Chapter 8

1.4K 114 2
                                    

10 Oktober 2017
Keadaan fisik dan batin SooRin semakin hari semakin membaik. SooRin sudah mulai melupakan JungHoon, dan berjanji pada Jimin untuk melupakan sang mantan suami yang tidak bertanggung jawab. Dan Jimin pun sudah berusaha untuk melupakan mantan ayahnya itu, dan ia bukan lagi menjadi Park Jimin. Ia sekarang bermarga keluarga SooRin. Lee Jimin. Nama marga yang berbeda, tetapi tidak mengubah kepribadian yang sama sejak pertama dilahirkan.

Beda halnya dengan kondisi kesehatan Jimin, ia sedang menikmati cuti sekolah selama 6 bulan lamanya. Karena Jimin sudah pulang pergi dari rumah sakit ke rumah mungkin sudah tidak bisa dihitung. Satu bulan bisa saja lebih banyak menghabiskan waktu dirumah sakit dari pada dirumah sendiri.

Jimin dinyatakan mengidap penyakit maag kronis.

Takut, akan meninggalkan ibu nya.
Pasrah, karena memang sudah jalan kehidupannya seperti ini.

Dokter bilang, bahwa Jimin terlalu sering meminum kopi dan makanan instan dimalam hari; agar terjaga tentunya; dan juga diakhir tahun 2016, Jimin sedikit mengalami depresi ringan. Tidak tahu karena apa, tidak tahu kenapa Jimin bisa sampai seperti ini.

"Ibu, maafkan aku."

"Maaf? Untuk apa sayang? Lebih baik kau istirahat ya, jangan terlalu banyak bergerak, nanti kau lelah, nak."

Ini sudah tepat seminggu Jimin berada dirumah sakit yang sudah lama menangani penyakitnya. Dengar-dengar sih, ini rumah sakit teman dari ibu Jimin.

"Hhmm.."
"Bu,"

"Ada apa, Jiminie?" Jimin sangat rindu panggilan itu. Panggilan yang berasal dari suara sang ibu yang ia cintai.

"Apa Taehyung sudah tahu jika aku sa- sakit?"

"Sudah. Ibu sudah memberitahu Taehyung dan Jung- Jung siapa itu namanya?"

Ya. Taehyung sudah tahu tentang penyakit Jimin.

"Jungkook, bu."

"Ahh iya, Jungkook. Mereka akan menjengukmu sore ini, setelah pulang sekolah katanya."

"Baiklah."

Jimin POV

Taehyung dan Jungkook sudah datang sekita 1 jam yang lalu, mereka membawakanku makanan yang tentunya aku tidak boleh memakan itu! Bodoh, mereka yang bawa untukku, mereka juga yang memakannya, didepanku pula!

"Ya! Kalian itu menggodaku atau bagaimana? Kalian membawakanku makanan yang tidak bisa kumakan! Aish.. pintar sekali. Sana makan disofa! Jangan didekatku."

"Bwiasya syaja, khhakkk. Kami akhan pindahh."

"Kook, telan dulu makananmu baru berbicara." Jungkook dan Taehyung seperti anak kembar. Lihat saja mereka, makan seperti anak kecil yang tidak diberi asi oleh ibunya.

Setelah mereka datang kesini, ruanganku jadi ramai. Aku sebenarnya sedikit terganggu karena mereka berdua sangat berisik. Untungnya ibu sedang pulang dulu untuk beres-beres rumah. Tapi, tidak apa-apa sih, ramai karena mereka juga aku suka.

Ngomong-ngomong tentang penyakitku, ibu bilang Taehyung dan Jungkook belum tahu kalau aku tingkat penyakit maag ku sudah sampai stadium 3. Dokter bilang juga masih bisa ditangani. Tapi berisiko lumayan besar.

Aku bisa saja koma tapi siuman ku tidak bisa diprediksi, atau aku bisa saja meninggal dalam keadaan koma setelah operasi. Miris sekali hidupku. Aku harap, jika aku ditakdirkan untuk meninggalkan mereka semua, tidak ada yang terpuruk ataupun larut dalam kesedihan; ibu. Aku takut ibu tidak bahagia. Aku takut.

Jimin POV end

Jimin sudah pulang dari rumah sakit sejak 2 hari yang lalu. Dengan janji pada dokter agar makan dan istirahat yang teratur serta minum obat tepat pada waktunya.

Hari ini adalah hari dimana Jimin bertambah umur, menjadi 18 tahun.
Jimin berharap ibu nya tidak melupakan hari ini, sebab sedark tadi SooRin sibuk membersihkan rumah. Jimin jadi tidak enak karena diam saja diruang tv.

"Ibu, apa Taehyung dan Jungkook akan kerumah hari ini?"

"Hm? Tidak, mereka tidak bilang apapun pada ibu. Kenapa sayang?"

"Eoh? Tidak bu, tidak apa-apa."
"Mereka berdua lupa ulang tahunku? Tahun kemarin sepertinya mereka selalu menghubungiku dan bertanya ingin kado apa." Batin Jimin.

Sebenarnya SooRin, Taehyung dan Jungkook sudah merencanakan ini. Mereka hanya berlaga tidak tahu saja, supaya membuat Jimin kesal.

"Jimin, ibu mau keluar sebentar ya, ibu sudah menyiapkan makan siang dan obatmu dimeja makan. Jangan lupa ya, ibu berangkat dulu."

"Iya, bu."

Jimin sudah mulai kesal dengan SooRin, ibunya itu lupa atau bagaimana. Apalagi Taehyung yang sudah lama mengenal Jimin, bisa-bisanya dia lupa. Ah tapi Jimin sudah tidak terlalu memikirkannya, ia hanya sibuk menonton acara televisi yang semakin hari semakin tidak jelas.

Jimin POV

Ini sudah menjelang sore tapi ibu belum pulang juga, aku takut ibu kenapa kenapa. Semoga saja sih tidak terjadi sesuatu.

Plaakkk

"YATUHAN! MATI LAMPU! ADUH BAGAIMANA INI?! GELAP SEKALI."
Aku teriak begitu listrik rumahku mati semua. Dan bodohnya, aku lupa menaruh ponselku dimana.

"Ah sial! Ponselku dimana sih! Mana gelap semua."

Ibu lama sekali pulangnya, aku tidak bisa kemana-mana karena ini sangat gelap. Aku tidak berani untuk kedapur mengambil lilin."

"Senter kan ada dekat televisi."

Ternyata ketika ingin ku ambil, dan kucoba menyalakan.

"Sialan, baterai nya habis."
"Lebih baik aku menunggu ibu disini saja, deh. Tidak usah berbuat apapun. Tidak berguna."

Jimin POV end











Tbc

Maaf telat update dan gak sesuai ekspektasi kalian semua. Aku udah bikin ringkasan ceritanya sampai akhir. Semoga kalian sukak!!♡

SEE YOU IN NEXT CHAPTER♡


NEVER MIND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang