.
.
Perlahan kurasa mataku memberat, pandanganku kabur dan menggelap, akhirnya aku pingsan beberapa saat.
Ah tidak beberapa jam.Saat sadar aku mencuci muka dan segera keluar, kulihat jam ding ding
-Tik Tok Tik Tok-
Sekitar 4jam aku pingsan, aku melihat Yuki diruang keluarga bersama ibu dan ayah, tiba-tiba hatiku sakit, apa mereka tidak mencariku?? Senyum kecut terukir dibibirku, dan aku hanya diam melihat pemandangan yang menyakitkan, ibu menyisir rambut Yuki sesekali mengelusnya, ayah mengobrol dengan Yuki. Semua terlihat bahagia.
.
.
"Ahh, ngg~"
Yuki berguman menatapku, ayah dan ibu sontak melihat kearahku yang berdiam diri,
"Sudah makan? Makan dulu sana. Jika makanannya dingin hangatkan sendiri ya"
Ucap ibuku,
"Ya"
Jawabku dan berlalu menghangatkan makan malam ku menyantapnya, setelah itu aku pergi kekamar mengambil jaket ku dan bergegas pergi tanpa ketahuan. Aku berjalan santai dikoridor, senja dan mendung menghiasi sore ini, angin berhembus menerpa wajahku.
1 tujuanku, rumah sakit.
.
.
.
*Rumah Sakit*
.
.
"Kau datang sendiri?"
Tanya Dokter yang memeriksa ku, dia adalah dokter keluargaku
"Ya"
Jawabku
"Biar kuhubungi orangtuamu"
"Tapi aku ingin tau dulu!"
Aku menahannya
"...."
Dokter terdiam dan menatapku iba,
"Kenapa? Ada apa?!"
Aku penasaran
"Aku sakit apa dokter?! Cepat katakan!"
Akupun berteriak
"Aku tidak sanggup mengatakannya"
Dokter menunduk, sepertinya dia menangis
"Tidak papa, aku akan menerima apapun itu"
Jawabku meyakinkan.
"Ini"
Diserahkannya amplop kepadaku
"AHH!"
Aku menatap surat didalamnya dan tersenyum getir
"Jangan beritahu keluargaku ya"
Ucapku dan membacanya sekali lagi
"Tapi..-"
Ucapan dokter kupotong dengan tatapan memohon
"Baiklah"
Dia menangis dan pergi dari ruangan, aku pun pergi dari rumah sakit, berjalan sendirian sambil terus menguatkan hatiku. Berusaha tersenyum namun sulit, bulir-bulir perlahan keluar dari mataku, kuseka dan berlari secepat mungkin keladang Dandelion dan menangis sekaras-kerasnya ditemani angin sore dan langit mendung.
.
.
"Tidak tidak tidak!"
Aku menjambak kesal rambutku. Berguling-guling kesal direrumputan sambil terus menjambak rambutku, aku menangis sejadi-jadinya..*Cesss
Hujan mulai turun deras sekali, mengguyurku dan membasahi seluruh tubuhku, sekarang air mataku tertutup hujan deras, aku beranjak dan duduk sambil berusaha berhenti menangis,
1.menit
2.menit
3.menit
Aku berhenti menatap lurus ladang dandelion dengan tatapan pasrah,
"Tumor otak"
Gumanku tersenyum sinis
"Hahahahaha!!! Siapa peduli hah?! Apa mereka mengkhawatirkanku?! Apa ada yang mencariku?!! Tidak ada,"
Teriak ku kesal
"Semua hanya peduli pada situli itu"
Hatiku yang sakit membuatku berkata-kata kasar seperti ini, lalu aku menangis lagi, kini tangisku pelan karena aku lelah
"Tapi waktuku tidak banyak, aku tidak mau seperti ini, akan kubuat kalian tidak menangis saat kehilanganku"
.
.
Aku memeluk lututku, dan terus memikirkan kedepannya. Kuambil amplop tadi yang sudah basah oleh air, aku meremasnya dan melemparnya jauh-jauh.Tiba-tiba ada sebuah payung yang menghalangi air hujan, kulihat sipemilik payung itu.
"Yuki?"
Yuki menatapku dan mulai menggerakan tangannya
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa hujan-hujanan? Nanti kamu sakit"
.
.
Aku terharu, tapi hanya dia yng peduli padaku, aku tidak bisa membencimu Yuki kau adalah aku juga.
"Mari pulang"
Ajak ku dengan menggerakan tangan
"Uhum"
Dia mengangguk
'Ayah, ibu, apa kalian tau aku sedang sakit? Sakit yang membuatku tidak akan hidup lama, mungkin tidak papa, karna sudah ada Yuki, dan kalian menyanginya, apa kalian menyayangiku? Apa aku ini anak kalian? Apa aku harus tunarungu agar diperhatikan?'
Kataku dalam hati sambil menatap kejalan datar, Yuki yang memegang payung tidak menyadarinya dan dia hanya fokus melihat dandelion basah.
.
.
Yosh GEJE:V
Berlanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion Garden
Historia CortaAku melakukan hal jahad agar kalian tidak menangis ketika aku pergi nanti~ karna aku tidak bisa melihat kalian menangis