Key dan Vino
Mereka berdua menyiapkan mata kucingnya dan kewaspadaan karena mereka sudah memasuki wilayah komplotan bertopeng. Yang berkeluyuran seperti anak buah dari orang bertopeng, karena mereka tidak melihat bosnya.
Akhirnya mereka berdua semakin mendekati dan memasuki markas, tapi mereka mendengar percakapan antarseorang.
"Papa dimana? Aku ingin lapor wilayah." ucapnya sambil seperti memeriksa setiap kertas yang dia pegang.
"Oh, katanya di grup di wilayah 5, em.. Stephan katanya mau kesana sih." jawabnya sambil menyalakan sebuah rokok. *tidak untuk ditiru*
Key dan Vino mengangguk-angguk. Mereka lari menjauhi area itu dan ketempat sepi untuk laporan kepada rekan-rekannya menggunakan telegram.
"Woy, he tayo. Lapor sersan 3, aelah pada dimatiin ato ga ada sinyal?" Key menepuk-nepuk dan meniup-niup karena tidak ada yang menyahuti.
"Yah bilang ke Hanaza bego, kok kesel gua." ucap Vino sambil memukul bahu Key.
Key meringis kesakitan dan mencari sinyal Hanaza.
"Test, Test." ucap Key.
"On, cepet!" jawab Hanaza di sebrang sambil memasang headset dan menyemil pringles.
"Selow mas bro. Jadi...gini, waktu tadi gue denger anak buahnya bilang 'Papa ada di wilayah 5' Nah! Coba cari wilayah lima tuh kelompoknya sapa."
"Oh, Oke." Hanaza pun mematikan sepihak,
"Yee tai, jelasin lebar kali tinggi di bagi dua malah jawab dua kata." kesel Key lalu menunggu informasi.
5 menit kemudian.
Key dan Vino menunggu informasi tidak datang-datang juga. Vino menendangi kerikil tanda bosan, Key duduk bersila di tanah sambil menyangga dagunya di tangan lalu mereka menghela nafas bersamaan.
"Kenapa tidak ada laporan apapun..." jawab Vino lemas dan bersender ke tembok.
"Apa kita gas aja? Langsung lawan, bugh bugh bugh." sahut Key sambil menggerakkan tangannya seperti orang baku hantam.
"HAH~" hembusan nafas mereka bersamaan.
Kemudian, *Sreegg Srekk (suara telegram)
Key langsung mengambil telegram dari kantongnya.
"Wilayah 5 masih kosong, jadi lo disana tetep ngelawan tapi jangan sampe ketauan. Dan harus mengambil sesuatu yang terkunci. Intinya nyari item pentinglah...kek game." jelas Hanaza dan terdengar kunyahan keripik.
"Haduh, makan dulu baru ngomong." gertak Vino ikutan kesal tapi memelankan suaranya.
"Bodo nying. Udah, ada lagi?"
"Masalahnya...kita lewat mana? Coba cek," suruh Key.
"Emm...kalian lewat pintu samping dan belakang dekar dengan kalian berada, trus disana ada 3 orang. 3 aja, kecil bruh."
"Yee sombong. Oke deh, makasih."
Vino dan Key saling bertatapan.
"Terus kita ngapain?" tanya Key.
"Ya nyusun strategi lah," jawab Vino sedikir sewot.
"Ya kan elo yang pinter, ah kunaon." ucap Key ikutan sewot.
"Nah iya, oke deh, kita jalan dulu. Kita mencar yah. On-in terus tuh komunikasi." suruh Vino dan Key hanya manggut-manggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSHYCOPATH || Girl's
RandomPshycopath biasanya identik dengan jiwa pembunuh. Tetapi disini adalah jiwa yang harus mendapatkan apa yang mereka inginkan. ❝W A R N I N G❞ Cerita disini adalah acak, jadi setiap episode itu berbeda konflik. Setelah semua konflik satu bab selesai...