Masalah IM

104 15 6
                                    

Di lokasi apartemen IM, Hyungwon berusaha untuk membereskan kekacauan ini. Ia sudah dilengkapi sarung tangan dan sepatu boots untuk menghindari pecahan beling yang sangat banyak.

Beruntung Hyungwon menguasai bidang ini dan juga hanya di ruang tamu keadaan kacau. Yang lain baik-baik saja.

Hyungwon tak sengaja melirik IM, terlihat bahwa dia seperti sedang merenungkan sesuatu, menunduk dan memainkan kukunya seperti anak kecil.

Ia mungkin kesal dengan pemandangan ini, namun kondisi IM seperti itu mungkin ini bukan masalah kecil yang dihadapi oleh IM.

Hyungwon merasa ikut bersalah, ia berpikir bahwa ini menyangkut hubungan dengan masalah semalam. Ia pun tidak bisa berbuat banyak, hanya dapat membereskan kekacauan ini yang entah yang melakukan IM atau yang lain. Ia tak mau memikirkan hal itu untuk saat ini.

Prioritas pertamanya adalah keadaan IM yang diluar dugaannya. Hyungwon tak pernah mendapati IM seperti ini, bahkan apartemen yang selalu ia beresi berantakan seperti kapal pecah.

Hyungwon meringis menatap banyaknya pecahan beling ini. Beling ini berasal dari cangkir, gelas, piring dan mangkok. Ia bergegas melihat rak dapur untuk melihat isinya dan kosong. Sudah porak poranda di lantai ruang tamu.

Apartemen IM memang terbuka antara dapur dan ruang tamu.

Sesekali Hyungwon melihat IM yang masih sama, menunduk dan menggigit kukunya. Hatinya melihat pemandangan itu terasa sakit, ia tak mengerti bahwa jika itu menyangkut tadi malam akan berdampak ini semua.

Pikir Hyungwon, masalah mereka berarti bukan hal yang sepele. Ini menyangkut masa lalu mereka, dan juga Hyungwon sedikit penasaran dengan masalah mereka. Namun ini bukan waktunya untuk bertanya perihal itu.

Masalah didepan matanya sudah memanggilnya untuk segera ia selesaikan. Pecahan beling itu dengan cepat masuk kantung plastik tebal yang tahan akan goresan beling atau kaca. Tak hanya itu, pecahan terkecil, Hyungwon perhatikan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal karena ini sama berbahayanya.

Setelah bersih semua, Hyungwon menghampiri IM yang terus menggigiti kukunya. Duduk disebelahnya dan mengamati IM dari dekat.

Hyungwon berusaha untuk merangkai kata apa yang akan memulai pembicaraan. Ia juga berusaha untuk membuat IM nyaman terlebih dahulu, karena yang Hyungwon lihat  saat ini, IM sudah mulai melukai jari-jari tangan dengan giginya.

Hyungwon tak dapat menahan diri dan mencekal tangannya agar berhenti menggigit.

Diluar dugaan, IM melawan. Ia berusaha untuk terus melanjuti kegiatannya, namun Hyungwon menahan sekuat tenaga untuk tidak lebih melukai jari-jari tangan IM.
Karena mereka sama menahan, akhirnya kekuatan Hyungwon melemah dan membuat tangan IM terpental mengarah wajah IM dengan keras. Hyungwon berteriak kecil.

"Hei! Kau tak apa?"

Hyungwon berusaha untuk melihat wajah IM setelah terjadi kejadian itu, namun IM terus menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil meringis kesakitan
Hyungwon semakin khawatir.

"Jangan buatku khawatir, lihat wajahmu!"
Hyungwon sedikit meninggikan suara agar IM dapat mendengarnya, akhirnya IM mengadah ke arahnya dan membuka tangan perlahan.

Hyungwon kemudian tersentak dengan darah mengalih di hidung IM, seketika ia berlari ke kotak P3K milik IM dan mengambil beberapa barang yang dibutuhkan untuk menghambat darah di hidung IM.

Dengan sigap, lalu membersihkan darah dan menyumpal lubang hidung dengan kapas. Hyungwon semakin lega karena darah tak banyak mengalir.

Sepanjang Hyungwon mengobati darah dihidung IM, IM melihatnya dengan intens. Terdiam dan melihat setiap gerakan yang dilakukan Hyungwon. Namun karena Hyungwon terlalu panik, ia menampik hal itu.

"IM, kau tak apa-apa kan?"

Seketika IM mengalihkan pandangannya, setelah Hyungwon menanyakan itu. Ia semakin khawatir.

"IM! Jawab aku!" Hyungwon kembali meneriaki didepan IM, sesungguhnya ia tak tega melakukan itu namun ia sudah terlanjur bingung apa yang harus diperbuat.

"Iya, aku baik." IM membalas dengan suara parau dan dalam, namun masih belum memandnag Hyungwon. Ia sedikit frustasi namun bersyukur IM membalasnya.

Mereka saling terdiam dengan waktu yang lama, karena Hyungwon bingung apa yang harus ia katakan. Jika ia mengatakan bahwa ini masalah dengan Wonho, ia ingin IM sendiri yang mengatakan hal itu karena ia takut IM tak siap jika menceritakan topik itu dan kembali membuat masalah baru.

Hyungwon mengela nafas berat, kini ia sedang menghadapi masalah yang bahkan Hyungwon tak tau pasti ini masalah apa. Karena mereka sendiri tak saling berkomunikasi.

Terus menunggu, Hyungwon diam namun otaknya terus memikirkan sesuatu. Dan sedikit frustasi karena IM belum juga mengatakan apapun.

Seketika ia berpikir akan pergi dalam 10 menit kedepan jika IM belum juga mengatakan apapun.

Ia juga ingin mengerti keadaan IM, oleh karena itu ia ingin mengetahui masalah apa yang membuat IM seperti ini kepadanya.

Namun hampir 10 menit, IM belum juga mengeluarkan satu dua kata pun, dan Hyungwon bersiap pulang menuju flatnya.

"Hyungwon," Hyungwon mendengar suara pelan dan lirih dari IM memanggilnya, semua rasa frustasi dan kesal hilang seketika kemudian ia menoleh ke arah IM.

IM pun membalas pandangannya dengan lemah.

Tangan IM sudah bergerak tak tentu arah, dan pandangan IM juga beberapa kali mengarah ke bawah.

"Katakan saja."

Hyungwon membuka suara untuk IM agar dapat memulai topik,

"Aku, akh-" IM memutuskan kalimatnya.

Hyungwon mengaku memang penasaran, dan berusaha tenang agar IM dapat melanjutkan bicaranya. Melihat IM semakin tak tenang, refleks Hyungwon menenangkannya dengan menepuk pelan bahunya.

IM terhenti dan akhirnya menatap Hyungwon dengan dalam, air mata IM keluar.

"Ayahku datang."

===
TBC
===

Guys! Ide ku buntuuuuu, tapi akhirnya aku menemukan ide nya lagi.
Maaf, jadinya ngaret lagi. Jeongmal mianhae, yeorobun😭😭~

Aku mau tau deh, kalian bakalan tau ga ya Masalah IM itu apa? Kalo kalian bisa tebak akan ku update secepatnya hohoho!
Selain itu, aku mau banget liat antusias kalian sama cerita ini hihi🤭

Oke, selamat menikmati ya sama cerita ini. Semoga kalian suka.

See u again, next chapter~

===

Captain AmericaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang