6. Im Lee, Not Elly🐈

42.9K 1.7K 73
                                    


























Suara gemerisik membuat seseorang di balik selimut tebal bergambar garis abstrak itu menggeliat. Niatnya untuk bangun siang gagal sebab semakin lama dibiarkan, suara tersebut semakin mengganggu, seakan meminta pemilik rumah datang melihat.

"Sialan masih pukul 5, harusnya 'kan aku bangun tengah hari.." sesalnya ketika menurunkan kaki-kaki mungil itu terpaksa menapak lantai.

Penthouse luas nan megah yang ia beli setahun lalu ia tempati sendiri. Tak ada sanak keluarga yang berniat singgah walau sedetik karena sang pemilik tak mengizini. Terkesan angkuh memang, namun demi apapun Huang Renjun benci jejak yang di tinggalkan orang lain-meski hanya seinci.

Suara itu berasal dari dapur mewahnya ternyata. Setelah di telisik, itu hanyalah berisik dari kucing putih-Persia-yang sibuk bergelut dengan sekantung plastik ayam goreng di meja.

"Ya ampun, El. Kau ini kenapa pagi-pagi sudah mengganggu tidur ku, hn? Kemari-ugh.. Iya, lepaskan plastiknya dulu, astaga."

Bola bulu putih itu meronta di gendongan sang empunya, padahal sudah berhasil merogoh hingga menyentuh kulit ayam tapi usahanya gagal begitu saja. Mau tak mau, El lepaskan si bening berisik-plastik-sesuai permintaan sang majikan.

By the way, El adalah nama kecil kucing tersebut sebab mengeja Elizabeth bukanlah hal mudah bagi lidah lelaki manis kelahiran China itu.

Renjun membawa hewan peliharaannya untuk di manja pada ruang televisi sembari duduk di sofa. Hawa yang masih dingin membuat si manis ingin sekali bergumul di balik selimut tebal di kamar, namun apa daya, El benar-benar nakal di pagi buta.

"Nah, diamlah agar aku bisa memanjakan mu seperti biasa.." beberapa menit kemudian, suara dengkuran khas El terdengar di penjuru ruangan-pun sang pemilik, yang kembali jatuh tertidur tanpa sengaja.

.
.
.


"A-ahh, sl-slowly pleasee.." erangnya ketika kejantanan berukuran lumayan itu memumbuk prostatnya brutal. Hendak lari namun enggan. Demi apapun, tusukan ini terasa nikmat sekali di sekujur badan.

Entah bagaimana awalnya, namun tepat setelah kedua mata bulat itu terbuka, pemandangan tubuh atletis nan tinggi berwajah pangeran tersuguh tepat di depannya. Itu bukan poin utama, satu hal yang membuat Huang Renjun terlonjak dan langsung berteriak adalah.. Lelaki itu telanjang.

"K-kau?! S-siapa?!! Pakai bajumu sialan!" protes si mungil sembari beringsut ke salah satu sisi sofa demi berlindung. Tidak jelas dari apa-mungkin lelaki tampan itu membuat ia takut-hanya saja ia tak ingin berada di situasi yang sama.

Ngomong-ngomong dimana Elizabeth? Biasanya setelah apapun majikan bangun, El tidak akan mendahului sang tuan-dan tetap mendengkur anggun di pangkuan. Tapi ini? El dimana?

"Hei, disini." Pemilik rumah berpuluh miliar itu terdiam. Nafasnya tak beraturan ketika stranger malah duduk di sebelah dengan santainya.

Renjun tercekat, "J-jangan sentuh aku orang gila! B-bagaimana kau bisa masuk, ha?! Astaga satpam-"

"Sstt-kau sendiri yang membawa ku masuk kemari, Renjun-ah.." Potong lelaki tampan itu sambil mendekat lantas memegang lengan atas si tuan rumah.

"Ya! J-jangan sentuh aku sialan! P-pakai bajumu dan keluar dari sini!" hampir saja dirinya terjengkang ke belakang ketika berniat kabur dari si orang aneh-tapi tampan.

[✓] Omnia in Caritate | Mature Content🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang