Dirinya akan gila kalau saja dia tidak cepat sadar kalau ini nyata.
Nathan dengan Milan, berdansa di bawah lampu temaram malam itu. Musik klasik yang terputar, suasana yang mendadak damai dan entah kenapa Nathan merasa kalau bulan malam ini bersinar kian terang saja. Ketika dirinya menemukan sosok Milan di balkon seorang diri dalam balutan gaun biru tua yang memesona, tiara perak melintang di dahi nya sebagai tanda bahwa gadis itu pewaris utama keluarganya.
Keraguan itu muncul ketika dia melihat Milan sendiri disana. Apa dia yakin itu Milan? Sedikit tidak mungkin seorang Milan sendirian disana, pasti dia akan mengajak salah satu teman nya atau Bima yang Nathan tahu selalu bersama Milan. Namun, suara lain dalam dirinya mengatakan untuk menghampiri gadis itu dan Nathan menurutinya.
Yah, walaupun sebenarnya Nathan agak sedikit canggung dan terpesona dengan Milan, Nathan mencoba menutupi fakta itu dengan mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Ketika dia membahas kehidupan yang normal, keinginan nya untuk tidak lagi menjadi pewaris. Milan membantah, mengatakan kalau semua ini sudah berada di garis takdir, tidak bisa di ganggu gugat. Tidak bisa egois untuk meminta kehidupan yang lebih baik dari ini.
Nathan ingin menyangkal nya, namun saat dia menatap Milan yang berdiri dengan jelas anggur di tangan nya. Saat dia melihat kedua mata Milan yang sedikit berbinar ketika dia membahas kehidupan yang lain. Nathan tahu saat itu. Tahu bahwa Milan sebenarnya ingin merasakan nya juga, ingin lari dari semua belenggu yang selama ini menahan nya. Namun tidak bisa, tidak semudah membalikan telapak tangan. Milan dan dirinya sudah terikat tanggung jawab dan mahkota serta tahta yang akan mereka duduki nanti. Penerus utama perusahaan masing-masing.
Sebenarnya, Nathan ingin membahas topik itu lebih lama lagi. Namun entah kenapa, dia tidak sanggup melihat tatapan mata Milan. Ekspresi datar nya yang menunjukkan kalau dia ingin sekali bebas dengan belenggu yang menahan nya selama ini.
Hingga saat itu, musik klasik terputar dengan angin malam yang berhembus. Sekalipun Milan memakai gaun lengan panjang yang ketat, namun tidak menutup kalau gadis itu tidak kedinginan. Tangan yang bergetar samar, Nathan tahu itu. Mungkin orak Nathan berada di luar nalar hingga dia memberikan jas nya kepada Milan agar menjaga gadis itu tetap hangat. Milan tampak sangat lucu ketika seluruh tubuhnya tenggelam dalam balutan jas nya. Kebesaran.
Nathan di buat gemas.
Melirik ke dalam ruangan, Nathan melihat kalau semua orang disana sedang bersiap untuk berdansa. Dia baru ingat kata Rama, kalau malam ini akan ada dansa juga. Nathan tidak melihat adanya Rama atau teman nya yang lain, mungkin mereka memilih untuk menonton saja atau mungkin Rama yang mengajak gadis lain berdansa. Nathan lantas melirik Milan yang sepertinya nya tidak terlalu tertarik dengan acara dansa itu.
Tapi, Nathan akan membuat Milan setidaknya merasakan euphoria itu. Maka dia membungkuk, mengulurkan satu tangan nya kearah Milan lantas tersenyum tipis.
"Veux-tu danser avec moi, Princesse?" Katanya.
Menggunakan bahasa Perancis ya? Nathan terkekeh dalam hati. Setidaknya, lidahny tidak berbelit ketika mengatakan itu.
Namun, yang membuat Nathan kaget adalah ketika Milan menerima uluran tangan nya, merendahkan tubuh nya dan mengangkat sedikit gaun nya dengan tangan yang lain. Malam itu, Nathan di buat pening dengan Milan yang bersikap seperti itu kepadanya.
Dan disini lah sekarang. Tangan Nathan memeluk pinggang Milan dengan erat sementara tangan yang satu nya menggenggam tangan Milan yang lain. Jarak keduanya begitu dekat hingga Nathan merasakan napas Milan di leher nya membuat cowok itu merinding bukan main. Nathan bukan orang yang suka berbaur dalam keramain seperti ini tapi dia juga tidak membenci nya, tapi ketika dia berada di keramaian ini bersama Milan, gadis itu berada di dalam genggaman nya, ketika napas. Milan mengenai leher nya, Nathan merasa tidak masalah sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan
Teen FictionMilan dan perasaan nya itu rumit. © Copyright by Asha & Skyie 2022