1. Alan's And Him🎭

131K 3.5K 1K
                                    


21.30 KST.

Kamis adalah salah satu yang melelahkan dalam tujuh hari jumlah pekan. Banyaknya jadwal kuliah dari pagi hingga petang begitu menguras tenaga seseorang yang kini sudah memasuki apartemennya di lantai tiga bangunan. Sedikit menguap lebar yang mengakibatkan matanya berair, ia harus terjaga setidaknya hingga satu lagi agenda penutup daily routine si tampan.

Setelah melepas sepatu dan menyimpannya di rak, ia melangkah gontai ke dalam rumah yang tak selebar gelanggang olahraga. Hanya saja, ini bisa di bilang cukup mewah jika di tilik dari sang penyewa yang notabene seorang mahasiswa. Memasuki kamarnya, yang berkemeja merah melepas piranti perlengkapan kuliah di meja. "Haahh~ tiga puluh menit sebelum waktunya. Injunie sudah sampai rumah belum ya?"

Jeno merogoh saku celana ketika sebuah panggilan tiba-tiba menginterupsi handphone hitam yang tak pernah sepi miliknya, "Yeoboseo??"

'Jeno-yaaa!!'

Yang di teriaki senang oleh penelpon di seberang tersenyum, "Sudah sampai rumah? Aku baru saja, bagaimana dengan mu?"

'Aku bahkan sudah bersiap tidur, salah sendiri tadi masih mampir-mampir..' Jeno hanya terkekeh mendengar omelan kekasih mungilnya yang membual bahwa ia sudah mapan di kasur dan segera tidur.

Terakhir mengecek lokasi si manis itu saja ia masih perjalanan dengan bus, dasar nakal, minta di ci--cubit sampai kendur. "Haha, tidurlah. Nanti kalau pemberhentian bus nya terlewat jangan salahkan sopirnya ya, sayang?"

'Ishh--Jenoo, kan ketahuan kalau aku belum sampai rumah, huhh. Kan aku ingin membuat mu terkejut karena lebih cepat aku daripada kamu..' ia tebak pasti Renjun sudah memajukan bibir merahnya sebal pun bersungut-sungut kesal.

Penyandang marga Lee tergelak riang, "Siapa bilang? Kamu sudah cukup mengejutkan ku, kok. Nah, hati-hati di jalan ya, sayang. Jangan ketiduran, 500 meter lagi sampai rumah."

'Ayay captaiinn! Muach--ups! Kelewatan, hehe. Sampai jumpa besok, Jeno!'

Yang barusaja mendapat kecupan online tersenyum semakin lebar, hatinya senang bukan kepalang. "Eyy--kenapa singkat sekali ciumnya, eum? Sekali lagi dong. Kalau tidak, aku tidak mau mematikan."

'U--Ughh! Disini banyak orang, Jen. A--aku malu mencium mu keras-keras--' bisik Huang Renjun di dalam bus yang sesak penumpang.

Mengernyitkan dahi dan kedua alis, Jeno tak mendengar cuitan sang kekasih yang suaranya bak ditelan angin malam, "Apa sayang? Halo? Aku tidak dengar.."

'Muachh! Good night, Jeno!'







Tut.

Panggilan langsung terputus sepihak oleh sang kekasih cantik setelah memberikan ciuman yang cukup keras menjejak memori putera sulung Lee. Meletakkan ponsel itu di nakas, ia meraih handuk di gantungan lantas melangkah ringan menuju kamar mandi. Jangan lupakan senyum yang turut menenggelamkan dua binar bulan di raut wajahnya yang bak pangeran.

"Okay, thank's Injunie, aku jadi tambah semangat setelah ini.."

.
.
.
.
.

21.50 KST

Halte nomor 52 sudah nampak di depan, dengan langkah riang, mahasiswa mungil jurusan seni itu beranjak dari kursi empuk menuju pintu keluar, menunggu pak sopir membuka pintu. Sejak berpisah dengan Lee Jeno di halte pemberangkatan, ia tak dapat melunturkan senyuman yang semakin menggebu. Di pikirannya hanya satu, kekasihnya yang terkejut dengan bibir melongo sepertinya sangat menghibur.










[✓] Omnia in Caritate | Mature Content🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang