60% [ B Y E ]

751 144 26
                                    

Selamat tinggal
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Terhitung sudah hampir satu tahun lamanya Singto meminimalisir kerja nya dan fokus dengan pertukaran pelajar yang akan ia jalani nanti. Dan semenjak setelah telponan itu lah Singto masih sama sekali tidak pernah sekedar bertergur sapa dengan Krist, bahkan untuk bertemu pun sudah tidak pernah.

Pernah, saat itu hampir bertemu, disaat ada acara besar management mereka, tapi sayang mereka datang dengan jam yang berbeda. Bahkan fanspun sampai berusaha untuk menahan Singto untuk tidak pulang duluan hanya untuk menunggu Krist datang dan membuat mereka bertemu. Tapi yang terjadi tetap nihil, fansnya mendengus kecewa, teori-teori negatif yang sempat terucap dari salah satu mereka makin menguat.

Mereka sudah tidak ingin bersama.

.

Besok adalah hari yang sangat Singto tunggu. Hari dimana akan menjadi penentuan apakah masa depannya sesuai dengan apa yang direncanakan atau tidak.

Dan hari ini pula ia habiskan hanya untuk berdoa dan meminta restu kepada ibunya. Pagi ini ia sudah rapi ditemani sang ayah ke Wat untuk meminta berkah dan kelancaran kehidupannya dan berlangsung hingga siang hari. Setelahnya  berlanjut ke makam ibunya untuk melepas rindu dan  menjadi pertama kalinya bagi mereka bertiga berkumpul di satu tempat setelah sekian lama, karna biasanya Singto hanya sendiri ke makam ibunya tanpa ayahnya, dan ayahnya pun sama pergi ke makam istrinya tanpa Singto.

"Ibu, Singto datang" Ayah Singto seketika terkekeh, lihatlah Singto mendadak berubah menjadi anak-anak yang bahagia sekali seperti di beri sebuah permen. "Lihat, Singto datang dengan siapa?" Singto langsung menarik lengan ayahnya untuk mendekat.

"Iya, Singto bawa ayah kesini. Kita jadi kumpul keluarga lagi deh" Singto mendudukkan diri di samping kanan pusara makam ibunya dan ayahnya berada di sebalah kiri.

"Err.. bu, aku dan Singto akhirnya bisa berdua datang bersama ke tempatmu. Apa kabar?"

"Pasti baik-baik dan bahagia kan, bu?" Singto langsung menyambar kata-kata ayahnya dengan menjawabnya. Sedangkan Ayahnya mengelus rambut bagian belakang kepala Singto.

"Bu, Singto ke sini dengan Ayah mau meminta restu dan doamu, agar besok aku dapat diterima pertukaran pelajar di Korea. Aku janji bu, aku akan menjadi produser hebat nantinya dan bisa membanggakan Ayah dan Ibu, doakan aku disana ya bu"

------

"P'SINGTO!!!" Pagi ini Singto tengah membereskan kamar kondonya sembari menunggu pengumuman pertukaran pelajar nanti siang, tapi baru saja acara beres-beres dimulai sudah ada keributan di depan pintu kondo nya.

Iya, Singto saat ini sedang berada di kondonya setelah menemani ayahnya seharian kemarin. Untuk bersih-bersih katanya, jikalau memang diterima maka dia tidak memakai kondo ini lagi.

Singto yang sudah hafal dengan suara teriakan ini menatap jengah pintu yang masih digedor-gedor dari luar itu. Walaupun jengah juga tetap pintu itu dibuka karena bagaimanapun itu, Singto juga harus bertemu dengan orang ini sebelum dirinya benar-benar pergi.

"Apa-apaan ini? Mabuk kamu?" Yang dituduh mabuk itu hanya menampilkan senyum lima jari beserta mata yang menyipit hingga berbentuk seperti pelangi. "Masuk!"

"P'Sing! P'Sing! hah...hah.." Tiba-tiba seorang wanita datang dengan nafas tidak teratur dan tangannya segera bertumpu di dinding, sepertinya dia habis lari menuju kesini.

Upgrade Status [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang