Aku berjalan meninggalkan si supir Taxi Eris, aku belum mendengar mobil itu mungkin belum pergi. Coba tengok ah
'bener kan-_'
Ngapain dia masih disini, dia tersenyum. Segera dia keluar dari Taxi.
"Nih nomor ponselku, kalo butuh taxi telvon saja ya^^ ngomong-ngomong kamu sakit apa? Tadi ngga dijawab"
"Bukan urusanmu kali"
"Aku kan cuman nanya, gakmau ya temenan sama supir Taxi?"
"Aku demam"
Aku memutar bola mataku malas
"Masa? Sampe datang kedokter spesialis?"
"Soalnya dia dokter keluargaku jadi ya aku datang aja kedia"
"Kalo begitu kita sa--"
Dia langsung diam
"Kita sa??"
"Kita sampai disini saja"
Ucapnya langsung
"Gak nyambung! Kamu pikir kita pacaran?-_"
"Maksudnya untuk hari ini. Aku tau aku ini tampan, jadi kamu cepet kangen kan^^"
"Hueeeekkk:P"
Aku memeletkan lidahku tanda tak terima
"Gitu banget sih"
.
.
"Kamu sama dokter clarisa ngomongin apa? Kok kayanya kalian deket ya"
"Kepo deh:v dah ah mau balik"
Ingin rasanya aku menimpuknya dengan rumah-_
Aku membalikan badan dan memasuki pagar rumah terbuat dari besi berwarna hitam.
.
.
"Yui dia siapa? Kamu darimana?"
Saat masuk kedalam rumah. Yuki langsung menahanku.
"Gak usah kepo"
Jawabku ketus kedekat telinganya.
"Yui"
Ucap ibuku dari belakang
"Ibu sudah pulang"
Tanyaku
"Ya baru saja. Kenapa kamu ninggalin Yuki sendiri?"
'Sialan:) tanyain kek darimana kamu sayang'
Ucapku dalam hati.
"Males banget"
Jawabku cuek
"Yui kamu kenapa sih?"
Tanya ibuku
"Gakpapa, aku pengen pinjem gunting"
"Buat apa?"
"Gak usah kepo dong bu!"
"Yui!! Sopan dong ini ibu kamu"
*Deg-deg
Hatiku berdebar darahku berdesir hangat. Perasaan senang menyelimuti.
'ini ibu kamu^^'...
"Ibu aku? Apa kau bertanya padaku 'dari mana sayang?' Setelah aku lama berpergian? tidak kan!"
Aku mencoba menahan kelembutan hatiku.
.
.
"Yui"
Ibu berkata tidak percaya.
'tenang bu, ibu ayah dan Yuki ngga akan merindukan monster kecil kalian'
"Jadi dimana guntingnya?? Aku ambil sendiri saja"
Tanyaku masabodo
"Untuk apa?"
"Aku ingin potong rambut"
"Kenapa?"
"Aku gakmau separas dengan situli itu"
"Yui dia ini adikmu! Kamu kenapa sih dulu kamu menerimanya"
Ibu memeluk Yuki.
"Kalo gitu Yuki ikut potong rambut aja bu"
Tangan Yuki bergerak-gerak
"Gak! Kalo kamu ngikutin aku! Percayalah aku bakal ngapa-ngapain kamu!"
"Yuii!! Kamu ini kenapa?"
Ibu membentaku
.
.
"Ibu ingin tau aku kenapa?"
Emosi ku meluap,
"Aku..
Membencimu! Kalian semua! Dasar orang tua pilih kasih! Aku gak sudi jika tau bakal begini! Dan aku gak sudi mempunyai adik yang tuli! Aku gak sudi terlahir dari keluarga yang menganggapku sebagai bayangan! Ngga sudi!"
Nafas ku memburu, mataku panas. Aku menangis, menangis dan menangis. Ibu memeluku.
"Sayang ibu gakbermaksud begitu"
.
.
Segera kulepaskan pelukannya
"Gakbermaksud gimana maksudnya hah? 17tahun aku diabaikan, masak sendiri:') melakukan apapun tanpa bantuanmu:') bahkan ibu tidak pernyah menyisir rambutku:') Yuki itu tunarungu bu! Yang cacat hanya pendengarannya! Jika dia tidak bisa mendengar bukan berarti.. bukan berarti*hiks hiks.. bukan berarti DIA TIDAK BISA MELAKUKAN APAPUN!"
Aku membalikan badan dan pergi kekamar, maaf bu maaf bu, aku gakbermaksud.
.
.
"Uiii! Unggu! Uii hiks uki angen ama uii! Hiks-hiks awo maing! Awo maing! Awo hiks."
Yuki menggedor pintu kamarku dan menangis
"Sayang buka, sayang maafkan ibu"
"Uiii maafing uki, oalny ukk'i tui.. biin ma'u uii!"
Ibu menatap Yuki iba dia menangis bersama Yuki sambil berpelukan.
Kami menangis bersama.
"Uiii"
"Pergii!"
"Ayo sayang, jangan ganggu kakakmu"
Ibu dan Yuki meninggalkan kamarku.
.
.
.
Aku merasa sangat jahat, sehingga mereka menangis sampai segitunya. Aku tau kalian menyayangiku, dan aku jg menyayangi kalian. Tapi aku gakbisa kalo diperlakukan seperti itu. Mental ku terganggu, yang kupikirkan hanya mati.
.
.
3jam kemudian dan aku masih merebahkan diri dikasurku, sunyi bahkan disaat ayah pulang 1jam yang lalu.
"Tidak ada yg mencariku"
Aku bersimpuh pada lututku.
"Ternyata aku salah, mereka ngga menyayangiku"
Aku tersenyum kecut. Aku bangkit dan segera melanjutkan lembaran pesan untuk nanti-
.
.
Setelah selesai aku keluar kamar, melihat ruang keluarga, mereka lagi kumpul^^ padahal ngga sama aku. Dan ngga ada yang mengkhawatirkan aku:')
Baiklah ladang dandelion aku datang
*Brak
Sial, aku menabrak pintu, seketika semua melihatku. Yuki langsung berlari kearah ku dan memeluku
"A'irnya uii eluar,*dia menatapku dan menggerakan tangannya
"Keladang yu^^"
"Ihhh apaan sih! Jijik tau!"
Aku mendorongnya
"Jangan datang ketempat itu. Mengerti!"
Ucapku kedekat telinganya
"Yuii!!"
Ayah dan ibu segera menghampiri kami. Segera aku lari kedalam dan membawa gunting lalu pergi dari rumah.
.
.
Semua diam, aku berlari keladang. Segera kupotong rambutku, menangis lagi dan lagi, potong yang asal asalan sampai, berantakan dan tidak beraturan.
"Sekarang apa?"
Tanyaku memungut rambutku.
Aku mengotak atik ponselku, dan teringat supir taxi tadi. Segera ku sms dia
"Kamu dimana?#Yui"
"Mau apa?"
Cepet banget balesnya-_
"Ngga apa-apa"
"Aku didepan rumah kamu"
"Lho ngga pergi? Ngapain?"
"Mantau siapa tau kamu boong kan, by the way maaf ya aku denger keributan"
Malu rasanya.
"Ya.."
"Aku liat kamu lari kebelakang rumah, ngapain? Bawa gunting lagi"
"Ngga apa"
"Aku kesana ya?"
"Ya"-***-
Berlanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion Garden
Historia CortaAku melakukan hal jahad agar kalian tidak menangis ketika aku pergi nanti~ karna aku tidak bisa melihat kalian menangis