Chapter 10

13 4 1
                                    


Dan di sinilah Dava berada sekarang. Di trotoar jalan yang berjarak sekitar 1km dari rumahnya. Sungguh tega Bara padanya,hanya bergurau dengan menyebutnya sopir saja dia langsung di turunkan di tengah jalan.

Di lain tempat...

Alis sedang mengumpat kesal,akibat pertemuan yang kesekian kalinya dengan Si Songong Bara. Apalagi Alis harus menerima kenyataan,bahwa Bara adalah salah satu sahabat kakaknya,Ferron. Berasa kejatuhan durian.

"Gausah terlalu kesel Al,nanti suka tau rasa." Ferron yang menyetir menanggapi dengan santai. Karena,dia tidak ambil pusing mengenai Bara.

"Bang Lano bantuin Alis dong!" Sanggah Alis memohon pada Lano yang sibuk bermain game di handphone nya. Masalahnya,sedari tadi Ferron selalu menggodanya tentang Bara yang ini lah itu lah. Terserah.

"Berisik lo pada." Sahut Lano datar,dan suasana di mobil hening seketika.

°

"Mami...!" Seru seseorang yang baru saja tiba di rumah dengan keringat yang membasahi hampir seluruh tubuhnya. Memang Bara sialan. Dava segera masuk dan malah mendapati adik kecilnya sedang bermain dengan ikan di kolam.

"Mami kemana Des?" Adik perempuan Dava menggeleng tanda tidak tahu. Lihat saja,jika Dava mengadukan Bara pada Mami nya.

"Kenapa Bang?" Tanya Mami Dava dari arah dapur rumah. Dava segera berbalik dan memeluk Mami tercintanya itu dengan memasang muka melas.

"Bara itu Mam,masa tadi gegara Dava bilang nungguin sopir ke temen Dava. Bara langsung ngambek,bener sih tadi di kasih tumpangan,tapi Dava di suruh turun pas lampu merah. Karena Dava lupa bawa handphone,Dava jalan deh." Dava mengaduh dengan memegangi kaki nya,memberi kode kalau kakinya sedang sakit akibat berjalan.

"Kakak bang,dia lebih tua dari kamu." Mami Dava memperingati Dava yang memanggil Bara tanpa embel-embel. "Yaudah kamu ganti baju dulu,habis ini Papa pulang kita ke rumah Bunda Santi,sekalian Mami bilangin ke Bara biar nggak iseng ke kamu lagi." Lanjut Mami Dava,setelah itu Dava bersorak gembira dan berlari ke kamarnya.

Malam hari di kediaman Bara...
Suasana kamar Bara yang seperti kapal pecah,mampu membuat pusing kepala. Bara sedang malas membersihkan kamar sialan itu,dan memilih untuk turun ke ruang makan,dimana sebagian keluarga dari Bunda nya berada di sana untuk acara makan malam bersama.

"Bara! Sini kamu." Panggil Chintia,Mami Dava.

'Apa ini? Firasat gue gaenak.' Bara berjalan mendekat dengan gelisah.

"Kamu tadi siang ngapain anak Mami?" Seketika tawa Bara ingin meledak mendengar 'anak Mami' yang dimaksud adalah Dava? Sungguh bahan ledekan yang sangat bagus bagi Bara.

"Bara ngapain anak Mami emang? Cuma Bara turunin di trotoar,masih mending Bara kasih tumpangan. Udah gitu dia gapernah mau bonceng Bara." Bara berbicara santai sambil sedikit melirik Dava yang tengah menatapnya kesal.

"Apaan! Lo aja gatau kalo gue naik sepeda bisa ngalahin Rossi sama Marquez." Dava membual hanya untuk membela diri, pasalnya dia hanya bisa mengendarai mobil,bukan sepeda.

"Halah Dava,mbak tahu kamu cuma mau ngibulin Bara!" Mbak Yura,sepupu Bara sekaligus Dava menimpali dengan nada kesal,karena dia pernah menjadi korban 'penipuan' Dava.

"Tuh Mam,mbak Yura aja bilang gitu. Anak mami mungkin salah makan,salah sendiri bilang kalau Bara sopir." Jelas Bara pada Chintia yang sudah melorot ke arah Dava yang menunjukkan cengiran polosnya.

"Sudah,kalian itu cuma bisa ribut saja. Bara cuci tanganmu dahulu." Papa Reno,kakak dari Bunda Bara menengahi pertengkaran tidak berfaedah dari keponakannya.

°

"Bang Lano! Bangun anjir,udah siang!!" Ferron membangunkan Lano dengan heran,tidak biasa abangnya ini bangun siang,kecuali jika di skors.

"Bang Lano di skors?" Lano hanya berdehem sebagai jawaban. Ferron membuang nafas kesal, sia-sia saja dari tadi dia membangunkan. Ferron turun ke ruang makan untuk menyiapkan roti selai.

"Bang Lano mana?" Alis berjalan menuruni tangga sambil mengedarkan pandangan mencari Lano. "Dia di skors,gatau masalah apa." Ferron menjawab tanpa memperhatikan Alis.

"Emang nggak panggilan orang tua?"
"Tante Sarah gabisa dateng,biasanya juga nyempetin buat mampir atau sekedar dateng pas ada panggilan kek gini." Alis mengerutkan kening tanda tidak paham. 'biasanya'?

"Bang Lano udah sering di skors?"
"Langganan skorsing mungkin?" Ferron menjawab dengan mengangkat bahu.

"Berangkat sekarang? Biar nggak ngebut." Ferron berujar setelah melihat Alis sudah menghabiskan sarapannya,dan hanya di angguki oleh Alis.

Sesampainya di sekolah Alis pamitan ke Ferron untuk ke perpustakaan agar Ferron tidak mengantar sampai kelas. Alis hanya beralasan,tidak ingin menarik perhatian banyak orang dengan berjalan di samping most wanted sekolahnya.


Enjoy the story'......
Vote and comment
Ini bikin unmood banget,untung masih nyambung wkwk....

ReasonsWhere stories live. Discover now