Libur lebaran hampir usai, itu berarti sebentar lagi hari kerja akan kembali dimulai sama halnya denganku yang sebentar lagi akan menjalani kesibukan seperti biasanya (Kuliah). Vieri dan Wulan hanya tinggal beberapa hari lagi ada di kota kecil ini sebelum ia kembali ke habitanya masing-masing, Vieri Ke Australia dan Wulan ke Bandung.
Sebelum mereka berangkat, kami telah membuat janji dari jauh-jauh hari untuk mendaki Gunung Kaba bersama, Gunung yang ada di Kabupaten Rejang Lebong yang berjarak sekitar tiga jaman dari kota Lubuk Linggau. Beberapa hari sebelum berangkat, kami prepare barang-barang yang akan di bawa ke puncak gunung. Aji ikut serta dalam perjalanan kami mendaki gunung sebagai Tour Guide, sebab selain memiliki jiwa pengusaha, Aji seorang petualang yang lumayan handal apalagi soal mendaki gunung. Aji memiliki semua peralatan pendakian sehingga kami tak repot lagi dalam mencari peralatan penting saat mendaki.
Akhirnya Weekend kedua setelah Lebaran kami berangkat menuju gunung Kaba dengan Mobil Bella dan Wulan. Bella Vieri dan Aji di satu mobil yang sama sedangkan Aku Wulan dan lagi-lagi si tukang usil April mengendarai mobil Wulan. Waktu tiga jam hampir tak terasa oleh indahnya pemandangan yang tersaji di sepanjang perjalanan, di kanan dan kiri terhampar luas tanaman hijau yang menyejukkan mata mulai dari sayur-mayur, kopi dan kebun teh di lereng perbukitan. Di mobil Wulan yang duduk di sebelahku yang sedang mengendarai mobil mengajakku berbincang agar perjalanan tak membosankan meskipun sejauh mata memandang hijau begitu luas membentang.
"Mar, Boleh nanyo dak?" Wulan memulai
"Boleh gak ya!!" Si Usil langsung menyahut dari belakang.
"Sejak kapan kau minta izin dulu kalo nak nanyo sesuatu ke kau Lan?" Aku balik bertanya dan tak menggubris April yang baru saja memotong pembicaraan.
"Soalnyo penting pertanyoan aku nih". Sambungnya
"Iyo apo emangnyo yang nak kau tanyo?" Desakku
"Ciyus? nanti kamu marah". kembali April dengan usil memotong pembicaraan
"Kebiasan adek tuh, galak usil dengan gawean wong" aku mengingatkan
Lalu Wulan menanyakan tentang perasaanku terhadap Bella, dan itu membuatku sedikit kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba dan entah apa pasalnya.
"Jujur bae, Kau ado raso kan samo si Bella?" ia kembali bertanya
"Apo? aku ado raso samo Bella? ah nganar nian pertanyoan kau ni Lan". Sambutku dengan nada meyakinkan
"Ah, dak usah nak bohong. Aku nih kenal kau dari kecik, jadi aku tau kalo sahabat aku lagi ado sesuatu". Ia melanjutkan
"Ah, kau kan emang sotoy dari dulu. Apo lagi ngepoi, hm...." Aku coba membela diri
"Dem lah, Ngapo dak galak nian jujur samo aku. kalo be aku biso ngebantu". Tawarnya agar aku mengaku
"Bella tu samo bae cak kau, Lan. Sahabat dan dak lebih". Kembali ku coba jelaskan
"Tapi, dari caro dan tingkah kau nengok dio samo Vieri, caknyo kau cemburu". Ia kembali memancing agar aku mengakui
"Ah, la cak dukun bae kau nih, Lan. Pacak nerawang isi hati wong". Sambil tertawa agar biar terlihat meyakinkan
"Yo, dem man dak galak ngasih tau. Pendam lah dewek raso itu, dan kasih tau be kalo lagi butuh kawan curhat". Ia menutup percakapan dengan wajah sedikit meledek
Puncak gunung telah terlihat di kejauhan, dan perjalanan akan segera sampai pada tujuannya. Hanya butuh sepuluh menit menuju pos pertama di kaki gunung dari simpang penunjuk arah jalan. Hanya kendaraan yang kami titipkan di pos pertama, selebihnya semua barang kami bawa dalam perjalanan di kaki gunung
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubuk Linggau pada Rembang Senja
Teen FictionLubuk Linggau, Kota kecil dengan seribu makna dan sejuta kisah yang mengiringi perjalanannya, tak terkecuali dengan kisah Damar, Bella, Vieri, Wulan dan teman-teman lainnya. Kisah persahabatan yang terselip rasa cinta menjadikan kisah mereka berliku...