Jangan lupa tinggalkan jejak, karena jejak dari kalian merupakan vitamin saya untuk terus melanjutkan cerita:)
"Gimana kalo kita saling sayang, tapi syaratnya kamu nggak boleh ngilang."
------------------------------
Waktu menujukkan pukul 18:52, Alana menyibak selimutnya dengan mata yang masih terpejam. Gadis itu duduk ditepi ranjang, samar-samar ia mendengar suara anak kecil didalam rumahnya, lalu disusul tawa seorang wanita.
Alana membuka matanya, ia kenal dengan suara-suara itu. Dengan cepat ia mendekati pintu dan mendengarkan suara itu dari sana.
"Jangan lari-lari sayang, nanti jatuh."
Alana menghela napas pelan, gadis itu kembali menuju kasurnya. Rasa malas menyerangnya sore ini, bahkan rasanya ia sungguh tidak bersemangat.
"Alana, sudah bangun?" itu suara Mamanya.
Alana diam saja, gadis itu menutup wajahnya dengan selimut, seakan-akan ia masih tertidur. Untungnya kamar gadis itu selalu dikunci, jadi tidak sembarang orang bisa masuk ke kamarnya.
"Bangun, Al, mama belum liat kamu dari kemaren," ujar Mama mengetuk pintu dengan pelan.
Alana mendengkus kesal, apanya sejak kemaren? Bahkan Mamanya belum pernah melihatnya sejak 3 bulan yang lalu.
"Kak Alana belum bangun, ya Mama?" anak kecil berumur 5 tahun itu bertanya pada Maya. Tangannya ikut mengetuk pintu kamar Alana, "Kak Lana, ayo main sama Lili."
"Ogah banget," gumam Alana pelan. Gadis itu kesal setengah mati, lebih baik Mamanya tidak pulang daripada harus membawa anak dan suaminya itu. Sungguh merepotkan.
Lili adalah adik tiri Alana, Mamanya menikah dengan Dahlan yang merupakan teman SMA-nya dulu. Sedangkan Papa kandung Alana sudah meninggal 3 tahun yang lalu, sehingga Mamanya memutuskan menikah lagi dengan teman SMA-nya.
Hal itu membuat Alana marah, gadis itu merasa Mamanya berubah sejak menikah dengan Dahlan. Waktu dan kasih sayang untuk gadis itu perlahan berkurang karena Mama harus selalu ikut kemana Om Dahlan pergi bekerja, dan kini ditambah dengan Adik Tirinya dari istri Om Dahlan dahulu.
Dan anehnya Maya lebih menyayangi Lili daripada Alana.
Gadis itu menghapus air matanya yang ternyata udah turun ke pipi, ia mencoba diam agar suara tangisnya tidak terdengar sampai keluar.
***
"Lama banget jalannya!" ujar Dwiki kesal melihat Derbi yang memperlambat jalannya. Cowok SMP itu asyik memakan eskrimnya tanpa memperdulikan Dwiki yang menunggunya dari tadi.
Kalau tidak takut dengan Bunda aja, Derbi udah abis ditangan Dwiki.
"Der!"
"Sabar, Bang!" Derbi menyusul. Anak itu meringis kecil melihat wajah kesal Dwiki.
Mereka berdua baru saja keluar dari Minimarket dekat rumah, biasa ... Bunda suka menyuruh mereka membeli kebutuhan sehari-hari disana, karena mereka anak yang patuh dan penyayang, mereka seneng-seneng aja disuruh Bunda, karena selain sayang orangtua, mereka bisa beli jajan sepuasnya.
Apalagi Derbi, anak SMP itu tampak kesusahan membawa jajan ditangan kanan dan kirinya. Dwiki sendiri tangannya dipenuhi belanjaan, cowok itu lagi nggak mood mau beli sesuatu.
"Der, bawa balik, nih!" Dwiki menyerahkan kantung belanjaan ke Derbi, membuat anak itu kelimpungan.
"Eh, Bang, susah tangan gue cuma dua!"
"Lo punya kaki dua, gunain!" setelah mengatakan itu ia pergi lebih dahulu, terlihat terburu-buru.
Derbi mendengkus, mana bisa membawa belanjaan dengan kaki? Lalu dia jalan pake mata, gitu?
Alana memasukan lengannya kedalam saku hoodie, telinganya disumbat oleh earphone lagu galau terputar disana. Alana sesekali memejamkan matanya, meresapi setiap lirik yang ia dengar.
NCT 127 - NO LONGER.
Lagu itu ditelinganya terasa begitu menyakitkan, dadanya ikutan sakit, seakan lagu itu tercipta untuknya.
Alana berhenti, matanya menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang. Meski sudah hampir pukul sepuluh malam, jalanan sama sekali tidak pernah terlihat sepi. Gadis itu tanpa sengaja melihat seorang anak kecil yang sedang menangis, anak kecil itu terlihat kehilangan sesuatu. Alana hendak mendekati, namun urung saat ia melihat anak tersebut dihampiri oleh seorang wanita, Alana yakin itu adalah Mama dari anak itu.
Setelah melihat Mamanya, anak itu dengan cepat memeluk kencang dan menangis. Mamanya dengan sigap memeluk balik seakan tidak mau kehilangan anaknya lagi.
Alana tersenyum tipis, bahkan sangat tipis. Gadis itu membayangkan, apakah jika ia menghilang Mama akan mencarinya seperti itu? Memeluknya dengan erat seakan tak akan membiarkannya menghilang lagi.
Akankah Mama bersedih jika Alana tiada?
Kalau memang iya, rasanya gadis itu ingin benar-benar pergi. Karena ia pernah mendengar, ada suatu masa dimana kamu akan dicintai banyak orang ketika kamu sudah tiada. Alana ingin merasakan hal itu.
"Ngapain disini?"
Alana terkejut, dadanya turun naik melihat seorang pemuda menghampirinya. Cowok itu memakai celana panjang dan kaos hitam, rambutnya terlihat acak-acakan, menatap Alana dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Dwiki...."
"Lo ngapain disini?" Dwiki bertanya lagi, pemuda itu menatap Alana tepat dimanik matanya. Ia tak sengaja melihat Alana berjalan sendirian, gadis itu tadi terlihat sangat tidak bersemangat, atau bahkan seperti kehilangan semangat hidupnya.
"Lo ada masalah?"
Kali ini Alana menggeleng.
"Terus kenapa mata lo merah?"
Alana menyentuh matanya, gadis itu tertawa pelan. "Oh, ini kelilipan kayaknya."
Dwiki hanya diam memandangi Alana yang kini menyeka ujung-ujung matanya.
"Tadi ada debu, jadi kelilipan."
Alana terkejut saat Dwiki memegang kedua pipinya, pemuda itu menatap mata Alana. Kemudian ia menunduk, Alana yang terkejut memundurkan langkahnya, namun tidak bisa karena Dwiki memegang pipinya erat.
Dwiki mendekat, meniup mata gadis itu, hingga membuat Alana merasakan napas pemuda itu menerpa wajahnya.
"Masih kelilipan?"
Alana terdiam, gadis itu tak mampu menjawab. Ia menatap Dwiki yang juga menatapnya. Tatapan Dwiki membuatnya luluh, gadis itu tiba-tiba saja menangis, pelan, namun cukup memilukan.
Dwiki yang melihat itu terdiam, ia menarik Alana kedalam pelukannya, memeluk gadis itu yang kini kehilangan kendali dirinya.
"Gapapa nangis aja, karena menangis nggak akan membuat lo terlihat lemah."
Alana makin terisak, gadis itu memeluk Dwiki sangat erat, seakan tak mau Dwiki hilang dan melepaskan pelukannya.
TBC
selamat membaca!!
Tulis perasaan kalian saat membaca Chapter ini disini!!!
SPAM NEXT DISINI!!!
dari aku, penulis amatir yang
lagi patah hati:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Laugh
Teen Fiction[ Jangan lupa Follow terlebih dahulu, beberapa Chapter diprivat ] Judul Awal : Alana. Cerita lama berwajah baru. Alana, gadis nakal, tak beraturan dan suka membuat masalah. Gadis yang dibenci guru-guru karena tingkahnya yang kadang suka kelewatan, g...