4

48 4 0
                                    

Awal persahabatanku dan Vieri


Namaku Damar Abyantara Maury, biasa di panggil damar, Umurku hampir 23 tahun dan sesuai dengan nama tengahku "Abyantara" yang memiliki arti pendiam, dan Nama memanglah sebuah doa. Aku seorang introvert, pendiam dan sedikit melakolis, tapi itu hanya terhadap orang-orang yang belum kukenal saja. Masih soal nama, Maury nama paling belakangku adalah, nama tempat dalam sebuah dongeng dimana tempat itu terdapat banyak sekali taman bunga mawar alami tumbuh dengan subur dan semerbak harumnya membuat setiap orang yang singgah enggan untuk pergi dari tempat tersebut.

Selain itu, Maury dalam ceritanya selalu melahirkan manusia-manusia cerdas dalam berbagai hal, sehingga mampu membangun peradaban yang maju pada zamannya. Sayang, diakhir kisah Maury hancur bersama peradabannya entah apa penyebabnya. Kata Ibuku, penyebab kehancurannya adalah hilangnya rasa empati antar sesama dan hilangnya rasa persaudaraan hanya karena sebuah tahta kekuasaan. Maury hanya tinggal nama dan sebuah dongeng dan kisah itu oleh Ayah disematkan pada nama terakhirku.

Aku teman dekat Bella yang ternyata teman (mantan) SMPnya Vieri yang kebetulan teman satu grup denganku di sosmed. Di grup kami biasa membahas segala hal yang berhubungan dengan kemanusiaan yang bentuknya kerelawanan, dan Vieri memang paling aktif menyuarakan tentang hak hak manusia di dlm grup dan usut punya usut dia adalah admin grupnya guys.

Ini adalah permulaan persahabatan antara Aku dan Vieri, di kedai kopi depan kompi. Alam memang punya caranya sendiri mempertemukan orang-orang yang sejiwa dengan dengan ku, dan dengan cara yang kadang-kadang unik, mengesankan dan membosankan sekalipun. Begitulah semeseta dengan segala candanya.

Saat itu kebetulan, aku Bella dan teman-tmannya lagi asik berbincang, entah tiba-tiba ku lihat seseorang yang nampak seperti kukenal, tapi aku lupa siapa dan di mana aku bertemu dengannya. Begitupun dengannya ia melirikku dengan tatapan penasaran, lalu ku ikuti lagi semua banyolan para wanita di dekatku.

Sambil main smartphone aku buka grup sekedar untuk membuka dan membaca info yg ada di grup.

"Anjaaaaaaaai, ternyata Vieri". aku tersenyum puas, laluku izin meninggalkan kerumunan para wanita yang sedang ngobrol entah apa aku tak tau isi obrolan mereka.

Ku dekati Vieri dan ku sapa dia,

"Hoy, Wong Ausi. Sesuailah dari tadi aku nengok cak dak asing lagi". Kata ku

"Woy, wait wait wait. Jangan sebot dulu namo kau, Aku tw kau yg sering aktif di satu grup yg samo dg aku kan?" ia melanjutkan

"Haha, Jancoook la, masih lom ingat kau samo aku?" aku balik bertanya

"I Know lah siapo kau, Damaaaaaaar!!" pekiknya.

Semua orang yg ada di sekitar tempat kami duduk sontak melihat ke arah kami, aneh dengan tingkah ku dan Vieri. Lalu ku ajak ia untuk bergabung dengan Bella dan teman lainnya, sekaligus biar aku punya teman mendengar Para kaum Hawa ini saat membual.

Ku kenalkan Vieri dengan Bella, Dan teman temannya yg lain.

"Bel, Nih kenalin. kawan aku yg sering aku cerito ke kau yg kuliah nyo di Ausi".

"Oh iyo, Mar." Sambil mengulurkan tangan ke Vieri.

Lalu Vieri pun mengulurkan tangan ke Bella dan teman-teman lainnya. Setelah itu, kami kembali melanjutkan obrolan dalam forum kecil di Warung Kopi di Depan Kompi.

Malam itu, Semua melebur dalam satu rasa, Senang. Mengapa tidak, aku yang saat itu sedang dekat dekatnya dengan Bella, perempuan terkece yang pernah ku kenal. ia beda dengan wanita lainnya tapi tetap bersikap apa adanya, Meski memunculkan stigma negatif karena gayanya yang anti mainstream.

Sebenarnya Bella memiliki sifat, sikap yang baik, pintar dan ramah terhadap semua orang. Yg membuat dirinya merubah penampilannya tak lain dan tak bukan karena kekecewaannya terhadap Keluarga, Lingkungan dan teman teman seperjuangannya dulu.

Bella mengingatkanku Pada sebuah Novel yang pernah ku baca yaitu, "Tuhan Izinkan aku jadi pelacur". Di mana tokoh utamanya adalah wanita yang begitu taat terhadap agamanya dan menjadi aktivis islam pada masanya dan aktif di organisasi keislaman, hingga pada satu waktu ia memutuskan untuk menjadi pelacur karena kecewa terhadap apa yang telah ia perjuangkan dan karena kemunafikan-kemunafikan yang ia temui, agama di jadikan alat untuk kepentingan dan kepuasan hawa nafsu belaka dan begitu banyak ke kecewaanya terhadap apa yg ia lihat. Itulah mengapa aku begitu respect dan kagum ke pada Bella, yg selalu di judge negatif oleh orang di sekitarnya.

Disisi lain, aku senang karena bisa kopdar dg Vieri yg sama sekali tak pernah kami janjikan sebelumnya. Malam itu menjadi malam yang begitu malang untuk di lewatkan begitu saja tanpa di habiskan dengan diskusi bersama Vieri, Bella dan teman lainnya. Hingga dini hari tiba, rasanya masih belum mau beranjak dari tempat duduk, saking asyiknya obrolan dan hanyut oleh suasana malam itu. Pada akhirnya waktulah sang empuhnya penentu segala galanya, lalu kamipun pulang. Aku dengan Bella, dan teman-teman lainya sedang Vieri memisahkan diri berlalu ke arah yang berbeda.

Lubuk Linggau pada Rembang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang