10. Alone🥒

40K 1.4K 241
                                    



























"Renjun-ah, sudah berapa kali kau menghela napas seharian ini?" tanya lelaki yang kini sibuk menguleni adonan kue di kanan.

Renjun, yang tadinya menyiapkan lelehan coklat menoleh. "Tidak tahu, mungkin lebih dari dua?"

"Dua katamu?! Ya! Kau kira seberapa lama aku disini? Menemanimu dan Chenle yang masih merangkak itu sudah kulakukan dari pagi by the way.. Dan selama itu kau terus membuang napas. Apa masalahmu?" panjang lebar istri Yukhei yang agaknya tak di gubris lawan bicara.

Alih-alih menanggapi pertanyaan si gembul, mama muda itu kembali fokus pada apa yang tadi dilakukannya-menyiapkan lelehan coklat sebagai pemanis kue setelah matang.

Netra sebening sungai nirwana mengedar, mencari eksistensi bocah kecil kesayangan yang tadi ia tinggalkan bersama berbagai mainan. "Chenle-yaa.. Kamu dimana?"

"Eh? Lele? Oh iya, benar. Ya ampun aku terlalu bersemangat hingga lupa menjaga anak itu. Aku-"

"Kau baik sekali, Haechan-ah. Tidak apa-apa, lanjutkanlah. Biar aku yang mencarinya, kalau sudah matang beritahu aku ya?"

Setelahnya, istri cantik dari penyanyi terkenal Lee Jeno melesat menuju ruang televisi dimana ia meninggalkan putera mungilnya sendiri.

Haechan hanya tersenyum geli, "Wahh, aku jadi tidak sabar ingin menyusul Renjun memiliki buah hati.."


___

"Mamaaa.." cuit Chenle kecil seraya menarik-narik ujung celana Renjun ketika sang bunda tak sengaja mengganti channel televisi dan memperlihatkan sosok Jeno sedang ada dalam acara talkshow sore ini.

Yang di panggil menjatuhkan pandang, "Ada apa sayang?" diambilnya Lee junior dari karpet lantas di gendongnya perlahan.

"P-ppaaa! Papaaa~" telunjuk pendek sang anak menunjuk layar televisi dengan bibirnya yang semangat merangkai kata 'papa'. Anak itu begitu mengenal sosok ayahnya tanpa cela.

Tak kuasa menahan gemas, pipi gembul Chenle lah yang jadi sasaran empuk bermacam cubitan. "Pintarnyaa, Chenle kangen papa sayang?"

".. Ngenn! Mamaaa.."

"Lele juga kangen papa ya? Wah, kita sama. Kira-kira papa pulang tidak ya malam ini?" gumamnya lirih-yang lebih ditujukan untuk dirinya sendiri sebenarnya.

Chenle yang tak mengerti hanya bertepuk ria. Kedua mata sipit yang ia punya kembali terpaku pada sosok tampan sang ayah yang menjadi titik fokus acara disana. Bibirnya sesekali memanggil 'papa' tanpa jeda.

'Seandainya malam ini bukan pergantian tahun, aku tak sebegitu mengharapkan kepulanganmu, Jeno-ya..' batin lelaki manis, selaras dengan senyum Jeno di monitor tipis itu mengembang selagi sorot kamera.


___

"Aduh, aku benar-benar boleh menitipkan Chenle padamu? Tapi nanti kau akan sangat kerepotan, Haechan-ah. Yukhei-hyung pasti juga ingin ber-quality time denganmu-"

"Sstttt.. Sudah, aku tidak apa-apa. Biarkan aku membawanya pulang ya? Nanti setelah ia tidur aku kembalikan. Bagaimana? Ah, kalau boleh sih besok pagi saja, hehe. Kumohonnn~"

Jika sudah begitu, dipastikan bahwa apapun ketidaknyamanan Renjun tak lagi bermakna. Di lihat dari Chenle juga, si kecil itu nampak baik-baik saja mengetahui dirinya akan di bawa pulang oleh sahabat sang mama. Hah, ia akan menghabiskan malam tahun baru sendirian ternyata.

[✓] Omnia in Caritate | Mature Content🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang