Sudut Pandang: Osamu Dazai
"Dazai...?"
"Dazaaaaiii??"
"DA-"
"BAAAA!!"
"Kyaaaa!!!"
Tak ada yang aneh ataupun spesial, hanya interaksi antara seorang anak dengan ibunya di suatu senja. Sudah 2 tahun anak itu ditinggal pergi oleh ayahnya untuk mencari nafkah ke luar negeri. Yang mengurusnya adalah sang ibu yang amat mencintainya.
Anak itu adalah aku, Osamu Dazai.
Saat itu usiaku sekitar 6 tahun, ketika aku sedang bermain petak umpet dengan Mama di sore hari. Hari yang normal, karena memang begitulah hubunganku dengan Mama setiap hari.
Hari-hari yang baru terasa spesial ketika ia sudah tiada.
Kulihat seorang wanita seumuran Mama lewat di depan rumahku, lalu melemparkan senyuman ramah kepadaku dan Mama.
"Mbak Aria!" Mama menyapa ramah.
Wanita itu menyapa balik tanpa menghentikan langkahnya.
Namanya Aria Mikami, tetanggaku yang baru pindah kesini sekitar beberapa pekan yang lalu.
Matahari terbenam, Mama mendudukanku di pangkuannya seraya menghadap ke pemandangan sunset.
"Lihatlah, Dazai... bahkan yang terang benderang dan besar seperti matahari bisa berakhir" katanya seraya menunjuk ke matahari.
Aku memandangnya dengan takjub, walau sebenarnya kami menyaksikan pemandangan ini setiap hari. Tapi kemudian aku menyadari sesuatu, sesuatu yang baru kali ini aku sadari.
"Ma, kapan Ayah pulang?"
Ekspresinya berubah, seakan ada bom yang meledak dalam dirinya, apa pertanyaanku salah?
"Dazai..." panggil Mama, suaranya teduh.
Aku memperhatikan wajahnya.
"Ayahmu takkan pulang..."
Andai saja aku tidak menahan diri, tentu aku sudah lompat dari pangkuan Mama, apa katanya barusan?
"Ayahmu pergi bukan untuk mencari nafkah, dia pergi karena dia memang ingin pergi," intonasi Mama terdengar monoton dan datar.
Tapi aku menyadari matanya yang mulai berkaca-kaca, nafasnya juga terdengar sesak, tentu Mama sedang bertarung dengan sesuatu yang tak terlihat, sesuatu yang disebut perasaan.
Aku ingin menghibur Mama, tapi tanpa kusadari air mataku mengalir deras. Inikah yang disebut hubungan batin seorang anak dengan ibunya?
Kupeluk Mama dengan erat, aku bersumpah akan menjaganya sampai ia tua nanti, aku bersumpah akan membahagiakannya.
"Ma..." panggilku dengan suara serak.
Mama mengusap air mataku lalu menatapku dalam-dalam, "Ada apa, sayang?"
"Aku sayang Mama"
Mama memelukku dengan erat, kurasakan kehangatan yang takkan aku lupakan dengan pemandangan matahari terbenam.
***
Di malam harinya, tragedi itu terjadi.
Mama sedang memasak makan malam di dapur, sedangkan aku sibuk membaca buku di kamarku. Beberapakali kudengar petir bersahut-sahutan di langit, kurasa sebentar lagi hujan akan turun dengan deras.
Lalu seketika, aku merasakan pusing.
Beberapa kali aku menggelengkan kepalaku, berusaha menjernihkan pikiranku. Lalu kusadari bahwa bukan kepalaku yang bermasalah, tapi bumi sedang berguncang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST ABILITY - Bungou Stray Dogs Fanfiction
FanficAnata Mikami, seorang gadis yatim piatu yang dibawa ke agensi oleh detektif terhebat di dunia, Edogawa Ranpo. Siapa dia? Ada apa dengannya? Kenapa ia terlibat dalam tragedi meninggalnya orangtua seorang Osamu Dazai di masa lalu? Dan, apa hubungan An...