Seharusnya, sore ini Milan berada di kamar nya untuk menghabiskan waktu dengan menonton film atau tidur saja. Namun, Milan ada janji dengan Nathan. Yah, bicara tentang Nathan, Nathan mengajak Milan untuk mengerjakan tugas bersama. Walaupun tugas mereka berbeda, apalagi jurusan nya juga berbeda, tapi Nathan tetap mengajaknya untuk mengerjakan tugas bersama. Barangkali, Milan bisa membantu dan begitu juga sebaliknya.
Memakai sweater turtleneck dengan scarf berwarna abu-abu serta mantel berwarna gelap tampak begitu begitu mencolok karena Milan tidak terlalu suka memakai pakaian yang terang. Rata-rata, isi lemari Milan berisi pakaian yang gelap dan ada yang berwarna, itupun hanya pakaian yang di pakai saat di acara tertentu saja.
"Lo mau kemana?" Tanya Minerva yang memang sedang berada di rumah nya. Katanya, dia bosan di rumah sendiri. "Rapi banget gua liat-liat."
Milan tersenyum tipis. "Kenapa kamu mau tau?"
"Gua literally nanya?" Minerva memutar bola matanya malas. "Kemana?"
"Ketemu sama Nathan." jawab Milan yang saat ini berada di meja rias nya.
"HAH?" Minerva berseru kaget. "Yang bener aja? Lo mau jalan sama cowok yang lo suka? Lo kasih pelet apa?"
"Nggak usah ngaco kamu." Milan memoleskan sedikit lipstik di bibirnya. "Cuma belajar bareng aja. Lagian, saya ada tugas yang saya nggak ngerti, dia juga. Barangkali kita bisa saling bantu."
Minerva tertawa geli, " Alahh saling bantu, ntar yang ada saling suka hahaha!"
Milan diam. Dirinya merona.
Minerva terkekeh, "sana pergi, nanti keburu sore terus lo pulang nya kemaleman lagi. Anyways, dia dapet nomor lo darimana?"
"Waktu itu di rooftop, dia minta nomor saya, yaudah saya kasih. Siapa tahu nanti kita saling butuh, kan."
Minerva diam tapi dia tersenyum tipis. Teman nya ini susah dewasa ternyata dan sudah tidak ragu untuk mengambil keputusan. Mendadak, dia mengingat bagaimana Milan dulu. Milan yang kaku, dingin, tidak banyak bicara. Yang ada di kepala gadis itu hanya bagaimana menjadi pewaris yang sempurna di mata semua orang. Minerva, sebagai teman dekat Milan melihat bagaimana Milan perlahan berubah saat masuk SMA. Gadis itu pertama kali tersenyum, menyukai lawan jenis nya dan juga berbaur dengan mudah.
Melihat Milan yang seperti ini saja sudah membuat Minerva lega sampai-sampai dirinya tidak perlu mengkhawatirkan Milan kedepan nya. Tahu bahwa gadis itu mencoba baik-baik saja sekalipun berada di bawah tekanan Bundanya.
"Saya pergi dulu, ya?" Milan meraih tas nya dan menggendong nya di bahu. "Kamu baik-baik disini. Kalau butuh apa-apa, kamu bisa minta tolong maid disini."
Minerva mengangguk dan melihat punggung Milan yang berjalan kearah pintu dan hilang saat pintu itu tertutup rapat.
****
Jalanan sore yang basah, udara yang dingin. Nathan mengendarai motor nya dengan kecepatan agak tinggi karena dia sedikit terlambat karena ada masalah di rumah. Masalah kecil sebenarnya tapi cukup menyebalkan dan Nathan tidak mau membahas nya.
Janji menemui Milan untuk mengerjakan tugas bersama membuat Nathan sedikit grogi karena ini pertama kali nya pergi berdua bersama Milan dan lagi, mereka awalnya tidak dekat dan kebetulan dekat hanya karena mereka saling membutuhkan dalam tugas. Tahu bahwa Milan cerdas, gadis itu bahkan sering sekali mendapat peringkat pertama paralel di sekolah. Tapi entah kenapa, Milan malah meminta Nathan untuk membantu nya.
Angin berhembus pelan saat dirinya telah sampai di kafe yang di bilang Milan. Kafe yang sederhana dan saat Nathan selesai memikirkan motor nya, dia masuk ke dalam. Aroma roti dan juga kopi menyapa indra penciuman nya. Begitu manis dan terasa hangat saat dia masuk ke dalam. Matanya mencari keberadaan Milan dan menemukan gadis itu duduk di meja paling pojok dekat jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milan
Teen FictionMilan dan perasaan nya itu rumit. © Copyright by Asha & Skyie 2022