K.1 = Konflik Kesatu/pertama
"Hey, ladies pshyco." seorang pria dewasa memakai topeng mengalihkan semua perhatian keempat gadis ini.
Keempat gadis ini saling berbisik satu sama lain karena tidak tahu siapa pria di depannya. Terlihat ada sayatan kecil di tangannya, tepatnya ada di nadi. Mereka berempat hanya menatap dia dengan intens dan penuh was-was.
Pasti orang stress— batin Jeky sambil membuat ekspresi seperti J Y J Y K. alias Jijik.
"Long time no see. How are you, girls?" pria ini ternyata masih basa-basi sedangkan keempat gadis ini masih diam.
Neva akhirnya angkat suara,
"Kamu siapa?" tanyanya dengan nada polos.
"Aku? Aku adalah ketua dari para komplotan pshyco." jelas dia sambil berjalan mendekat ke mereka.
Mereka mundur beberapa langkah, menjaga jarak aman.
"Lalu...? Kenapa kau kesini?" tanya Aera sambil memiringkan salah satu alisnya.
"Aku...ingin," jeda dia dan duduk di sofa usang, "—apa kalian ingin gabung dengan para komplotanku?" tanya dia dan terdengar tawa kecil.
"Enggak, kita tidak perlu seperti itu." jawab Jeky tegas dan mengandalkan tatapan matanya. Ia sungguh benci orang bertopeng ini.
"Tak apa, aku beri kalian waktu untuk berfikir. Jika kalian tidak menerima tawaran ini, hidup kalian akan terancam. Mungkin beberapa bulan aku akan kembali. Kita berkumpul di tempat ini lagi. Jadi...selamat tinggal." pamit orang bertopeng itu sambil berjalan.
Tap...Tap...Tap...Tap
Terdengar suara sepatu boot hitamnya jelas dan meninggalkan area basecamp mereka. Mereka berempat hanya saling bertatap kebingungan.
Selang beberapa menit, orang berjubah dan topi lebarnya menutupi wajahnya turun dari atap, dia mengamati percakapan mereka berlima tadi.
"Kalian tidak perlu tahu siapa aku. Tapi, pesan saya adalah jangan pernah bergabung kepada para komplotan itu. Terima Kasih."
Pria itu langsung melompat kembali dari atap ke atap yang lain seperti seorang parkour. Mereka berempat tambah bingung dan terpaku ditempat. Entah apa yang harus mereka lakukan.
"Jadi...sekarang apa?"
°°°
Di lain tempat, anak laki beserta gengnya masih perjalanan pulang dari puskesmas. Ucap dokter saat itu hanya,
"Tidak ada luka serius. Oleskan obat ini saja sudah pasti sembuh, jika rutin," sambil menyerahkan resep obat dan ditujukan ke apotek puskesmas.
"Untung gue gak ikutan, haha." ucap temannya memecah keheningan dari mereka bertujuh yang saling diam.
"Eh, ini gimana cara ngolesinnya?" tanya Key sambil mengeluarkan obat salepnya kepada teman-temannya.
"Kan, bego. Nakal boleh, bego jangan." sahut temannya sambil menjitak kepala Key.
"Kalo niatnya nistain diem deh, hah~" bales dia sambil ngelus pucuk kepalanya yang kena tonyoran temannya lalu memasukkan salepnya kesaku lagi.
"Kan ada peraturan pakai dan cara pakai, makanya budayakan membaca!" tegas temannya Yito sambil menendang batu kerikil yang tak berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSHYCOPATH || Girl's
RandomPshycopath biasanya identik dengan jiwa pembunuh. Tetapi disini adalah jiwa yang harus mendapatkan apa yang mereka inginkan. ❝W A R N I N G❞ Cerita disini adalah acak, jadi setiap episode itu berbeda konflik. Setelah semua konflik satu bab selesai...