"Hidup bukan hanya tempat untuk menjalani kewajiban, tapi hidup juga tempat untuk mencari sebuah tujuan, dan aku sudah menemukan hidupku, yaitu kamu."
***
Vote dan komentarnya!!!
Tembus 50 komentar bakal lanjut ke chapter selanjutnya!!
***
Happy Reading!!
**
Sudah pukul 07:15, namun gadis itu masih tetap santai diatas motor matic-nya. Kepalanya yang terbalut helm sesekali menggeleng kanan dan kiri, menikmati musik dari earphone yang ia gunakan. Kadang beberapa motor dan mobil menyalip motornya dan mengumpat kasar karena sang pengemudi tak menghiraukan jalanan dan naik motor asal-asalan.
Tapi gadis itu tetap saja tak peduli.
Hingga ia tiba di jalan menuju sekolahnya, beberapa siswa berlarian ke gerbang agar tak telat, ada juga yang dicegat Pak Agus karena seragam yang tidak memenuhi aturan. Alana mendesah, malas sekali rasanya melihat wajah Pak Agus yang sudah nggak damai pagi-pagi. Akhirnya gadis itu membelokkan motornya dan berhenti disalah satu warung belakang sekolah.
"Loh, neng, kok malah mampir?" tanya Bu Ajim, pemilik warung yang Alana singgahi.
Gadis itu menyengir, menampakkan barisan giginya yang rapih. "Bentar, Bu, saya males liat Pak Agus." jawabnya.
Bu Ajim mengerutkan kening, "males kenapa?"
"Mukanya pagi-pagi udah jelek, bikin males."
Bu Ajim tertawa, kemudian menggeplak pelan bahu gadis itu yang kini ikut tertawa bersamanya.
"Ada-ada aja kamu, kualat nanti!"
"Tinggal minta maap selesai Bu Jim, kek yang sekarang lagi viral itu, kalau ada salah tinggal bikin video klarifikasi nanti juga dimaapin." Jawabnya diiringi tawa yang khas.
"Nggak waras kamu, Lan!" Bu Ajim menggelengkan kepalanya.
"Mau Es Teh, Bu. Saya haus, lupa minum dari kemaren."
Bu Ajim bergerak membuat pesanan Alana, "nggak dehidrasi?"
"Nggak dong, kan minum air putih. Yang nggak minum dari kemaren tuh Es Tehnya Bu Jim, bikin saya kangen." Jawabnya membuat Bu Ajim tersenyum.
Baginya Alana adalah gadis yang baik, meski pergaulannya kurang bagus, tapi dia masih mempunyai sopan santun yang baik, kecuali dengan orang yang sangat ia benci. Contohnya Pak Agus.
"Nanti kamu masuk lewat mana? Mau manjat pager?" tanya Bu Ajim sambil meletakkan Es Teh Alana.
"Iya kayaknya, tenang aja Bu Jim. Tubuh Lana kecil, jadi melayang dikit aja nyampe."
Bu Ajim tergelak, "yauda cepetan diminum. Keburu Pak Agus patroli kesini."
"Siap!"
Setelah selesai menghabiskan Es Tehnya, Alana berdiri membayar dan mengambil beberapa roti disana.
"Bu Jim, titip Entok, ya!"
Bu Ajim mengangguk, "jangan lupa dikunci setang, ya!"
"Siap!" jawabnya.
Sekedar informasi, Entok adalah nama motor matic milik Alana. Gadis itu memberikan sebutan itu karena menurutnya motor miliknya itu montok.
Mau dinamain Cimoy takut dimarah sama yang punya. Jadi deh dinamain Entok, Ella montok.
Setelah mengunci setang motornya, gadis itu bergerak kesamping dimana tembok tinggi itu berada. Alana menatap ke atas, mengukur ketinggian yang akan ia capai.
"Anjir, sejak kapan nih tembok jadi semakin tinggi?" celetuknya terheran. Gadis itu menapakkan kakinya diatas bangku milik Bu Ajim, lalu mulai menguntip dari atas. "Aman!"
Gadis itu melompat, namun saat ia melompat, tepat dihadapannya melintas seseorang. Hal itu menyebabkan Alana jatuh tersungkur menimpa orang tersebut.
"Sakit!!" pekiknya.
Gadis itu memegangi bokongnya yang berdenyut, serta sikutnya yang terasa perih. Sedangkan orang yang ia timpa hanya meringis kesakitan.
"Bangun anjir, lo berat!" suara itu membuat Alana langsung bangkit berdiri. Gadis itu membenahi rambut dan juga seragamnya yang kini kotor.
"Elo ngapain disini? Mau bolos, ya?!" tuduh Alana. Gadis itu menatap penuh selidik lawan bicaranya.
Pemuda itu tak menjawab, hanya menatap datar Alana membuat gadis itu terkekeh pelan.
"Aduh, gemeter gue ditatap begitu." Ujarnya cengengesan.
Alana tau pemuda ini, dia adalah murid baru dikelasnya. Namanya Dwiki, pemuda dengan tampang datar yang seakan nggak bisa senyum. Punya mulut yang beririt suara. Alana ragu Dwiki ini adalah manusia, sebab tampangnya itu ganteng bagai Dewa-dewa, serta suaranya juga merdu meski hanya sekedar ham hem ham hem aja.
Dwiki menatap Alana dengan tatapan Aneh, pemuda itu masih menatap wajah Alana yang kini sedang senyum-senyum nggak jelas menatap dirinya.
"Lo gila?"
Alana terkesiap, gadis itu melongo. "Ha, apa?"
Dwiki mendesah, sungguh kesialan baginya bertemu dengan gadis gila disini. Baginya Alana hanyalah gadis tidak patuh aturan dan suka membuat aturan sendiri.
Lihatlah, seorang gadis memanjat pagar dengan rok yang bahkan diatas lututnya. Hal itu benar-benar tidak telintas dipikiran Dwiki. Sungguh gadis aneh.
"Mikir apa lo? Jangan mikir macam-macam, ya! Lo mau gue gebuk?" cetus gadis itu saat Dwiki menatap ke arah roknya yang kependekan.
Dwiki yang mendengar perkataan gadis itu hanya tersenyum tipis. "Gue nggak napsu sama cewek kayak lo!" ucapnya dengan sombong, lalu pergi darisana dan meninggalkan Alana yang bersungut-sungut.
"LIAT AJA LO YA! GUE BAKAL BIKIN LO BERTEKUK LUTUT DI PAHA GUE, EH DIKAKI GUE!" katanya berteriak kencang. Berani-beraninya anak baru itu mengucapkan kata yang tidak sopan pada gadis cantik dan semanis Alana --pikirnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Laugh
Teen Fiction[ Jangan lupa Follow terlebih dahulu, beberapa Chapter diprivat ] Judul Awal : Alana. Cerita lama berwajah baru. Alana, gadis nakal, tak beraturan dan suka membuat masalah. Gadis yang dibenci guru-guru karena tingkahnya yang kadang suka kelewatan, g...