"Eskul di mulai hari ini dan kayak nya, saya bakal pulang lebih sore." Milan menatap Bima yang duduk di depan nya. Saat ini, mereka berada di kantin lantas atas karena memang tidak banyak yang kemari.
Bima balas menatap Milan. "Gua tungguin aja."
Milan menatap nya malas. Bima adalah cowok yang agak keras kepala. Yah, Bunda memang meminta Bima untuk menjaga Milan dimana pun karena tidak ingin Milan kenapa-napa (walau Milan tahu kalau Bunda hanya tidak ingin kehilangan pewaris nya)
"Terserah kamu saja lah." Milan meminum susu nya yang sudah tidak terlalu hangat. "Kalau kamu bosan, kamu bisa duluan."
"Lagian kenapa mesti di jagain sih." Fara tahu-tahu saja datang bersama Thea. Membawa nampan berisi ramyeon.
Bima memutar bola matanya malas, "kepo lo. Lagian ngapain makan disini? Masih banyak meja yang kosong kalo lo nggak liat."
"Lah ngatur," Thea mengaduk ramyeon nya. "Suka-suka dong mau duduk dimana aja, itu hak semua orang. Lo nggak berhak ngatur."
Milan hanya terkekeh. Thea dan Fara memang sudah dekat dengan nya sejak kelas sepuluh semester dua. Awalnya, Milan tidak ingin membuat pertemanan dengan siapapun karena baginya saat itu, pertemanan tidak ada gunanya. Milan banyak mendengar cerita kalau banyak orang yang tersakiti karena dikhianati oleh teman nya sendiri. Tentu saja, Milan tidak mau mengalami hal semacam itu. Maka dari itu, Milan membuat dinding untuk membatasi dirinya dari orang lain.
Namun entah kenapa, Thea dan Fara malah berhasil merobohkan dinding yang Milan buat dengan keyakinan bahwa dia tidak ingin membuat pertemanan dalam bentuk apapun. Walau awalnya Milan sempat tidak percaya tapi melihat bagaimana Fara dan Thea berteman, bercerita, menghabiskan waktu bersama membuat Milan sadar bahwa dia telah salah besar.
Pertemanan masa sekolah tidaklah buruk.
"Oh!" Fara berseru membuat Milan menatap nya. "Tau nggak sih, katanya Lee Jiyoung bakal sekolah disini. I mean, mendadak banget? Kenapa nggak dari awal aja. Ya tahu sih dia itu sibuk terus juga pasti nggak ada waktu dan kalau pun tetep mau sekolah palingan pake guru privat. Tapi ini kenapa mendadak banget?" lanjut Fara.
Bima mengerutkan alisnya. "Gua baru denger. Tau dari mana lo?"
"Dari Mama." Fara tersenyum lebar. "Mama itu sumber gosip terpercaya. Terus juga katanya..."
Ucapan Fara terhenti saat seseorang datang ke meja mereka. Gadis cantik dengan kulit yang putih bersih. Rambut panjang yang dibiarkan tergerai, mata hitam kelam yang membuat siapa saja tahu bahwa jangan pernah macam-macam dengan gadis ini. Mempunyai dominan yang sama seperti Milan hingga rasanya agak aneh saat mereka berada dalam satu meja yang sama.
"... Hari ini ke sekolah." Fara melanjutkan kalimat nya yang terputus. "HAH? ANJING?!" seru Fara.
Thea menoleh cepat kearah Milan dan Bima tersedak minuman nya. Suasana mendadak terasa sedikit lebih seram.
"Lee Jiyoung." Sapa Milan, berdiri lantas membungkuk sekilas. Gadis bernama Lee Jiyoung itu juga balas membungkuk. "Dominiguez."
"Saya kira kamu tidak akan datang hari ini." Milan tersenyum. Senyum tipis yang tidak bermakna apa-apa. "Perkiraan saya salah. Kamu datang lebih cepat dari yang saya duga."
Lee Jiyoung meletakkan nampan makanan nya di meja dan tersenyum. "Ya, seperti yang lo lihat, gua juga nggak bakal ngira kalau secepet ini ketemu sama lo."
Milan mengangguk paham. Melirik sekitar nya, seluruh atensi menatap Milan dan Jiyoung saat ini. Tentu saja mereka akan menjadi topik hangat hari ini di sekolah tapi Milan tidak masalah dengan itu. Perasaan menggebu ini, perasaan seolah dia telah menantikan ini sejak lama membuat Milan memilih tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan
Teen FictionMilan dan perasaan nya itu rumit. © Copyright by Asha & Skyie 2022