Atlantis Ruslana : Jade Weber.
"Hello mam. I'm fine,oke? Don't worry about me." Seorang gadis berkulit putih yang baru saja keluar dari bandara itu,berjalan dengan tergesa-gesa sambil menarik kopernya tanpa memperhatikan jalan,hingga tak sengaja menabrak seseorang di depannya.
"I'm so..maaf saya yang salah. Saya berjalan tanpa melihat ada apa di depan saya,sekali lagi maafkan saya." Mohon gadis itu tersenyum sambil membungkukkan sedikit badannya. Sedangkan orang yang di tabraknya tampak tak menggubris dan malah pergi melaluinya.
'Oh come on,ini Indonesia. Masih adakah orang sepertinya?'-batin gadis itu tak percaya.
Dan gadis tersebut kembali berjalan menuju kursi tunggu. Tak lama setelahnya,mobil Lamborghini hitam berhenti tepat di depannya,sedangkan si gadis menatap bingung mobil itu.
'Mobil siapa ini?'-pikirnya.
Beberapa saat kemudian pintu pengemudi terangkat,dan seorang lelaki berkacamata turun dan sedikit berlari menghampiri si gadis dengan kedua lengan yang terbuka dan memeluk gadis tersebut.
"Siapa ini? Long time no see my little girl!" Sapa lelaki tadi dalam keadaan masih memeluk si gadis,yang tidak lain adalah adiknya. Atlantis Ruslana,gadis yang dini hari sudah menabrak orang di bandara,padahal baru hari pertama di Indonesia.
"Haha 'siapa ini'? Maksudnya,sedrastis itukah perubahan saya? Atau kamu lupa?" Gurau Alis (Atlantis) pada abangnya. Kelano Ruslan,lelaki dengan nama panggilan Lano,orang tergila dan paling penyayang yang pernah Alis kenal. Garis bawahi penyayang hanya pada keluarganya.
"Ajaran siapa,berani ke Abang?" Ketus Lano pada adiknya 'yang satu' ini. "Udah pulang yuk, kamar kamu udah banyak sarang Spiderman tuh." Lanjutnya.
"Kamar orang cantik itu spesial,biasanya kalo suatu barang di tinggal lama,bakal ada sarang laba-laba. Kalo kamar Alis ada sarang Spiderman-nya!" Sahut Alis dengan senyum mengembang. Padahal kalau dia memang pintar,makna dari laba-laba dan Spiderman adalah sama.
Sesampainya di rumah,Alis termenung sesaat setelah keluar dari mobil. Memutar kembali kejadian di masa kecil yang tidak dapat di ulang,betapa menyenangkan dapat berkumpul bersama keluarga. Dan di saat yang hampir bersamaan,Alis sedang mati-matian menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata, mengingat semua kebahagiaan itu direnggut secara paksa darinya.
Lano sengaja membiarkan Alis seperti itu,biarkan dia menikmati kenangannya. Katakanlah bahwa saat ini Alis seperti orang gila,nyatanya Alis memang merasa seperti itu selama bertahun-tahun hidup di London. Setelah merasa agak tenang,Alis berjalan menyusul Lano yang sudah masuk rumah terlebih dahulu.
"Abanggg!! Kok beneran ada Spiderman sih,ini siapa yang nempatin kok jadi wallpaper Spiderman gini!!!" Teriak Alis yang menggema di seisi rumah. Meskipun Alis pecinta film action,namun dia juga masih memiliki sisi feminim.
Baru saja Alis hendak melangkahkan kakinya keluar,ada seorang lelaki jangkung yang keluar dari kamar mandi di kamar itu. Melihat siapa yang baru saja keluar dari kamar mandi,Alis dengan setengah berlari menghampiri dan langsung memeluknya.
Ferroniq Ruslan,kakak kembarnya. Sesuatu yang sempat hilang dari dirinya, terpisah karena alasan yang sangat tidak masuk akal. Air mata Alis lagi-lagi tumpah membasahi pipinya.
Berbeda dengan Ferron,meskipun sama terpukulnya seperti Alis. Namun,dia berusaha tegar di depan sang adik kembarnya ini. Dia tahu,jika dia sama menangisnya seperti Alis,lalu siapa yang akan menjadi penguat di antaranya.
Setidaknya untuk saat ini,dia tidak perlu menunjukkan emosinya. Kedua tangan Ferron tergerak membalas pelukan Alis yang terlihat sangat menyesakkan,seperti melampiaskan luka yang amat dalam.
Tanpa mereka sadari,sedari tadi Lano yang berada di balik pintu kamar tersebut telah mendengar semua percakapan mereka. Betapa sesaknya hati Lano,yang merasa gagal mengurus kedua adik kesayangannya tersebut.
'Bunda,andai Lano bisa mengulang masa lalu. Lano udah gagal ngurus adik-adik Lano,maafin Lano'-batin Lano yang saat ini telah meloloskan air matanya,dan segera berlari ke kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar Alis
"Udah gapapa,Alis gaboleh nangis. Alis yang Abang kenal itu kuat,gak cengeng gini. Oke?" Sanggah Ferron yang merasa tangisan Alis agak mereda.
"Alis dulu belum tahu apa-apa. Jadi wajar kalau Alis nggak ngelawan saat mereka paksa Alis buat ikut ke London. Alis kira cuma liburan." Sahut Alis yang masih sedikit terisak.
"Sekarang kan udah balik ke Indonesia sama Abang dan bang Lano. Berhenti nangis ya? Abang sakit kalau Alis nangis kayak tadi,sekarang cium dulu dong!" Ujar Ferron dengan nada menenangkan, padahal dirinya sendiri juga membutuhkannya.
Di sisi lain,Lano yang sudah mulai tenang, memberanikan diri menghampiri Alis dan Ferron di kamar sebelah. "Holaaa,pelukan kok gak ngajak sih! Berasa gak di anggap gue." Gerutu Lano dengan maksud bercanda.
"Halah jijik!" Sahut Alis dan Ferron kompak. "Wah udah pada berani. Gak ada uang jajan." Ancam Lano.
"Gak asik nih,dari jaman nenek moyang juga ancamannya gitu!" Jawab Alis,dan selang beberapa detik,ketiganya tertawa bersama. Tanpa di sadari,percakapan mereka telah mengingatkan pada masa lalu ketiganya.
Vote and comment if you like this story.
Thanks.
Maaf jika terdapat typo,karena baru pertama kali buat story.TBC
YOU ARE READING
Reasons
RandomBara Dominiq Shadanarta. Cowo songong dengan hobi mencaci para cabe di SMA Bagaskara. Dengan citra dan aura yang dimilikinya dia masih mampu memikat hati para wanita di sekolah. Jabatan sebagai Ketua geng. Suatu hari dipertemukan dengan gadis yang...