12. Photoshoot's Break📸

53.1K 1.5K 288
                                    

















"B-berhenti bermain di— ahh, leherku.." pinta seseorang yang kini berpegang erat pada kursi. Di depan muka nampak sekali pantulan diri yang tak lagi rapi. Kemeja satin putih terbuka (mempertontonkan dada) dan tentu saja berpuluh hickey di perpotongan leher hingga tulang selangka. Siapa lagi pelakunya jika bukan kawan sepemotretan yang dari awal jumpa sudah gencar menggoda. Lee Jeno namanya. Model yang wajah tampannya tak pernah absen mengisi berlembar majalah dewasa, sebut saja saja Maxim, Men Health, hingga Playboy pernah memakai jasanya.

"Jen— mmhh," Renjun meronta, ia tidak ingin membuat staff curiga akan apa yang ia lakukan selama istirahat, meski akhirnya nanti ia dan Jeno benar-benar bercinta. Akan sangat canggung bukan bila orang lain tahu kisah pergumulan mereka? Tapi kekhawatiran tersebut tidak nampak di raut bak pimpinan dewa yang kini tengah merabai dada, memainkan dua tonjolan disana dengan memutar secara perlahan.

Jeno tak peduli (bahkan bila setengah jam lagi mereka harus take gambar lagi), yang terpenting sekarang adalah menidurkan sausageyang demi Tuhan telah tersiksa semenjak jumpa pertama kali. Visual Huang Renjun benar-benar sesuai imajinasi. Tubuhnya yang ramping tapi berisi, ya, walau hanya di bagian pantat dan pipi. Kulit mulus, putih, dan bersih. Pun jangan lupa bibir merah merekah di wajah, sungguhan bikin nagih.

Telapak besar berjari panjang miliknya mencoba bergerilya, sekitar pusar hingga area bawah kelihatan menggiurkan untuk dikunjungi. Ah, apalagi perut rata milik sang bidadari, begitu halus seakan berteriak minta dihamili!

"Renjun-ah," kata si dominan rendah pada telinga kiri, "Wanna play something with me?"

Shit!

Badan Renjun meremang. Bisikan Jeno membawa banyak friksi menyengat sampai saraf-saraf tubuh turut menegang. Kalau begini, mana bisa ia menggeleng tidak? Disamping itu, si mungil begitu penasaran bagaimana rasanya ditunggangi Jeno yang kata orang-orang begitu mengesankan sebab berapa rondepun, kejantanan si tampan tetap mengacung tegak. Sshh, such an interesting thing to do, right?

Telapak kanan yang tadi memegang erat punggung kursi dibuat merambati paha lantas mencoba mengelusnya sensual, membagi sengatan-sengatan pada sang adik (yang sesungguhnya tidak) kecil. Renjun menyeringai, kalau dipikirkan jadi malu sendiri bagaimana awalnya ia menolak rabaan tak sopan Jeno padahal... semenakjubkan ini.

"Bukankah sedari tadi kita— ahh bermain-main, eum?"

"Tentu saja, Queen."

Apa-apan tadi? Queen? Oh, Jeno membuat adegan tak senonoh di ruang ganti menjadi lebih atraktif. Dan berhasil, bulu kuduk Renjun seakan ikut berdiri. Tak perlu waktu lama, tubuh mungil Renjun dibalik; menghadap dirinya yang sudah tak sabar ingin menilik.

"Mmhh, kau benar-benar manis," ucap si Lee setelah melumat bibir sewarna cherry. Jempolnya mengusap belah basah ke kanan lantas kiri. "Teksturnya juga kenyal, sshh kau tipeku sekali."

"Ah!"

Bruk!

Sofa beludru berwarna soft blue di sisi ruang menjadi labuhan tubuh bidadari yang akan jadi santapan, "Rumor yang mengatakan badanmu beraroma mawar itu... Rasa-rasanya benar? Hm?"

"Kenapa tidak kau coba buktikan sendiri, Master?" goda Renjun balik sembari mengalungkan tangan di leher lawan bicara. Membersamai sang dominan dalam permainan birahinya.

"Kau yakin sayang?"

"Hu'um, apapun untukmu, Tampan." final pemuda Huang sebelum kemejanya terburu dilepas. Siang itu, bersama seringaian iblis tampan yang menancap panah asmara buta pada keduanya, pergumulan panas mengatasnamakan penasaran benar-benar terlaksana.

[✓] Omnia in Caritate | Mature Content🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang