PART 9

3.8K 159 4
                                    

Perutku agak mual setelah melihat berbagai macam bentuk rupa mahluk halus yang tidak karuan. Tidak pernah sebelumnya aku melihat yang sebanyak ini.

Menyisir jalanan hingga tiba di rumah. Kondisi tubuh sangat lelah dan ngantuk sekali.

"Assalamualaikum." Aku mengetuk pintu rumah.

"Assalamualaikum...." Beberapa kali ku ketuk namun tak ada jawaban. Kemana perginya Emak dan Riani?
Biasanya jam segini mereka masih asyik menonton televisi.

Aku mencoba mengintip dijendela teras. Namun sudah tertutup gorden. Lampu teras pun mati. Ada apa ini? Kemana mereka?

Ku rogoh tas, mengambil ponsel dan mencoba untuk menelepon Riani. Ah, tidak aktif. Tumben sekali.

Aku duduk dikursi teras sambil menunggu mereka membukakan pintu.

Jam berganti, hingga tiba hampir tengah malam. Lagi-lagi ku coba mengetuk pintu dan berteriak, tapi sama, tidak ada jawaban.

Lelah badanku tak bisa tertahankan. Aku berbaring diubin teras dengan beralaskan bantal dari tasku. Menutupi badan dengan jaket. Ah, sial sekali hari ini, sudah dilihatkan mahluk halus yang buruk rupa, rumah tak ada orangnya.

Semilir angin malam yang menerpa wajah, seakan mengelus mesra pipi dan membuatku terlelap tidur.

Antara sadar atau tidak, aku seperti melayang menuju ke sebuah singgasana yang sangat indah. Disekitarnya ditumbuhi aneka bunga berwarna-warni, bau semerbak memenuhi rongga hidungku. Didalam hatiku bertanya-tanya, dimanakah ini? Tempat yang sangat asing bagiku.

Aku berjalan menuju kearah depan, bisa ku rasakan disekeliling banyak sekali mahluk-mahluk halus tak berkaki. Mereka seakan melayang. Dan saat melihat kaki, aku pun melayang! Aneh!

Aku berteriak namun tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Berkali-kali ku tampar wajah, kalau-kalau ini hanya mimpi. Namun aku masih merasakan sakit, berarti bukan mimpi!

Seakan ada yang mengarahkan langkah, aku sampai disebuah kursi besar, diatasnya terdapat mahkota berwarna emas. Sepertinya kursi yang empuk, melihat ada alas busa diatas tempat duduknya. Besar sekali hingga melebihi kepalaku. Bunga-bunga terpasang disudut kursi emas itu. Tidak ada siapa-siapa.

Aku berusaha memalingkan tubuh, namun tidak bisa. Dalam sekejap, ada sesosok wanita bergaun hijau memakai konde, mengenakan selendang berwarna hijau muda, dengan hiasa bunga melati diatas kepalanya. Berwajah cantik, dan gaunnya menutupi kakinya. Siapa wanita itu?

Aku masih tidak bisa mengeluarkan kata-kata, lidah dan mulutku terasa terkunci sangat kuat.

"Kamu akan menjadi hambaku." Ucap wanita itu.

Hamba? Apa maksudnya?

Tiba-tiba pandanganku gelap. Tubuhku jatuh. Aku tak sadarkan diri.

Bersambung.

SANTET !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang