Bermimpi Captain America

281 24 7
                                        

Setelah negosiasi saling menatap, Wonho kembali berjalan menjauhi kafetaria. Hyungwon mematung sambil memikirkan langkah apa yang selajutnya akan membuat dirinya hidup tak nyaman. Sudah cukup hukuman dari Bibi Su. Mulai besok dan setiap jam makan siang berada di kedai Bibi Su untuk melayani Wonho.

"Sudah gila."

Tubuh Hyungwon yang lunglai kembali ke dalam kedai Bibi Su. Bibi Su sudah berkacak pinggang dan menunjuk pekerjaan yang menumpuk, dapur yang berantakan dengan bercak masakan.

Saat di rumah, Hyungwon merebahkan dirinya di tempat tidur. Sambil terus meremas rambut dan sesekali menggulingkan badannya. Hyungwon frustasi, hari ini adalah hari panjangnya sepanjang sejarah, perihal Wonho yang ingin menguras kantong untuk persediaan bulan ini.

Otaknya belum kehabisan akal, namun tak juga bisa dibilang ia merasa putus asa. Hyungwon dalam keadaan berantakan, ia belum sempat untuk membersikan dirinya dan mengerjakan tugas kampus. Ia tidak akan mengerjakan jika masalah ini terus berkeliling di kepalanya.

'Ini gila, gila!'

Matanya sangat berat namun tak bisa mengalahkan masalahnya yang menimpa dan ditopang membuat bahu belakang terasa sangat tegang dan kaku. Namun kelelahan Hyungwon mengalahkan semua, mata Hyungwon perlahan menutup dan ia terlelap.

Terusik oleh suara alarm yang familiar, dalam keadaan mata tertutup Hyungwon mencari handphone berniat mematikan alarm.

Menyerit dan membuka mata sedikit, tak pernah mengira bahwa suara alarmnya adalah lagu Gangnam style. Ia kebingungan, ia merasa tak pernah menyimpan dan se-addict itu hingga memasang alarm yang sebegitu nyentriknya.

Tak berhasil menemukan ponsel di kamar. Ia terus mencari sumber suara hingga ia mendengarkan di daerah kamar mandi.

Hyungwon melihat ponselnya di wastafel kamar mandinya, bergetar dan menyala layar alarm. Hyungwon menghampiri dan seketika ia dikejutkan oleh pintu kamar mandi yang dengan sendirinya tertutup dengan suara keras.

Hyungwon bergidik, menatap pintu dan melihat sekeliling. Hyungwon tak pernah segugup ini jika menyangkut tentang hehantuan. Walaupun jika ditampakkan di depan matanya sosok zombie yang merangkak ke tubuhnya dan berusaha melahap daging-dagingnya ia sudah kalang kabut ketakutan.

Tingkat keberanian Hyungwon dengan berbau hal mistis sangat kecil, namun terkadang dapat diatasi dengan berbagai cara. Mendengarkan musik kencang, TV menyala hingga pagi hari dan memikirkan hal-hal kotor akan mengalihkan rasa ketakutannya itu. Tetapi saat ini Hyungwon tak dapat berpikir seperti itu dalam keadaan sekarang. Seperti menerima semua kejadian dengan hati lapang dan menyaksikan kejadian dengan perlahan.

Kamar mandi Hyungwon dalam keadaan seperti biasa, namun auranya yang membuat Hyungwon merinding. Hyungwon menyentuh ponsel dan mematikan alarm. Suara sekitarnya menjadi sunyi dan membuat aura semakin lebih kuat. Hyungwon sudah tak tau harus melakukan apa.

Keringatnya sudah membanjiri kening, rambutnya sudah tak sadar basah karena itu. Hyungwon mengusap dan berbalik menuju pintu, alih-alih pergi dari sini. Hatinya sudah tak kuat.

Selagi berjalan Hyungwon menyadari ada sosok hitam di sudut kamar mandi di samping toiletnya. Ia menghentikan langkah dan memasang wajah tegang. Di belakang tubuhnya ia merasakan hawa yang mistis, sangat kuat. Bahkan Hyungwon baru sadar dapat mengenali hawa baru seperti ini.

Hyungwon sebenarnya sangat penasaran untuk melihat siapa yang berada di kamar mandi miliknya, namun karena pikirannya sangat jerih ia berusaha melirik ke sudut sosok hitam itu berada.

Melihat sosok hitam itu, berdiri tegak. Badannya besar, penuh dengan otot tanpa mengenakan pakaian, telanjang bulat. Rambutnya berwarna hitam legam, wajahnya tegas, bibir tebal terukur dan matanya tajam menatap Hyungwon.

Hyungwon mengira ia adalah Captain Amerika versi Asia.

Ia salah mengira, Hyungwon mengenali sosok hitam ini. Hyungwon sedikit memundurkan badannya saat melihat Wonho sudah diterangi oleh lampu kamar mandi dengan jelas.

Wajah Hyungwon sudah menggambarkan ekspresi kebingungan sekaligus ketakutan. Banyak pertanyaan melintas di kepalanya. Namun Wonho masih memasang ekspresi tajamnya yang menusuk ke arah mata Hyungwon.

Wonho telanjang bulat di kamar mandinya, menampilkan seluruh badannya yang atletis dan otot yang bagus. Hyungwon tiba-tiba kembali bergidik, merinding dan merasakan hembusan angin pelan melewati tekuk lehernya.

Dengan perlahan berjalan ke arah Hyungwon, ia terus menghindari mundur hingga sudah tak tersisa jarak dengan Wonho. Hyungwon menyadari perbedaan tinggi mereka, namun ia tak bisa merasa lega akan itu. Wonho saat ini terlihat sangat menggoda sekaligus mengerikan.

"Wo-Wonho?" Hyungwon berinisiatif untuk memanggilnya, dan berniat untuk menanyakan apapun yang dipikirkannya kepada Wonho.

Mata Wonho tak memudarkan pandangnya, masih sama dari awal. Hyungwon semakin mengeluarkan banyak keringat di dahi. Ia tak mengerti dengan keadaan seperti ini. Hyungwon merasakan keringatnya mengucur hingga ke atas alisnya.

"Won-"

Dikejutkan oleh serangan yang diberikan oleh Wonho. Ia dicium secara tiba-tiba oleh Wonho saat memanggilnya kedua kali.

Hyungwon melebarkan matanya, melongo dengan apa yang dilakukan oleh Wonho.

Semakin ia ingin menghindari ciuman Wonho, ia semakin memperdalam ciumannya. Hyungwon sadar ini tak masuk akal, segera ia menjauhkan badan Wonho darinya namun usahanya sia-sia.

Wonho sudah meletakkan tangan kanannya di tekuk dan tangan kirinya di bawah ketiak untuk menjepit dirinya. Tubuh Wonho terlihat besar dari dekat, dan tenaganya pun mengikuti.

Secara perlahan melumat permukaan bibir Hyungwon, secara intens mata mereka menatap. Tatapan Wonho sangat tajam menggoda, Hyungwon meringis.

Tubuh Hyungwon sudah menempel dengan Wonho, tangan kirinya sudah menekan pinggul untuk semakin mengeratkan jarak di antara mereka. Wonho masih dengan perlahan menjilati area bibir Hyungwon yang belum membuka untuk Wonho.

Menegang di tempat dan menghindar dari segala macam yang dilakukan Wonho, namun yang dilakukannya hanya seperti mengelus tubuh Wonho.

Menyadari tangan kiri Wonho sudah liar masuk ke dalam pakaiannya dan mengelus punggung Hyungwon. Hyungwon mendesah protes. Dengan begitu Wonho dengan cepat memasuki bibir Hyungwon.

Hyungwon sudah merasakan hawa tubuhnya panas, ciuman Wonho masih bergerilya di dalam mulutnya dengan perlahan dan intens. Hyungwon masih tak membalas ciuman Wonho, karena masih belum menerima keadaannya seperti ini.

Wonho mengelus punggungnya dan berpindah ke dalam celana pendeknya, Hyungwon dengan sigap menahannya dan menatap Wonho dengan tajam.

Hyungwon kacau, Wonho sudah melepaskan ciumannya, dan menatap Hyungwon dengan puas.

"Kau gila?" Hyungwon berseru dengan suara tegas. Wonho hanya tersenyum.

"Kau sangat kacau," Hyungwon langsung merasakan wajahnya panas, Wonho mengatakan di depan telinganya dengan suara yang sangat berat. Hyungwon lemas dan pening.

Ketika itu Wonho mengecup leher Hyungwon dengan suara berkicup yang sangat keras, tangan Hyungwon berusaha menjauhkan dirinya dengan Wonho.

Dengan gerakan cepat, Wonho sudah meletakkan tangannya di depan celana pendeknya dan memasukan untuk mengelus 'batang' Hyungwon. Hyungwon bergidik dan berusaha terus melawan Wonho. Seketika ia mendengar suara alarm miliknya.

Hyungwon membuka mata dari alam mimpinya.

'Batang'nya terbangun.

"Wonho gila!"

--
TBC
--

Semoga malming kalian terealisasi ya bersama dua orang ini.

Jangan lupa vote dan Komeng yes. Seneng aku tuh di komen.

//Belum ada preview chapter depan, karena aku belum bikin karena sibuk:""//

See u again~

Captain AmericaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang