9. Dam(n)p🌂🚐

45.4K 1.4K 151
                                    
































"A-aahhh yes, please.." pinta yang kini tengah rakus akan oksigen di dalam mobil yang tak seberapa luas seperti kamar tidur mereka.

Lelaki bersurai legam nan berantakan di bawahnya hanya tersenyum senang, aksinya dalam permainan awal membuat darahnya mendidih panas-kebalikan dari cuaca Seoul yang di landa hujan deras.

"Should i take o-"

"Just take off your jeans and fuck me, bastard!"


.
.
.



"Renjun-ah, mau pulang bersama?" tawar lelaki yang lebih tinggi beberapa senti dari yang di tanya.

Si Huang menggeleng sembari tersenyum manis, "Kau duluan saja, Jaem. Mark-hyung sudah menunggumu dari tadi, lagi pula aku sudah menelpon Jeno untuk kemari.."

"Serius tidak apa-apa aku tinggal? Gedung sudah sepi, lihat, hujannya deras sekali. Pasti Jeno sedikit terlambat sampai kesini,"

"Mark-hyung tidak keberatan kok kalau harus mengantarmu pulang lebih dulu, mau ya?" tambahnya.

Hei, bukan maksud memaksa, tapi memang malam ini cuaca sedang tidak bersahabat. Angin kencang serta hujan yang bisa di bilang lebat membuat siapapun bisa mati kedinginan bila menunggu di luar tanpa mantel hangat, seperti yang manajer perusahaan itu lakukan-Renjun. Dan satu lagi, Korea tengah masa penghabisan musim gugur yang mana tingkat keekstrimannya meningkat dari bulan ke bulan.

Lagi-lagi gelengan halus serta senyuman yang pemuda itu tampakkan, "Sungguh, tidak apa-apa. Aku bisa merapat ke lobby sambil menunggu Jeno kalau hujan semakin menjadi. Duluan saja, kekasihmu tak tahan dingin jika kau lupa.."

"Ah, benar,"

Lee Jaemin-soon to be-itu menoleh ke arah mobil sport yang terparkir tak jauh dari mereka. Nampak di dalam sana sesosok lelaki dewasa yang sibuk merapatkan mantel bulu demi menghalau hawa dingin dari airmata langit yang jatuhnya tak memberi aba-aba.

"Kalau begitu aku duluan ya? Jika ada apa-apa hubungi aku, okay? Kalau kamu kesepian karena pacarmu belum datang kita bisa chat di grup, ung? Oh ya, kalau lap-" teriak Na Jaemin selagi membuka payung dan bersiap melangkah keluar halaman.

Renjun tersenyum penuh arti. Bagaimana bisa sahabat pink-nya ini sangat mengerti dirinya yang bahkan ia sendiri tak menyadari. "Sstt- aku tahu, aku tahu.. Sudah sana pulang, kasian calon suamimu mati kedinginan karena kelamaan menunggu. Jja, hati-hati di jalan, Nana-yaa."

"Ung, hati-hati Renjuniee~"

Maka berakhirlah sesi tawar-menawar antara dua lelaki berbeda tinggi dengan yang bersurai permen kapas melambai sambil berlari menuju mobil. Huh! enaknya punya kekasih seperti Mark Lee, pikir si Huang basa-basi. Ya, walaupun Jaemin sering mengeluh tentang ketidakpekaan pria Kanada itu ketika dirinya menginginkan sesuatu, sih. Bercinta misalnya.

"Kalau di pikir-pikir, kapan terakhir aku dan Jeno melakukannya ya?"

Tint!

"Ah! Ohh.. Jen- Jaehyun-hyung?"

Sebuah mobil mewah merapat di mulut gedung. Menghampiri sosok berparas malaikat yang tengah berdiri sendiri di bawah hujan berlangit mendung. Ketika lelaki itu sibuk ber-monolog dan sesekali melihat jam di pergelangan tangannya, putera tunggal pemilik perusahaan yang menaungi Renjun mencoba mendekat.

[✓] Omnia in Caritate | Mature Content🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang