Terlalu banyak mengira. Hingga Tuhan menyadarkanku akan Takdirnya yang nyata..
-Zayna
Rumah sakit..
Zayna prov
"Mba Zayna? silahkan keruangan saya mba!" panggilan seseorang menyadarkanku
"saya pak. ohh iya baik pak." aku melangkah dengan malas masuk keruangan dokter yang memanggilku barusan.
kalian tahu? aku begitu malas menghadapi orang baru, melelahkan.
aku menuruti semua perintah sang dokter selama masa pemeriksaanku.
"sebentar mba, apakah sebelumnya anda pernah mengalami kejadian seperti ini?" tanya dokter yang bername tag (Ibnul Arrabi) itu seraya melihat kertas hasil pemeriksaan
ya. aku paham mengapa dokter itu tak ingin menatapku lama. kami sesama muslim, sepertinya ia tak ingin zina mata karena melihat yang bukan muhrim. dan aku sangat bersyukur karena di pertemukan dengan dokter seperti dia.
"maaf pak, saya tidak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Apakah hasilnya seserius itu pak?". Bohong. ya. aku berbohong kepada dokter itu. Aku pernah mengalami ini, bahkan dari waktu aku mondok di pesantren dulu. Bahkan sekarang kejadian ini lumayan sering terjadi. Dan kurasa kalian tau alasan kenapa aku berbohong kepadanya.
"sepertinya anda harus kontrol lagi dalam waktu dekat. Tolong ini di baca dengan teliti ya mbak!" ucapnya seraya memberikan kertas hasil pemeriksaanku.
Aku mematung memikirkan apa hasil pemeriksaannya, "pasti itu lagi" fikiranku langsung menebak apa yang tertulis didalam kertas itu. saat itu aku tidak terlalu memikirkan apakah aku harus kontrol lagi. ini bukan kali pertama aku di suruh kontrol kembali setelah menjalani pemeriksaan dirumah sakit.
"baiklah pak, Terima kasih. Kalau begitu saya permisi pak" aku memutuskan untuk membuang kertasnya di perjalanan pulang nanti.
"sampai kapan aku menyimpan ini sendirian. oh, Allah. beri aku kesempatan untuk membahagiakan papa sedikit lagi." aku menangis dalam diam, tak ada air mata disana.
Hatiku begitu rapuh jika mengingat Papa. Ternyata kata Ayah saja bisa dengan mudahnya membuat air mata luluh. Apa kalian juga sepertiku?
Sesampainya di parkiran. Aku mendengar suara laki-laki memanggilku dengan lumayan keras. "mba Zayna.. mba.." aku membalikkan badan melihat siapa yang memanggilku dari kejauhan.
Membalikkan badan ketika di panggil seseorang adalah sunnah rasulullah.
Dokter itu.. kenapa dia berlari ke arahku.
Aku melihat sesuatu di tangannya. Kamera. kameraku ada padanya. "apa aku melupakannya lagi?" batinku belum berhenti menebak
"kenapa kamera saya ada sama bapak?" aku bertanya sambil terus melihat kameraku di tangannya. "apa bapak melihat foto yang ada di dalamnya?" aku takut dia melihat hasil tangkapan kameraku
"maaf mba, saya tidak selancang itu, saya melihat ini tertinggal di meja saya. saya cuma memeriksa 3 pasien hari ini, dan anda yang terakhir, jadi saya fikir ini adalah punya anda, dan saya hanya ingin megembalikannya kepada anda secepat mungkin. maaf jika saya membuat anda tersinggung, ini kamera anda, maaf, assalamu'alaikum." pernyataan sang dokter membuatku tertampar keras, aku bersu'udzon kepada orang yang membantuku.
Kamera. aku mengingat pertemuan pertamaku dengan Afkan pun melalui Kamera. Astaghfirullah Zayna.
.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Zayna
RomanceUntukmu imam dunia akhiratku, ahlaan bikum min jadid habibati alhalal. Tenang saja, aku bisa mengatasi bagaimana aku setelah ini. Tak perlu merisaukan aku disini. Doakan saja agar aku bisa berkumpul kembali denganmu nantinya. _ _ _ _ _ _ _ Ini nov...