BAB 6

77 17 0
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading.

"Demi Neptunus dan seisinya, benci banget gue sama Mr. Han. Masa iya gue di suruh selesain tugas individu sendiri dan di kasih waktu tiga hari sedangkan dia ngasih tugas itu empat bab!" Thea berseru kencang hingga seluruh siswa yang berada di koridor menatap nya dengan aneh. "Gila apa? Di kata gue robot apa gimana sih!"

"Iya anjrit," Fara menimpali. "Bayangin aja, empat bab dalam waktu tiga hari. Apa nggak sekarat otak gue."

Milan mengangguk. Dia juga sebenarnya tidak suka dengan tugas dari Mr. Han. Bahkan tadi sempat ada yang protes tapi sama sekali tidak didengar hingga akhirnya mereka memilih mengerjakan tugas itu dari pada tidak mendapat nilai di mata pelajaranya. Sudah sore dan Milan juga sudah selesai mengurus eskul nya, jadi dia memilih pulang. Tidak tahu Bima menunggunya atau tidak tapi yang jelas, Milan sudah meminta Bima untuk tidak menunggunya.

Langkahnya terhenti di parkiran saat melihat sosok Bima yang  bersandar pada motornya. Milan menghela napas sekali lagi, cowok itu memang susah diberitahu hingga rasanya Milan gemas sendiri.

"Ngapain dah di parkiran? Gabut kah?" Tanya Fara, mengeluarkan kunci mobil nya dari dalam tas nya.

Bima melirik nya malas, memasukkan kembali ponsel nya ke dalam saku celana nya. "Lo ngapain sih? Kenapa ketemu lo terus?"

"Ya karena gue temanan sama Milan." Fara memutar malas bola matanya. "Lo juga ngapain sih ngintilin Milan terus? Dia udah gede kali."

"Berisik, gua sumpel juga mulut lo pake sepatu."

Thea tertawa dan Milan tersenyum tipis.

"Saya udah bilang jangan nunggu saya, kan?" Ujar Milan, suaranya terdengar serius.

Bima diam, lantas menjawab. "Udah tugas gua juga. Ayo pulang, udah ke sorean."

Milan hanya menganggukkan kepalanya. Dia berpamitan kepada Thea dan Fara yang tentunya membawa mobil mereka sendiri. Milan mamasuki mobil nya, meletakkan tas nya pada kursi sebelah nya lantas menyalakan mobil nya. Melirik pada kaca spion, Bima juga sudah manaki motor nya dan siap menjaga Milan dari belakang. Yah mau bagaimana lagi? Sudah tugas nya dan Milan sendiri tidak bisa melarang cowok itu karena dia terlalu keras kepala.

Mobil itu melaju bersmaan dengan motor Bima yang mengikuti nya.

*****

Jiyoung melirik pada Gilian yang sedang asik memainkan game di ponsel nya. Bahkan cowok itu tidak peduli jika sedari tadi Jiyoung mendengus kesal. Yah, dia masih terlalu kesal dengan kejadian tempo hari, bagaimana Milan merendahkan nya, mengatakan kalau dirinya tidak pantas menjadi sekrang Pewaris dan sekalipun Jiyoung menggunakan cara yang licik untuk merebut status itu.

Tangan nya mengetuk meja dengan nada yang abstrak. Dirinya mengenal Milan cukup lama hingga dia tahu bagaimana Milan mengatasi masalah nya, bagaimana Milan membangun dinding yang tidak bisa di terobos oleh siapapun. Gadis itu terlalu dingin hingga Jiyoung harus berhati-hati.

 Milan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang