih ramai, mungkin karena beberapa kelas sedang mengadakan ulangan harian yang membuat para siswa frustasi dan ingin segera merasakan segarnya es ditenggorokan mereka.

Faya menatap benci kepada Aldo yang sedang merokok dengan ke tiga teman brengseknya. Bagaimana mungkin pria itu dengan tenang nya merokok di lingkungan sekolah? Apalagi sedang banyak orang disini. Rambut yang berantakan membuat kesan yang semakin buruk, terlebih baju nya yang dikeluarkan. Benar benar seperti fakboi.

Aldo terlihat sedang mengobrol dan tertawa bersama beberapa temannya. Faya baru ingat, dia adalah Aldo yang namanya pernah dipanggil oleh guru BK menggunakan speaker sekolah. "Pantas saja sering masuk ruang BK, kelakuannya tidak mencerminkan seorang pelajar" maki Faya dengan suara yang sangat pelan hingga hanya ia yang bisa mendengar nya.

Faya yang duduk sendirian di pojok kantin menjadi bahan gibahan beberapa orang. Seorang Faya yang dikenal sombong, jarang bicara, dan kutu buku. Jarang sekali orang melihatnya di kantin. Ada yang berasumsi bahwa Faya ingin mencari teman. Ada juga yang berasumsi Faya sedang mencoba terlihat lebih baik. Padahal itu sama sekali tidak mengubah apapun, mata sinis yang selalu Faya tunjukan membuat beberapa orang beranggapan bahwa ia tidak pernah punya teman. Walaupun itu memang benar.

"Woi liat dah, si kutu buku tumben bener ke kantin" Leo bicara dengan matanya terpusat ke arah perempuan bernama Refaya itu.

"Siapa?" tanya Rendi

"Ya siapa lagi kalo bukan Faya, cewe kutu buku yang sombong nya naudzubillah"

"Gua denger, dia dapet peringkat 1 terus dari kelas 7 sampe kelas 11" ucap Alfa sebelum memakan cirengnya.

"Iya gua juga pernah denger tuh, gila sih. Sakti bener tu orang. Makan apa ya"

"Ya lu liat sendiri sono dia lagi makan apa"

Aldo hanya bisa menyimak percakapan teman teman nya, ia tidak memberi pendapat karena ia memang tidak mengenal Faya. Baru tahu nama nya saja kemarin. Aldo tidak menyangka Faya cukup famous dikalangan angkatannya. Tapi maaf nama Aldo yang sering di sebut melalu speaker untuk datang ke ruang BK menjadi kan nya lebih famous dari Faya.

"Gua samperin dah, lumayan buat di sepik" ujar alfa yang bangkit dari duduknya dan mulai menghampiri meja Faya.

Aldo tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena tidak kedengaran. Namun dari ekspresi Faya yang seperti kesal menunjukan bahwa gadis itu tidak senang di datangi alfa.

Mata Aldo membulat ketika melihat Alfa mencoba mencium pipi Faya. Namun Faya segera menjauhkan wajahnya dari Alfa.

"APASIH GA SOPAN BANGET!!" Maki Faya pada Alfa, dan juga susu digelas kini ia siramkan pada wajah Alfa

"Anjir, ko lu songong bener sih? Belagu tau ga. Gua cuma mau ngajak temenan aja udah di siram. Pantes ga ada yang mau temenan ama lu"

"TEMENAN GIMANA SIH, LU TADI COBA NYIUM GUA KAN?!" Oke maaf, tapi suara nyaring Faya sangat keras. Mungkin dapat di dengar oleh satu sekolah.

"Kagak usah halu lu jadi cewe. Cakep aja kagak, ngapain gua nyium elu" ucapan Alfa itu dibalas tamparan oleh Faya.

Aldo, Rendi dan Leo yang melihat kejadiannya mulai kacau segera menghampiri Alfa.

"Udah fa, lu gausah ladenin nih cewek emang kekurangan cowok kaya nya. Baru lu samperin aja udah kebayang mau dicium" ketus Rendi yang mengambilkan tisu untuk alfa agar bisa mengelap mukanya yang basah karena susu.

"Kemaren deket nya sama Raka, sekarang nyoba caper ke Alfa. Diem diem ye lu ngegoda banyak cowok" ucap salah satu cewek yang ada di kantin itu. Mungkin itu mewakili pendapat dari geng nya juga.

Faya tak kuat menahan tangis nya, apakah seharusnya ia tidak pernah ke kantin? Kenapa ia mendapat banyak kebencian seperti ini? Air mata Faya semakin deras saat Alfa melemparkan tisu yang ia guanakan untuk mengelap muka nya ke arah Faya.

"Dasar cewek kekurangan laki, gajelas" ucap leo yang membuat faya melempar kan sendok ke arah muka leo.

Tentu saja ini penghinaan, bagaimana bisa mereka mengatakan hal hal itu pada Faya? Wanita mana yang tidak sakit hati ketika disebut kekurangan lelaki?

Aldo mengambil tisu dan mengelap air mata Faya, sedari tadi ia diam ia fikir akan ada orang yang membela Faya. Namun ternyata semua nya berpihak pada Alfa, padahal jelas jelas ia melihat Alfa memang melakukan hal yang dituduhkan itu. Faya terkejut ketika aldo mengelap air matanya bahkan merapikan rambutnya yang berantakan.

"Udah pada triak triak nya? Ini gaada yang berani atau emang gaada yang niat ngebela Faya?" ucap Aldo "jelas jelas gua liat si Alfa emang nyoba mau nyium Faya. Ya jelas Faya marah lah. Dia juga cewek, ga bakal terima digituin" sambungnya.

Entah mengapa saat aldo mengatakan hal hal itu, detakan jantung faya terasa lebih cepat. Mungkin ini hanya perasaan lega karena akhirnya ada yang membela nya. Namun kenapa harus Aldo?

"Al ko lu berpihak ke dia sih?!!" ujar Leo yang bingung melihat Aldo membela Faya bahkan mengelap air mata Faya.

"Free dong? Gaada yang mengharuskan gua berpihak ke Alfa kan? Apalagi disini gua liat sendiri si Alfa emang salah"

Aldo menggenggam tangan faya dan membawanya keluar dari kerumunan orang orang biadab ini. Aldo membawa Faya ke taman belakang, tempat sepi yang biasa ia gunakan untuk bolos jam pelajaran selain ke kantin.

Faya melepas tangan aldo. Bagaimana kalau Aldo hanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan? Apalagi disini benar benar sepi.

"Lu ngga papa?" tanya Aldo memecah keheningan antara mereka

Faya menghembuskan nafasnya kasar. "Gapapa. Makasih ya"

"Santai aja. Gua cuma bela yang menurut gua bener"

"Iya, sekali lagi makasih."

"Baju lu kotor banget Fay"

"Iya soalnya susu tadi sempet ngenain baju gua juga terus juga kena beberapa makanan"

"Mau make hoodie gua?" tawar Aldo sambil menatap Faya, menunggu jawaban dari gadis itu.

"Mmm boleh deh, bawa sini dong. Gua malu ke kelas lu"

"Iya dah"

Tak lama aldo datang membawa hoodie abu abu milik nya. "Makasih ya" ujar Faya lalu segera memakai hoodie tersebut. Senyuman mengembang diwajah nya membuat lesung pipinya terlihat. Aldo hanya tersenyum tipis. Wanita yang kini ada di hadapannya benar benar terlihat lucu. Hoodie yang terlihat kebesaran di tubuhnya. Juga poni tipisnya yang membuat kesan manisnya semakin bertambah.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang