Suasana di kafetaria dalam Universitas Daebak yang terletak daerah pinggiran kota berubah ramai saat jam makan siang tiba. Mahasiswa mengantri untuk mengambil makanan mereka dan bergegas menemukan tempat duduk yang sesuai.
Semua orang fokus dengan makanannya, namun berbeda dengan lelaki yang duduk terletak jauh dari kedai kafetaria, yang sedang dalam dunianya sendiri. Wajahnya menunjukkan konsentrasi dan fokus yang tinggi terhadap layar ponsel yang sudah berubah posisi menjadi horizontal. Beberapa kali jarinya dengan lincah menekan layar. Matanya bergerak tak mengurangi keseriusannya. Bibirnya mengerut dan mengoceh pelan dengan kesal.
Hyungwon memainkan game classic dengan penuh semangat, hingga ia merasakan telapak tangan dan kaki berkeringat membuat ia hampir tergelincir saat memegang erat ponselnya. Hatinya ikut berirama.
Game classic yang bergenre action, pertempuran satu lawan satu dengan berbeda karakter hero yang mereka miliki. Game ini sangat sederhana, tampilannya pun jauh dari terlihat baik dari game online yang sudah menjamur di kalangan game populer. Kemampuan hero yang dimiliki setiap karakter pun mudah dikuasai oleh pemain pemula. Tak heran sejak perilisan pertama kali pada akhir tahun 2018 sudah sekitar 1 juta lebih pengguna mengunduh game classic ini.
Hyungwon tidak mengunduh game ini karena kelebihan dalam game, mungkin salah satu dari mereka namun yang membuatnya seperti ini adalah karakter hero Captain Amerika. Hyungwon secara tak sengaja melihat iklan dalam sebuah game lain, setelah itu ia tak berpikir banyak dan mengunduh kemudian segera memainkannya.
Hyungwon penggemar berat Hero Captain Amerika. Bahkan ia memiliki sebuah lemari kaca kecil di flat sederhananya. Di dalamnya banyak figure Captain Amerika dengan berbagai macam gaya, Hyungwon memiliki lima buah.
Lemari tersebut dipercantik dengan sentuhan background lautan bintang malam dan lampu neon ungu agar terlihat menarik.
Tak hanya itu, bahkan memiliki kaset film original dan beberapa poster yang tertempel di belakang pintu dan dinding. Semua ini ia beli dengan uang hasil berdagang kecil-kecilan waktu sekolah dulu.
Selain Captain Amerika, Hyungwon sangat menyukai game yang berbau action, adventure dan logika. Tak heran Hyungwon membeli ponsel yang memiliki spesifikasi yang tinggi untuk menunjangnya dalam bermain. Dia tak menyesal dengan harga tinggi yang ditawarkan, bahkan ia bangga dapat membeli ponsel dengan tabungannya dalam dua tahun.
Earphone selalu ia tempelkan jika Hyungwon sedang bermain, merasakan kurang adrenalin jika tak ada efek audio yang mendukung.
"Hi, bro! Hey!"
Hyungwon melirik sekilas seseorang yang datang menghampiri ke mejanya, lelaki yang memiliki postur tubuh lebih pendek darinya, bentuk wajah mengarah kalangan Amerika yang memiliki hidung ramping, rahang tegas dan bibir kecil yang tipis menampakan kemerahan. Tatapannya agak tajam melihat aktivitas yang dilakukan Hyungwon. Tatapan mengintimidasi yang IM berikan tak mengindahkan Hyungwon sama sekali.
"Apa?" Hyungwon akhirnya mengeluarkan suara dalam beberapa menit IM mengeluarkan suara yang masih memperhatikannya yang tak luntur akan tajam matanya.
IM mengambil sumpit besi lalu meratakan di meja yang menghasilkan bunyi sedikit keras, "Masih berani bermain di sini?"
Hyungwon melirik lagi, dan kembali ke arah ponsel, "Kau yang akan lihat keadaan, oke?"
Hyungwon langsung melebarkan matanya kembali dalam permainannya. IM mendengus kesal, kemudian berdecak keras.
IM sudah memulai memakan makanannya, namun masih terganggu oleh aktivitas Hyungwon yang sesekali bergumam kesal, 'shit!', 'rasakan!', 'mati kau!'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America
FanfictionHyungwon penggemar berat hero Captain Amerika. Secara tak sengaja ia memiliki masalah dengan seseorang karena kecerobohan dirinya. Wonho, yang memiliki tubuh mirip seperti Captain Amerika. Masalah seperti apa?