AOP Vieri
Minggu ini akan menjadi minggu terakhirku di kota tercinta, Minggu sore aku akan terbang ke Australia demi menyelesaikan thesisku yang bermasalah. Memang sebelum pulang ke tanah air, aku sempat berfikir untuk tidak melanjutkan lagi kuliah dan menetap di kota kelahiran ku. Mamak menjadi penghalang keinginanku, ia menangis saat aku menceritakan untuk berhenti kuliah yang hanya tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan gelar PhD.
Sungguh, betapapun kerasnya hati dan jiwaku yang memiliki filosofi "Aku pemimpin atas diriku sendiri", akhirnya luluh lantak oleh isak tangis seorang Ibu yang telah melahirkan ku ke dunia. Demi bakti dan abdiku pada Mamak, maka aku melanjutkan dan akan berusahan untuk segera menyelesaikan thesis yang ku buat.
Rasanya berat angkat kaki dari tanah kelahiran, tapi tuntutan pendidikan mengharuskan aku pergi meninggalkan kampung halaman. Mamak selalu memberi petuah-petuah indah laksana sajak namun penuh makna, dan itu menjadi bekalku di negri orang. Magisnya Doa dan petuah serta beberapa benda pusaka yang diberi orang tuaku memang sangat terasa dan selalu menemani setiap perjalananku, meski aku sudah tak begitu percaya dengan takhayul, tapi sering kali kejadian-kejadian diluar nalar sering kurasa.
Aku memang sedikit banyak telah bertransformasi menjadi seperti orang-orang Barat pada umumnya, jiwaku semakin menyatu pada budaya mereka dan perlahan meninggalkan adat budaya sumatera-ku, yang tak berubah dariku hanyalah Agamaku (Islam), Bahasa dan rasa Nasionalismeku.
Di Ausi, Aku kuliah di Phoenix Academy. Kampus dengan motto "We care" ini, merupakan salah satu kampus tertua dan menjadi kampus paling Favorit yang ada di perth Australia. Sejak berdiri pada tahun 1989, Phoenix Academy selalu bertengger di urutan teratas dalam hal kualitas dengan berbagai program studi, salah satunya Program studi Doctor of Philosophy in Spatial Sciences yang ku ambil.
Kehidupan Masyarakat Australia yang ada di Perth, tak jauh berbeda dengan masyarakat Australia pada umumnya, Hanya saja suasana di Perth begitu sepi berbeda dengan kota-kota besar seperti Sydney atau Melbourne dengan kesibukan dan kepadatan penduduknya yang begitu ramai. Warganya yang sangat ramah, sangat disiplin dalam mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, sehingga menimbulkan rasa aman dan tentram.
Pernah sekali aku meninggalkan smartphone di suatu tempat karena lupa, pas di kamar baru sadar smartphone ku tertinggal di taman tempat ku biasa menghabiskan waktu. Saat aku kembali ke taman, dan mencoba mencari di sekitaran tiba-tiba seorang penjaga taman menghampiriku dan mengembalikan smartphoneku yang tertinggal. Aku sungguh Exicted dengan orang-orang disini karena kejadian itu.
Apapun yang terjadi aku akan selesaikan apa yang telah aku mulai, termasuk kisahku dan Bella yang sempat terpisahkan oleh keadaan dan di pertemukan kembali oleh keadaan pula. Kendati maksudku saat itu (Kejadian di Temam) tak terlalu ia tanggapi, Aku harus ungkapkan perasaan yang masih tertinggal ini pada Bella dan berharap ia akan membuka hati untukku.
__________
Sebelum ku utarakan niatku pada Bella, Seperti biasa aku membuat janji padanya dan ia menyetujuinya. Sore itu, ku ajak Bella ke taman bunga yang lagi "hitz" di kotaku. Lokasinya tepat di tengah kota dan di tepi sungai kelingi yang membelah kota Lubuk Linggau.
"Bell, keren yo tamannyo." Aku mememulai obrolan sore itu
"Iyo, La banyak nian kemajuan Linggau nih semenjak di tinggal kau ke Ausi Vier". Sambutnya dengan canda
"Iyo, termasuk kau jugo yang berubah drastis Bell. terakhir pas kito masih SMA kau masih polos nian, setelah ketemu lagi aku malah dak ciren lagi samo kau". Aku melanjutkan tentang perubahan yang terjadi pada Bella tanpa menanyakan penyebabnya
"Sebenarnyo yang ngerubah aku nih keadaan Vier," Ia mulai menjelaskan apa yang terjadi padanya "Enam bulan setelah lulus SMA, aku sebenarnyo nak kuliah di Al-Azhar Kairo, melalui jalur beasiswa. Tapi, Ayah samo Ibu dak boleh aku kuliah di sano, katonyo takut kareno di Timur Tengah sering terjadi konflik jadi dak di bolehi. Itulah awal mula aku merubah sikap dan penampilan aku. Maso iyo takut, Katonyo yang mengendalikan kehidupan ini Allah dan la dem diatur segalo-galonyo, tinggal kito be yang ngejalani. Mereka yang nanamkan kepercayaan itu ke aku dan mengajarkan aku untuk dak takut pada apopun kecuali Allah, Eh malah mereka yang dak konsisten. Dan sejak itulah aku dak lagi make Hijab, bukan kecewa terhadap Allah tapi kecewa dengan Ayah dan Ibu. Sebenarnyo, aku nih cuma nak buat mereka menyadari kesalahan yang telah mereka buat bae". Tutupnya dengan rasa kecewa yang begitu mendalam dan terlihat dari wajahnya
Aku bingung, harus menjawab apa dan hanya terdiam ikut merasakan kekecewaan yang Bella rasakan. Keluhku tetiba datang, bukan karena gugup tapi oleh cerita Bella yang baru saja aku dengar. Suasana menjadi hening, aku hampir saja urungkan niatku untuk ungkapkan rasa pada Bella, tapi keputusanku telah bulat, aku akan menyelesaikan apa yang telah aku mulai dengan segala konsekuensi yang ada.
Ku coba mengalihkan pembicaraan, dan membuat suasana kembali seperti semula. Saat Timingnya pas, barulah ku ungkapkan semua perasaan ku padanya...........
"Bell, sebenarnyo ....." Ku ungkap semua perasaanku ku pegang tangan bela dengan lembut sembari menatap mata indahnya.
Bersambung............
Jawaban dari kisah Vieri dan Bella akan tertuang di AOPnya Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubuk Linggau pada Rembang Senja
Teen FictionLubuk Linggau, Kota kecil dengan seribu makna dan sejuta kisah yang mengiringi perjalanannya, tak terkecuali dengan kisah Damar, Bella, Vieri, Wulan dan teman-teman lainnya. Kisah persahabatan yang terselip rasa cinta menjadikan kisah mereka berliku...