P r o l o g

533 94 63
                                    

"Pertemuan kita, awal dari kisah yang tak sampai"

A/n : Tembus 100 komentar, lanjut kecerita berikutnya!

Dwiki membenahi letak ranselnya yang sedikit melorot, lalu matanya menatap sekelilingnya yang ramai. Ini adalah tahun ajaran baru, dan dia murid baru di SMA Star High ini.

"Kamu murid baru, kan?" tanya seorang guru berbadan tegap dengan kumis tebal dihadapannya, Dwiki mengangguk, lalu guru itu tersenyum seraya menunjukkan letak ruang guru. "Kamu temui Miss Ambar, ya, dia bakal jadi wali kelas kamu."

Dwiki mengangguk, lalu melangkah memasuki ruang guru setelah mengucapkan terimakasih.

Didalam ruang guru, tak ada banyak orang. Hanya dia, guru berbadan gendut, dan siswi yang sedang diomeli habis-habisan.

Dwiki berdiri canggung, guru itu belum menyadari keberadaannya. Sedangkan siswi itu malah tersenyum seraya melambaikan tangannya.

Cantik, itu yang terlintas dipikiran Dwiki saat ini.

"Ibu, lagi marah sama kamu, Al. Jangan senyum-senyum!" tegur guru tersebut saat memergoki siswi itu melambai pada Dwiki.

"Ih, Ibu. Tuh ada orang, kita, kan, harus ramah" jawabnya polos, tangannya masih saja melambai. Membuat Dwiki membalas lambaiannya.

Guru tersebut langsung menoleh ke arah Dwiki, dan wajahnya berubah menjadi ramah dibandingkan saat menatap siswi tersebut.

"Kamu Dwiki Oktavian, kan?" tanya guru tersebut, Dwiki mengangguk dan tersenyum. "Saya Miss Ambar, wali kelas 11 IPS 2, wali kelas kamu."

"Ngga ada yang nanya, bu" celetuk siswi tersebut, Bu Ambar mendelik ke arahnya dan dibalas oleh cengiran.

"Kamu isi dulu formulir ini, ya. Ibu mau ngurusin biang kerok satu ini" ujar Bu Ambar, lalu beralih pada siswi yang nyengir menghadap Dwiki.
"Ngga usah genit, mana mau dia sama kamu!"

"Bu Ambyar ganggu aja, ih" sungutnya.

"Apa kamu bilang?!"

"Eh, Bu Ambar." jawabnya nyengir lagi.

Dwiki geleng-geleng sendiri, cewek itu sama sekali ngga takut dan malah membuat lelucon. Bener-benee gila.

"Alana, kamu sebenarnya niat sekolah engga sih?" Bu Ambar melancarkan aksinya, "Lihat baju kamu, kekecilan!"

"Mama belum gajian buat beli baju baru, Bu." jawabnya santai, "Lagian kata Pak Ustad, selagi bisa dipakai, jangan dibuang. Mubazir."

Bu Ambar sudah melotor lagi, Dwiki sendiri geleng-geleng sambil memulai mengisi folmulir tersebut.

"Iya kalau masih layak pakai, ini baju kamu sudah ngga layak pakai Al. Besok ibu mau kamu ganti baju!"

"Iya, bu." jawabnya mengangguk-anggukkan kepalanya patuh.

"Sepatu, kaos kaki dan juga rok kamu. Sudah kependekan" lanjut Bu Ambar mengevaluasi.

"Sepatunya kependekkan?" tanya cewek itu tanpa dosa. Dwiki menyemburkan tawanya membuat kedua perempuan itu menoleh ke arahnya.

Dwiki tersenyum canggung dan membungkukkan badannya,

"Hai..." sapa cewek itu saat Dwiki menatap sekilas ke arahnya.

Dwiki mengangkat canggung tangannya, merasa aneh. "Hallo."

Dengan cepat Bu Ambar memukul pelan lengan cewek itu. "Nggak usah genit! Ibu lagi bicara sama kamu!" lalu matanya beralih menatap Dwiki, "Kamu sudah selesai, belum?"

"Belum, bu"

"Buruan! Lama banget!" gerutu Bu Ambar membuat Gadis itu tertawa pelan.

"iya bu, iya."

Baru saja cewek itu terbebas dari omelan Bu Ambar, sedetik kemudian kembali mengomelinya.

"Untuk sementara, topi kamu ibu sita." ujar Bu Ambar datar.

"Yah, ibu.. Topi mahal itu, limited edision!" keluh cewek itu.

"Limited edision, mbah mu! Ini juga banyak di tanah abang, ngga usah bohong kamu" ujar Bu Ambar mengangkat topi berwarna hitam pekat tersebut, ada tulisan putih yang terdapat dibagian depan Bad Girls.

"Jangan sembarangan deh Bu, harganya dua ratus ribu asal ibu tahu." sahut Siswi itu tak terima, "Sama topi sekolah aja mahalan itu, topi sekolah cuma tujuh ribu."

"Sudah naik menjadi sepuluh!" ralat Bu Ambar.

"Ya,ya, sepuluh. Tetep aja, mahalan topi aku." jawabnya seraya meninggikan dagu.

Dwiki tertawa pelan, selain cantik cewek diseberangnya ini aneh.

"Kembali ke kelas sana, kalo mau topi kamu balik, kamu kesini dan bawa topi sekolah kamu" ujar Bu Ambar akhirnya, mungkin sudah lelah.

Siswi itu mengangguk, lalu tangannya mengambil sebuah pena yang terletak diatas meja.

"Kalau begitu, saya balik dulu. Asalamualaikum.." ujarnya dengan senyuman penuh arti.

Dwiki yang melihatnya menjadi curiga, senyum siswi itu seperti menyimpan sesuatu.

"Waalaikumsalam," jawab Bu Ambar. "Sudah belum?" tanya Bu Ambar menatap Dwiki.

"Sudah, bu." jawabnya menyerahkan formulir tersebut.

"Ibu tanda tangani dulu, yaa" ujarnya, lalu tangannya hendak mengambil suatu barang diatas meja, namun matanya terlihat celingukan. "Pena saya kemana, ya?" tanya Bu Ambar berupa gumaman.

"Pena? Warna hitam, ya, bu?" tanya Dwiki, perasaannya makin kuat sekarang.

Dengan polos, Bu Ambar mengangguk.

"Kayaknya diambil sama siswi tadi deh, dia bawa pena warna hitam"

"Serius?!"

Dwiki mengangguk.

Bu Ambar mengepalkan tangannya dengan napas memburu, "ALANA PUTRI PRESILLA... KEMBALIKAN PENA SAYAAA!"

Diluar, Alana tertawa seraya mengangkat tangannya menunjukan sebuah pena.

"Makasih Bu Ambyar... Love you deh!" ujarnya cengar-cengir.

TBC


I'm back.
Maaf banget buat readers lama aku yang ngerasa aku ga konsisten banget sama cerita ini. Maaf banget, aku kadang suka kehilangan ide dan berpikir buat unpublish.

Tapi sekarang aku udah tekad, mau selesai cerita ini bagaimanapun caranya.

Support aku, ya!
Supaya aku tetep semangat dan konsisten sama work aku ini.

Dan....
Alana back dengan judul yang berbeda....

Love Laugh

Alurnya juga akan berubah, tapi ga banyak kok yang berubah, tenang aja. Alana akan tetap mencintai Dwiki sebagai cinta pertamanya.

Sekian, terimakasih:)

HAPPY READING!!

Love And Laugh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang