Chapter 10

2K 113 8
                                    

Hari ini, Jimin akan dioperasi pukul 14.20, yap, benar. Jimin sudah memutuskan ini semenjak dua hari yang lalu setelah memikirkannya selama 1 bulan, dengan alasan, takut meninggalkan orang-orang tersayang.

Lagi pula, siapa sih yang tidak takut dioperasi jika keselamatannya saja tidak sampai seratus persen? Bahkan setengahnya pun tidak.

Taehyung dan Kakaknya, Seokjin, datang sejak jam 10 pagi. Dan Jungkook, baru datang setengah jam yang lalu, ketiduran katanya. Namun siapa sangka jika mantan ayahnya datang dihari Jimin akan dioperasi? Keadaannya terlihat sangat kacau, raut wajah penuh penyesalan, kantung mata hitam.

Hey! Apa mantan ayahnya ini tidak diurus dengan wanita-nya? Sungguh patut dikasihani. Datang disaat yang tidak tepat, datang ketika sang ibu sudah mulai terbiasa dengan tidak adanya sosok sang suami. JungHoon, sialan.

"Maafkan aku, SooRin-ah, aku menyesal."

Muak sudah Jimin mendengar kata yang sama, yang JungHoon katakan sejak lima menit yang lalu.

Meminta maaf,

Menyesal.

Apa tidak ada kata yang lebib bagus untuk JungHoon katakan selain itu?

"Maaf."

"Cukup, Tuan."

JungHoon menganga. Jimin menyebutnya apa tadi? T- tuan?

"Jimin-ah, ayah minta maaf, ayah tau ini semua salah ayah. Maafkan ayah, ayah benar- benar menyesal."

"Pasien Lee Jimin? Ini sudah waktunya."

Hening. Perawat sudah memberitahu, yang tandanya Jimin sudah harus memasuki ruangan yang begitu menyeramkan, ruangan yang menentukan hidup dan matinya sekarang.

JungHoon hanya terpaku, diam, bungkam. Ia lebih memilih untuk tidak banyak berbicara demi kebaikan si buah hati dan mantan istrinya. Tak lupa dengan Taehyung dan Jungkook yang sedang menahan tangis, takut sang sahabat tercinta menyerah dengan kehidupannya. Dan dengan Seokjin yang berpura-pura tegar, demi menenangkan sang adik yang sedang dalam kecemasan yang luar biasa.

"Maaf, JungHoon, ini sudah saatnya Jimin untuk operasi. Kau boleh pulang." Suara SooRin melemah.

"Aku akan menemani kalian disini."

Sementara Jimin yang sedang cemas dan takut melebihi mereka berlima, ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Ia hanya menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

"Ibu.. jangan khawatir, jangan menangis terus. Aku punya sesuatu untukmu, ada dilemari bajuku, jika aku kembali, ibu tak perlu mengambil hadiah itu. Jika.. j-jika aku memilih pergi, m-maka jangan lupa untuk mengambil hadiah itu ya, bu."

SooRin hanya mengangguk dengan air mata yang sedari tadi ia tahan, air mata yang sudah membendung layaknya air danau. Ia tidak menyangka jika anaknya sudah mempersiapkan semua jika ia memilih jalan diantara keduanya. Kembali, atau pergi.

"Ehmm.. Taehyung-ah.."

Taehyung dan Jungkook menghampiri Jimin yang mulai berbicara padanya.

"Kau tak memanggilku, kak? Kau jahat!" Rajuk si anak kelinci, dengan kesan sedikit mencairkan suasana.

"Aish.. bocah ini, kalian berdua sini."

Ini sudah memakan waktu sedikit lama jadi,

"Pasien Jimin?"

"Ah- lima menit lagi." Sambil meragakan angka lima dijari mungil remaja ini.

"Kalian berdua, Taehyung dan Jungkook.. jangan menangisi aku terus! Aku akan kembali, aku akan berusaha semaksimal mungkin didalam sana." Sembari menunjuk kedalam ruang operasi.

NEVER MIND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang