Kelas 11 IPS 2 tampak sepi. Semua siswa terlihat fokus pada lembaran kertas dihadapannya, tak terkecuali Alana. Gadis itu tampak sibuk mengoreksi jawabannya, hari ini adalah ulangan harian Matematika, gadis itu sangat menyukainya.
Ketenangan Alana terganggu saat mendengar namanya dipanggil. Gadis itu menoleh, terlihat Danu mengangkat lembar jawabannya. Pemuda itu bermaksud ingin mencontek.
"Nomer lima," katanya dengan nada pelan. Alana mengangguk mengerti, tangannya terangkat seolah menyuruh Danu agar bersabar.
Dwiki yang melihat kedua teman sekelasnya itu hanya menggeleng kepala. Ia melirik Alana yang kini menyalin jawaban di kertas kecil untuk Danu.
"Lo nggak merasa rugi nyontekin gitu?" tanya Dwiki lirih.
Alana menatapnya, lalu menggeleng. "Soal ini nggak seberapa sama persahabatan kita, lagian gue sama Danu sering tukar jawaban. Gue bakal minta contekan dia kalau pelajaran Sejarah."
Jawaban Alana membuat Dwiki terdiam, ia memandangi gadis itu yang kini kembali sibuk menulis contekan. Dwiki tersenyum tipis, meski nakal gadis disampingnya merupakan teman sejati.
"Alana! Buruan!" cicit Danu memukul bangku gadis itu.
Pak Arya berkeliling dibelakang mereka, memeriksa muridnya agar tidak menyontek.
"Sabar bego, ini jawabannya panjang kek kenangan." Jawabnya santai.
Arsa ditempatnya sudah gusar, jika Danu tidak mendapat jawaban dari Alana. Otomatis dia juga tidak akan menyelesaikan jawaban dengan benar.
"Buruan anjir, Pak Arya mau kesini, tuh!"
Pak Arya berjalan kebarisan Alana, guru dengan tampang masih muda itu meneliti gerak-gerik muridnya yang paling sibuk sendiri.
"Bacod banget sih anjir!" katanya seraya melempar gumpalan kertas itu. Naasnya, bukannya mengenai meja Danu, kertas itu malah mengenai wajah Pak Arya yang tepat berada dibelakang Danu.
Seketika anak kelas berteriak, "headshoot!" sambil tertawa-tawa.
Danu memukul kepalanya pelan, sedangkan Alana menyengir saat melihat Pak Arya menatapnya datar.
"Yaallah pak, maaf. Nggak sengaja, beneran nggak boong!" katanya seraya tangannya membentuk huruf V.
Pak Arya menggeleng tegas, "kumpulkan tugas kamu. Lalu lari lapangan 5 kali."
Ucapan Pak Arya membuat Danu terbelalak. "Tapi Pak...."
"Nilai kamu mau saya turunin?" tanya Pak Arya menatap Danu, seketika itu juga nyali Danu menciut.
Alana mendesah, gadis itu melirik Dwiki yang juga tampak terkejut. Tapi pemuda itu hanya diam saja.
"Yauda saya keluar, tapi saya lapar. Saya makan dulu nggak papa, kan, Pak?" tawarnya.
Pak Arya menghela napas, mencoba bersabar. "Terserah, pokoknya kamu harus lari."
"Siap laksanakan komandan!" teriaknya lantang lalu keluar kelas. Pak Arya menggeleng, untung saja Alana termasuk murid kesayangannya karena selalu mendapatkan nilai besar di pelajaran Matematika.
Diluar, Gadis itu berjalan menuju kantin. Disana cukup ramai, karena memang bentar lagi adalah bel istirahat.
"Pak Bandi, jus Mangganya satu ya!" pesannya dengan suara riang.
Pak Bandi muncul dari balik gerobak. "Siap neng, tunggu disana aja ya."
"Disini aja, saya tungguin. Saya, kan, tipe cewek setia." Katanya narsis membuat Pak Bandi tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Laugh
Fiksi Remaja[ Jangan lupa Follow terlebih dahulu, beberapa Chapter diprivat ] Judul Awal : Alana. Cerita lama berwajah baru. Alana, gadis nakal, tak beraturan dan suka membuat masalah. Gadis yang dibenci guru-guru karena tingkahnya yang kadang suka kelewatan, g...