Dini France.
Hawa pagi dan kicauan burung yang beriringan,membuat suasana hati Alis damai. Sehingga,sangat malas rasanya untuk menanggalkan selimut,dan pergi dari tempat tidurnya itu.
"Pules banget nih putri tidur." Gumam Ferron melihat betapa lelapnya Alis tidur saat itu. Ferron mengambil air di dalam gelas sebelah nakas kamar dan sedikit menyiratkanya di wajah Alis.
"Eh putri tidur udah bangun. Sana mandi terus sholat,gue tunggu di bawah buat sarapan." Alis dengan setengah kesadarannya hanya menguap dan manggut-manggut saja.
Setelah Ferron pergi,Alis ingin menidurkan badannya lagi. Namun,sedikit saja kepalanya menempel bantal. Alarm handphone nya berdering sangat nyaring di sampingnya.
"Wtf,arghhh ganggu orang tidur aja!" Alis mengomel sendiri dan segera mematikan alarm tersebut,beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.
"Siapa yang pasang alarm di handphone Alis!" Bukan nada tanya yang terlontarkan,melainkan nada gertakan.
"Gue! Kebiasaan lo adalah bangun molor,yaudah gue pasang aja alarm di handphone lo." Sahut Lano yang baru saja keluar dari dapur dengan sepiring nasi goreng.
"Gila." Cibir Alis dan kembali lagi ke atas.
"Mau kemana lo! Sini sarapan dulu." Lano berteriak dari meja makan,namun Alis tidak menggubris panggilan Lano,dan terus berjalan ke arah kamarnya.
Setelah Lano dan Ferron selesai sarapan,Alis menuruni tangga dengan raut muka sebal. "Abang,tau seragam Alis dimana?" Alis bertanya dan di jawab gelengan kepala oleh Ferron.
"Ada di kamar gue,baru dateng dari laundry." Sahut Lano yang sedang menonton TV di ruang keluarga,sambil memakan camilan.
"Kenapa gak bilang dari tadi,Alis mumet tahu cari nya." Alis mendengus kesal dan kembali menaiki tangga dengan wajah yang tambah di tekuk. Seperti pakaian lusuh.
"Salah sendiri gak tanya. Malu bertanya sesat di jalan. Kan sesat lo jadinya!" Lano berteriak di akhir kalimat,dan kembali memakan camilannya.
Alis pagi ini semangat untuk pergi sekolah. Saat ini saja dia sedang mengikat tali sepatunya,ketika Lano dan Ferron masih bersantai. Padahal jam masih menunjukan pukul 05.30. Astaga.
Entahlah,mungkin karena ini adalah hari pertama nya sekolah di tempat umum dan di negara Indonesia. Karena,sebelumnya dia hanya di perbolehkan home schooling oleh keluarga nya.
"Abang cepetan!" Alis berteriak dengan semangat menggebu,tidak sabar ingin segera melihat sekolah baru nya itu. SMA Bagaskara.
"Masih pagi! Mau gantiin tugas tukang kebun?" Ferron balas berteriak kepada Alis dari balkon kamarnya. Alis mengerucutkan bibirnya,dan memilih untuk jalan-jalan sebentar keluar rumah. Dan tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang,suara perempuan.
Alis memutar badannya 180° untuk melihat siapakah yang memanggilnya barusan.
"Atlantis!" Seorang gadis tengah berlari ke arah Alis yang sedang menatapnya heran. Apakah Alis mengenalnya?"Memanggil saya?" Alis bertanya pada gadis yang saat ini sedang mengatur nafas di depannya.
"Kamu Atlantis?" Tanya gadis itu seperti sedang memastikan sesuatu tentang diri Alis. Alis hanya menjawab dengan anggukan.
"Atlantis Ruslana?!" Gadis itu bertanya lagi dengan raut muka antara sedih dan bahagia. Lagi-lagi Alis hanya manggut-manggut,dan seketika gadis itu tersenyum dan langsung memeluk Alis dengan sangat erat.
Tepat saat itu juga,gadis itu menangis di pelukan Alis. Alis merasa pernah mengalami kejadian serupa,tapi dimana? Kepala Alis serasa berputar tak menentu dan terasa sangat pusing.
"Alis! Abang cariin dari tadi ternyata di sini?" Ferron muncul dengan mengendarai mobil sport dengan Lano di sampingnya. Gadis tadi melepas pelukannya untuk melihat siapakah yang berbicara dengan Alis barusan.
"Dini!" Ferron maupun Lano terkejut dengan siapa yang memeluk Alis tadi. Dia adalah Dini France,sahabat masa kecil Alis. Namun, sepertinya Alis tidak mengingat apapun tentang gadis itu.
"Eh Ferron,bang Lano." Dini menyapa mereka balik. Lano turun dari mobil menarik tangan Dini untuk menjauh,dan dia menceritakan bahwa sebagian ingatan Alis telah di hapus,ntah untuk sementara atau permanen.
Dini sempat terkejut kala Lano menceritakan apa yang terjadi pada Alis. Namun,mengingat bagaimana latar belakang keluarga sahabat masa kecilnya itu,Dini berusaha memakluminya.
"Yaudah nanti lo ajak dia kenalan aja,dia satu sekolah sama kita,dan mungkin akan satu kelas juga sama lo." Lano memberitahu Dini dan Dini hanya mengangguk paham.
Setelah itu,Alis naik ke mobil dengan perasaan bingung,mobil mereka sudah melesat meninggalkan komplek perumahan."Semoga lo bisa mengingat semuanya Alis." Doa Dini agar Alis bisa mengingat nya nanti.
°
Parkiran sekolah,atap 'convertible'yang terbuka memperlihatkan bagaimana cantiknya seorang gadis yang tengah menaiki mobil sport dengan kedua saudaranya itu.
"Itu murid barunya?"
"Dengar-dengar dia kembaran Ferron kelas XI."
"Bule?"
"Pantes jadi primadona sekolah nih."
Banyak tanggapan murid yang menilai Alis dari pujian tentang apiknya ciptaan tuhan itu,sampai cacian dari para perempuan bermuka tebal. Taulah. Dan terlihat lah sahabat Lano,kecuali Danel datang menghampiri mereka.
"Bidadari kesleo! Bidadari kesleo mekso–mekso banget nganggo kawat abang ijo. Pupure medok katon kandel separ..aduh anjiir sakit geblek!" belum tuntas Chiko menyanyikan lagu bidadari kesleo,Lano segera menendang tulang kering lelaki berwajah sangar itu.
Tanpa rasa bersalah dan kasihan,Lano berjalan menarik pergelangan tangan Alis untuk mengikuti nya ke ruang kepala sekolah. Ferron tertawa,kala senior seperbobrokan nya di sakiti seperti tadi oleh sahabatnya sendiri.
"Mampus!" Setelah mengatakan itu,Ferron berjalan menyusul Lano yang sudah berbelok di pintu masuk sekolah. Meninggalkan Chiko yang masih mengusap-usap tulang keringnya yang mungkin retak.
"Lano gilaaaa!" Chiko berteriak seperti orang gila yang di tinggal pergi seseorang.
Danel yang baru saja tiba di sekolahnya itu,setelah menyetandarkan motor sport hitamnya. Dia segera menghampiri Chiko yang berjalan pincang,musibah apa yang menimpa sahabatnya di pagi yang cerah ini. Pikirnya.
Scroll terus dan tunggu part selanjutnya update.
Vote dan Comment jangan lupa.😁TBC.
YOU ARE READING
Reasons
RandomBara Dominiq Shadanarta. Cowo songong dengan hobi mencaci para cabe di SMA Bagaskara. Dengan citra dan aura yang dimilikinya dia masih mampu memikat hati para wanita di sekolah. Jabatan sebagai Ketua geng. Suatu hari dipertemukan dengan gadis yang...