Mengetahui Nama

213 26 0
                                        

Hyungwon tak pernah kesal saat IM tidak pernah memberi panggilan 'hyung' kepada dirinya. Karena dia sendiri yang mengatakan kepada IM untuk menganggapnya teman. Bukan kakak-adik.
Walaupun dia dibawah setahun dari Hyungwon namun dia terlihat dewasa dari Hyungwon.

IM terlahir dengan keluarga yang kaya, orang tuanya memiliki perusahaan tingkat menengah yang menangani pada bidang perbankan. Walaupun tidak berdiri sendiri, namun kekayaan sudah membuat Hyungwon menggeleng kagum.

IM bermasalah pada kepribadian yang pemalu jika berkenalan dengan orang baru, terlebih jika ia sudah maju ke depan untuk mempresentasikan sesuatu di kelas ia sudah menampakkan wajah yang gugup dan pucat. Keringat dingin yang besar terlihat jelas di dahinya. Hyungwon meringis tak tega.

Hyungwon dan IM bisa berteman karena suatu insiden. Di mana ia menemukan dompet kulit yang terlihat mahal tergeletak salah satu meja kafetaria kampus. Menyadari bahwa itu milik IM, ia langsung mengejar dan mengembalikan benda itu. IM terlihat sangat terkejut sekaligus bahagia bersamaan. Membuat Hyungwon bersyukur telah menemukannya. Jika bukan dirinya, mungkin sudah ditelan habis semua isinya.

Namun alasan ia bahagia bukan karena IM sayang dengan uang di dalam dompet, tapi foto ibunya yang sudah meninggal sejak ia masuk sekolah dasar. Itu adalah foto satu-satunya yang IM miliki. Tanpa itu ia mengganggap dirinya mati.

Sejak saat itu Hyungwon dan IM berteman baik, walaupun kecanggungan IM terhadap Hyungwon tak terelakkan, namun lambat laun IM bisa menyesuaikan dirinya dengan Hyungwon. Waktu penyesuaian itu memakan waktu sekitar setengah tahun hingga ia dapat mengenal satu sama lain.

Hyungwon di perpustakaan sedang mengerjakan tugas yang diberikan pak Kim dengan laptop yang ia bawa setiap hari. Tugas dadakan seperti ini memang sangat membutuhkan laptop, karena jika tidak ia sangat kesulitan jika mengerjakan di internet cafe yang memiliki fasilitas komputer beserta WiFi namun seringkali tak mendapatkan satu komputer pun.

Tugas dikumpulkan hingga batas jam 4 sore, sekarang sudah menunjukan setengah 3 sore. Hyungwon dengan cepat  mengerjakan tugas dan mengetik beberapa kata yang ada di dalam buku perpustakaan. Hingga poin soal ke lima, yang terakhir Hyungwon mengetik tanda titik dengan tekanan keras.

Finish.

Hyungwon dengan kecepatan kilat menekan power off pada laptop setelah mengirim tugas lewat e-mail kepada pak Kim dan mengeluarkan ponsel untuk melanjutkan game-nya. Karena WiFi di kampus sangat bagus, game me-loading tanpa hitungan detik.

Sudah memasang earphone dan menggeser laptop untuk menghasilkan posisi nyamannya. Hyungwon siap bertempur.

Pertandingan pertama dimenangkan oleh Captain Amerika, kedua dan ketiga. Hyungwon tersenyum puas, sehingga dia dapat beberapa poin level dan juga koin untuk meningkatkan kemampuan setiap skill untuk menjadi lebih kuat dan tahan banting.

Segera ia memasuki game keempat, ia merasakan hawa dingin di tekuknya. Kemudian ia mengelus keheranan. Setelah itu, bulu kuduknya berdiri bertahap. Hyungwon berpikir mungkin ia terlalu lelah hari ini yang telah melewati hari yang paling panjang akan nasibnya.

Saat jempol Hyungwon ingin menekan tombol 'masuk' ia seperti terkena aura kematian yang terlempar kepadanya. Ia menyadari sekarang, Hyungwon sedang diawasi seseorang.

Hyungwon menoleh dan seketika di seberang mejanya ada seseorang pria dengan aura mengerikan menatap tajam seakan sedang ingin menerkam dirinya hingga tak tersisa.

Alisnya menukik tajam, mata menatap lurus ke dalam mata Hyungwon. Sikut tangannya bertumpu di meja untuk menumpukan kepala dengan jarinya terletak pada bibir yang tertutup.

Captain AmericaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang