konyol

71 8 0
                                    

"Uii!!! Uii! Angun!! Uda iaang! Uiii!!"
*Tok tok tok
"Ng~"
Gumanku terbangun dari tidurku, aku melihat secarik surat tulisanku malam tadi, segera kusembunyikan dan berlari kearah pintu,
*Ceklek
"Apa?"
Tanyaku dingin
"Ayo main denganku"
Ajaknya dengan bahasa isyarat.
Aku menggeleng-geleng
*Brak
Kubanting pintu. Aku melompat keranjang
*Ngiiiinggggg*
Ahhhh sialan! Jangan saat ada Yuki,
"Ahhhhhhhhh sakiiitt"
Aku berguling-guling, aku menahan rasa sakit.
.
.
Aku terduduk dan berjalan kekamar mandi dan membersihkan diri, berat sekali langkahku namun kupaksa.
Sakitnya sudah mendingan. Dan aku akan pergi kerumah sakit hari ini.
*Keeiitt
Aku buka perlahan pintu kamarku
"Kau masih disini?"
Tanyaku pada Yuki yang berdiri didepan pintu.
Yuki menggerakan tanganya
"Aku medengarmu berteriak didalam. Yui kamu kenapa?"
Dia bertanya khawatir, aku meninggalkannya tidak peduli.
.
.
*Sreet
Yuki menarik tanganku dan menahanku
"Kamu marah sama aku?"
Yuki bertanya lagi padaku
Aku mengabaikannya lagi.
"Uuuuiiii"
Dia berteriak, Aku terkejut dan melihatnya, dia menatapku marah dan mulai menangis, aku membuang muka ku
"Uuiiii>_<"
Dia berteriak lagi
"APAAA?!!"
Aku membentaknya, dia berlari
"Mau kemana? Tolong perbaiki alat dengarku, ada bunyi yg menyakitkan saat aku mendengar suara"
Yuki melepas alat dengarnya dan memberikannya padaku.
Aku mengotak atik dan memberikannya lagi,
.
.
.
"Kamu kenapa? Marah kah sama aku?"
Yuki menggerakan tangannya lalu menangis
"K-k k amu, a lo ma'ah iang ke Uki
"Hiks*tanganya mulai bergerak lagi
"Aku gakbisa didiemin sama kamu, aku pengen main sama kamu, aku gakmau dibentak kamu, aku gak suka, aku gak suka kalo kamu diemin aku"
.
.
Aku membuang muka dan menangis juga
*Sreet
Tangannya menggenggam lengan bajuku dia tertunduk
"Udah elapa arii, Uii iemin hiks aku"
Dia berbicara tidak lancar namun aku masih paham, dia terisak, aku pun terisak.
Aku menghapus air mataku dan menangkis tangannya. Yuki terkejut dengan mata berbinar dia menatapku.
.
.
"Jangan ikuti aku!"
Ancam ku meninggalkannya.
.
.
Aku berjalan santai dan sesekali menengok kebelakang, siapa tau Yuki mengikutiku kan? Dan ternyata tidak. Badanku cukup lemas jadi aku menyerah dan menunggu taxi.
-beberapa saat
Nah taxinya datang
"Pa tolong antar~"
Dia menatapku, tampan°^° pikir ku
'apa sih'
"Sepertinya kita seumuran. Jadi kamu gak usah panggil aku bapak"
Ucapnya ketus
"Heleh~"
Aku membalasnya tak kalah ketus.
.
.
Dilihat-lihat dia itu seperti orang kaya, penampilannya emang berpakaian supir tapi wajahnya keliatan sekali anak manja. Dia juga cukup bersih. Aku menggelengkan kepalaku, kenapa aku mikirin ini sih-_
Lama sekali perjalananku. Sekitar 2 jam kami berkeliling
'seingat ku, berlari saja hanya butuh 35menit'
*Ckiiitt
"Tunggu sebentar"
Ucapnya,
"Kita mau kemana sih?:v"
Sambungnya nyengir
"Njeer-_ nanya dari tadi dong!!"
"Kamu kan yang mau pergi, kenapa aku yang nanya"
"Kamu kan supirnya kenapa engga nanya?"
"Mana ada yang kaya gitu!"
'duh kayanya dia supir baru'
"Tentu ada dasar idiot! Aku adalah ratumu! Jadi hormati aku. Payah sekali, 2 jam kita berkeliling"
"Loh! Galak banget sih-_"
Dia memanyunkan bibirnya
*Ngiiiingggggggg
Duh terasa lagi,
"Ahhhhhrgg"
Aku tersiksa, dia mengkhawatirkan aku
"Kamu kenapa??? Hei gadis galak!"
"Bawa aku kerumah sakit cepatt!"
Aku semakin kesakitan, dia langsung nenancap gas kencang.
.
.
Diparkiran, aku menatapnya kesakitan, dia menggendongku, berlari ke dalam rumah sakit.
"Dokter tolong!!"
Teriaknya membopongku
"Cari dokter clarisa"
Ucapku pelan
"Dokter clarisa? Ah iya dok dokter dokter clarisa!!!!"
"Ada apa??!"
Dokter clarisa menghampiri kami.
"Lho Den Eris? Kamu kok-"
"Stttttg"
Supir taxi yang disebut Eris itu memotong ucapan dokter.
"Yui kenapa?! Bawa keruangan ku!"
.
.
"Tunggu diluar"
*Ceklek
"Dokter"
Aku terbaring lemas
"Kamu kenapa Yui? Yaampun pucat sekali, kita harus segera memeriksamu!"
"Tidak dok! Aku hanya ingin minta obat penenang rasa sakit"
Kataku
"Obat penenang tidak akan menyumbahkanmu! Ayo kita periksa dulu!"
--------
"Yui kamu harus segera operasi! Nanti tumormu makin parah"
"Nggak!"
Tolaku
"Kenapa?? Kamu bisa mati tau!"
"Itu tujuanku dok"
Dokter terkejut
"Hanya tinggal menunggu saja, dok berapa lama aku hidup?"
Pertanyaan ku membuat dokter clarisa terkejut setengah mati
"Kenapa kamu gakmau mencoba dulu! Kenapa mau menyerah?!"
"Kalo tidak tau diam saja dok"
"Bagaimana aku bisa tau kalau kau diam begini!!"
Dokter clarisa sangat emosi dan dia seperti akan menangis
"Aku lelah dok, aku lelah, aku benar-benar ingin menyerah"
Aku menangis tersedu-sedu
"Tapi... Kenapa?"
Dokter ikut menangis
"Hiks.. kau tidak perlu tau dok, aku hanya minta bantuanmu untuk masa-masa terakhirku"
"Bantuan apa? Yui hidup itu keras, kalo kau lemah begini, kau bisa dipencundangi dunia"
Dokter terisak
"Aku sudah dipencudangi dan dibenci dok! Kumohon jangan paksa orang yang memohon untuk menyerah...
*Aku menjeda.
"Aku hanya ingin kau ikut dramaku dok, drama yang mengatakan tidak akan ada air mata"
Lanjutku
"Tapi..hiks"
"Kumohon^^"
"Baiklah.. hiks, waktumu 1bulan Yui"
Setelah berkata itu dokter semakin menangis.
"Singkat sekali kan? Kita harus mencoba perawatan dulu"
Ucapnya lagi
"Tidak dok itu cukup untuk ku"
.
.
Dokter menahan diri,
"Ini obatmu, minum jika terasa sakit ya"
Ucapnya. Aku tersenyum
"Kamu pucat Yui, mari kudandani, sebuah film tidak akan sempurna tanpa bantuan make up"
Dokter tersenyum getir
"Kau benar dok"
*Beberapa saat
"Bedak ini membantu menghilangkan pucat, namun tidak sepenuhnya menutupi wajah sakitmu"
"Terimakasih, kau sangat membantu dok"
"Ya, kau istirahatlah dulu"
.
"Boleh aku masuk?"
Tanya Supir taxi itu,
"Kau sakit apa cewek galak?"
"Jangan panggil aku begitu!"
"Dok boleh bicara sebentar"
Tanya supir taxi itu.
"Kamu boleh pulang Yui"
"Tidak, tunggu disini, nanti aku yang nganter"
Ucapnya dan membawa dokter pergi.
.
.
15menit kemudian
.
.
"Kuy!!"
"Kuy?"
"Norak deh-_ yuk pulang"
"Iya.."
Kami berjalan menuju mobilnya dan dia segera mengantarku pulang
"Ingin lewat jalan tadi?:v"
"Gak! Kita lurus aja"
Jawabku ketus
"Galak:P"
"Nyebelin!"
"Namaku Eris"
"Sudah tau! Sudah itu rumahku"
"Dekat banget-_ ngapain pake taxi?"
"Ntah"
Aku mengambil beberapa lembar uang
"Mungkin takdir ya^^"
"Heleh! Neh ongkos ku! Terimakasih"
"Galakmu berkurang ya"
"Berisik"
Segera aku berlari kedalam rumah..

.... Yosh!! Berlanjut

Dandelion GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang