"Dasar cabe biar di kasih makan apapun,tetep aja cabe." -Bara
Pelaksanaan Upacara hari Senin ini berjalan dengan sedikit lebih baik. Suasana mendung tidak menyebabkan para siswa mengeluh kepanasan,namun sialnya guru yang berpidato merupakan guru cerewet,memperlambat selesainya upacara bendera.
"Kaki gue apa kabar!" Dava yang duduk di koridor kelasnya bertanya pada kedua kakinya,tanpa di sadari orang yang melewatinya memandang ngeri ke arah Dava yang berbicara dengan kaki.
"Nih kakiii.." Ucap Titania sambil menyodorkan kakinya tepat di depan muka Dava yang penuh dengan keringat. Dava yang terkejut segera memundurkan kepalanya dan malah membentur tembok di belakangnya.
Dughh..
"Sialan Dugong,kesambet apa lo? Iseng bener. Nggak cetar lagi nih rambut gue,mana kepala gue kek memar,sakit lagi!" Dava mengeluh,dan tanpa sengaja melihat botol mineral dingin milik Bara yang sedang melewati kelasnya.
Dengan cekatan Dava merampasnya. Kemudian meneguk dan di letakkan nya di bagian kepalanya yang sakit. Bara kesal dan kembali merampas botol miliknya.
Dari arah berlawanan,ada seorang siswi sedang berjalan sambil memegang cermin dan dengan sengaja menabrakkan bahunya dengan Bara.
Fangelis A,primadona sekolah. Bukan tanpa alasan,karena paras ayu nya meskipun karena riasan. Bukan hal asing bagi Bara kejadian serupa,seperti saat ini Fangelis sedang mengusap sikunya yang terbentur lantai.
Tanpa berniat menolong,Bara malah berjalan melewati Fangelis. Mana mungkin Bara tidak tahu,jika kejadian barusan memang di sengaja oleh Fangelis. Namun,Fangelis tetap bersikukuh untuk mendapatkan perhatian Bara meski sudah beribu kali di tolak.
"Bara nekat bener sama tuh cabe." Komentar Dini yang melihat kejadian tersebut. Alis hanya menatap kepergian Bara dengan tidak suka,dan berlalu memasuki kelas,di ikuti oleh Dini di belakangnya.
°
"Eh Bar,noh adik kelas cabe kesukaan lo!" Edgar menunjuk Alis dari arah pintu kantin. Namun yang tertangkap oleh penglihatan Bara adalah Fangelis. Dengan cekatan Bara berdiri,ingin menghindari Fangelis yang akhir-akhir ini mulai maniak lagi terhadap dirinya.
"Bara!" Gagal,Fangelis sudah melihat keberadaan Bara. Dengan datar Bara menoleh dan tidak merespon apapun. "Bara cuek banget deh,lagi nyari seseorang ya?" Fangelis berceloteh sambil terus menatap Bara yang tidak sekalipun melihat dirinya.
Fangelis tau apa yang ada di pikiran Bara,saat melihat arah pandangan Bara yang menatap Alis lurus. Detik berikutnya Bara menoleh ke Edgar,siapa cabe yang Edgar maksud tadi.
"Ya gue bilang Alis lah,cabe mana lagi sering lo ganggu,selain Alis." Jawab Edgar sambil mengangkat bahu acuh terhadap tatapan Ferron.
Dengan sedikit berdecak kesal,Fangelis menghampiri meja Alis dan menggebrak. "Cabe lo tuh anak baru,jangan ngedeketin cowok gue dong!" Tuduh Fangelis menekan kata 'cowok',dari jauh Bara bisa melihat kejadian itu,entah kenapa Bara tidak suka ada orang lain selain dirinya yang memanggil Alis cabe.
Bara berdiri berjalan mendekat ke arah meja Alis,saat sampai di samping Fangelis. Bara terlihat sedikit membisikkan ke Fangelis. "Dasar cabe biar di kasih makan apapun,tetep aja cabe." Bisik Bara ke Fangelis dengan nada merendahkan,seketika Fangelis terdiam dan pergi dari kantin.
"Apa lo? Lihat-lihat,gue tahu gue tampan,tapi ga usah sampe segitu juga." Bara berujar dengan nada sombong,mencair kan suasana. "Dih geer amat,bini lo pergi noh!" Sahut Alis jengah dengan tingkah Bara.
Dengan jahil Bara menuangkan saos cabe dan kecap di bakso pesanan Alis,secepat kilat Bara berlari dengan kedua tangan yang masih menggenggam botol saos dan kecap tadi. Sedangkan dari jarak Bara saat ini,masih dapat terdengar teriakan Alis yang mengumpatnya.
Bara sudah tertawa terbahak-bahak,dengan langkah riang dia kembali ke arah kantin,tepat nya mengembalikan kedua botol saos tadi,saat mata Alis menatapnya tajam,Bara malah terkikik geli dan mengacak rambut Alis gemas.
Sedetik kemudian dia malah menarik kunciran rambut gadis itu,dan meletakkan di kuah baksonya sendiri. Alis yang sudah sangat kesal segera berdiri dan menjambak rambut Bara dengan kesal.
"Ih lo kenapa sih! Suka banget ngusik gue,tahu gak gue itu kesel banget sama lo! Argh kenapa gue dulu pindah satu sekolah sama lo,keseelll." Di akhir kalimatnya,Alis semakin menarik rambut Bara dan melepaskan kasar.
"Sialan lo!" Umpat Bara sambil menatap rambutnya yang berantakan,dan menyentuh kulit kepalanya yang nyut-nyutan akibat ulah Alis barusan,dia menoleh ke arah meja sahabatnya dan terlihat bagaimana bahagianya mereka menertawakan Bara,terutama Ferron.
Gimana nih? Ribet ya?
Author amatir nih..
Vote and comment aja yaa..
YOU ARE READING
Reasons
RandomBara Dominiq Shadanarta. Cowo songong dengan hobi mencaci para cabe di SMA Bagaskara. Dengan citra dan aura yang dimilikinya dia masih mampu memikat hati para wanita di sekolah. Jabatan sebagai Ketua geng. Suatu hari dipertemukan dengan gadis yang...